3 Korban Erupsi Semeru Jalan Kaki dari Lumajang ke Istana, Mau Ngadu ke Jokowi
Merdeka.com - Tiga warga Desa Sumber Wuluh, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur yang merupakan korban bencana erupsi Gunung Semeru Desember 2021 melakukan aksi jalan kaki dari Lumajang menuju Istana Negara, Jakarta Pusat untuk bertemu Presiden Joko Widodo.
Dengan mengenakan kaus bertuliskan "korban erupsi Semeru menuntut keadilan", Nor Holik (41), Masbud (36), dan Pangat (52) singgah di kawasan Tugu Yogyakarta, Rabu (29/6), sebelum melanjutkan perjalanan ke arah Jakarta.
Nur Holik menuturkan aksi jalan kaki ke Istana Negara bertujuan mengadukan aktivitas penambangan pasir di Kali Regoyo yang dinilai tidak wajar sehingga diduga menjadi penyebab aliran banjir lahar dingin Gunung Semeru pada 2021 menerjang permukiman di desanya.
-
Dimana erupsi Gunung Semeru terjadi? Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Malang, Jawa Timur mengalami erupsi dengan tinggi letusan teramati 600 meter di atas puncak atau 4.276 meter di atas permukaan laut (mdpl) pada Rabu.
-
Dimana lokasi tanggul yang jebol? Dalam video melalui drone, tampak cukup luasnya lahan yang terkena terjangan banjir bandang tersebut. Tampak jembatan Sungai Tuntang sudah tidak tampak seutuhnya.
-
Dimana lokasi erupsi Semeru? Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Malang, Jawa Timur (Jatim), kembali erupsi disertai dengan letusan abu vulkanik.
-
Mengapa Semeru erupsi lagi? Gunung Semeru masih berstatus Siaga atau Level III, sehingga pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan rekomendasi agar masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).
-
Apa yang terjadi pada Gunung Semeru? Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Malang, Jawa Timur mengalami erupsi dengan tinggi letusan teramati 600 meter di atas puncak atau 4.276 meter di atas permukaan laut (mdpl) pada Rabu.
"Ini semua berawal dari oknum penambang yang membuat tanggul melintang untuk menghambat aliran air," ujar dia.
Menurut dia, oknum perusahaan penambang pasir melakukan penanggulan di Kali Regoyo pada 2019 untuk menghambat dan menampung pasir yang terbawa aliran sungai.
Tanggul dibuat melintang selebar sungai dengan ketinggian hingga 4 meter, sama dengan ketinggian tanggul pengaman banjir pada sempadan sungai yang dulu dibangun oleh pemerintah era Presiden Soeharto pada 1970.
Selain membangun tanggul, lanjut Nur Holik, oknum perusahaan penambang yang beroperasi di Kali Regoyo juga membangun kantor di tengah daerah aliran sungai (DAS).
Aduan Warga ke Pemkab Lumajang Tak Direspons
Pada Februari 2021 atau jauh sebelum terjadi erupsi Gunung Semeru, menurut dia, warga Desa Sumber Wuluh telah beberapa kali mengadu ke Pemkab Lumajang dan aparat keamanan karena khawatir dampak penanggulan itu.
Namun demikian, menurut Holik, tidak ada tindak lanjut dari Pemkab Lumajang hingga akhirnya pada 4 Desember 2021 Gunung Semeru mengalami erupsi dan material pasir lahar dingin menimbun Desa Sumber Wuluh.
"Erupsi kemarin sebagai bukti kekhawatiran kami yang tidak pernah digubris sehingga banyak sekali korban jiwa dan kerusakan lingkungan yang begitu parah," ujar dia.
Menurut dia, sebelum tanggul penambang pasir itu berdiri, material yang keluar dari Gunung Semeru tidak pernah mengarah ke permukiman warga.
"Contohnya tahun 1994 itu kan enggak ada kegiatan pertambangan, jadi erupsi itu langsung mengarah ke laut," ucap Holik.
Hingga saat ini, kata dia, tanggul tersebut masih berdiri dan aktivitas penambangan pasir di Kali Regoyo masih berjalan meski kawasan itu berstatus zona merah erupsi Gunung Semeru.
"Kami kemarin mengadukan ke DPRD Lumajang yang katanya akan membuat panitia khusus untuk menyelidiki, tapi hingga saat ini tidak ada tindak lanjut apa-apa," ujar dia.
Sementara itu, Pangat berharap aksi jalan kaki yang telah ia mulai dari Desa Sumber Wuluh, Candipuro, Lumajang Jawa Timur pada 21 Juni 2022 tidak sia-sia.
Setelah sampai di Istana Negara, warga Desa Sumber Wuluh yang rumahnya sempat tertimbun pasir Semeru tersebut berharap dapat diterima Presiden Joko Widodo.
"Lebih baik saya jalan kaki langsung ke Presiden. Nanti ketemu Presiden, semoga Presiden mendengarkan kata-kata saya," ujar Pangat yang menargetkan sampai di Jakarta enam hari kemudian.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Satu korban longsor di area penambangan pasir Pronojiwo, Kabupaten Lumajang ditemukan meninggal dunia di kedalaman 20 meter. Tiga lainnya dilaporkan masih hilan
Baca SelengkapnyaKorban meninggal bernama Galih Adi Perkasa (23), Candra Agustina (20) dan Galang Naendra Putra (4).
Baca SelengkapnyaWarga yang berada di dua lokasi terisolir ini tidak bisa pergi ke mana-mana. Sebab, akses menuju lokasi tersebut terputus total dari dua arah sekaligus.
Baca SelengkapnyaBanjir lahar dingin Semeru terjadi sepekan terakhir. Ini fakta terbarunya.
Baca SelengkapnyaBanjir lahar dingin Gunung Semeru menerjang Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Kamis (18/4) malam.
Baca SelengkapnyaTebing Setinggi 100 Meter Longsor, 4 Penambang dan 2 Truk Pasir Tertimbun Material Tanah
Baca SelengkapnyaNolianus menceritakan detik-detik sebelum terjadi letusan.
Baca SelengkapnyaKedua korban ditemukan tertimpa material lumpur di aliran sungai Kalimujur Desa Kloposawit.
Baca SelengkapnyaBudi, salah seorang warga mengaku resah dan khawatir jika ada aktivitas tambang pasir
Baca SelengkapnyaWarga yang menjadi korban tersebut adalah Suparman, warga Kesamben, Blitar, Jawa Timur
Baca SelengkapnyaKronologinya berawal ketika para korban menggali batu di pertengahan tebing milik Jero Mangku Budi, sekitar pukul 09:00 WITA.
Baca SelengkapnyaHujan dengan intensitas tinggi menyebabkan banjir lahar Semeru. Akibatnya, jembatan di perbatasan putus.
Baca Selengkapnya