3 Media dibredel Soeharto karena berita korupsi kapal perang
Merdeka.com - Sekitar tahun 90-an, ramai kasus pembredelan tiga media oleh Presiden Soeharto kerena memberitakan ada dugaan mark-up dalam pembelian kapal perang Jerman Timur. Bahkan kala itu, di tiga media tersebut ikut terseret nama Menristek BJ Habibie dan Menteri Keuangan Marie Muhammad. Keduanya dituding turut mempunyai andil melakukan mark-up.
Saat menjadi narasumber di acara perayaan HUT Aliansi Independen (AJI) semalam, BJ Habibie memberikan klarifikasi. Dia menceritakan kembali duduk persoalan yang sebenarnya.
"Saya dipanggil oleh Pak Harto, ini ada berita armada Jerman Timur yang terdiri dari peluru kendali dan 36 kapal dijual. Itu baru kata dia. Coba kamu usahakan," kata Habibie mengenang awal mula proyek ini digagas, Jakarta (29/8).
-
Kapan harga BBM naik 60 kali lipat di era Soekarno? Di tahun 1965, pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM. Tujuannya demi mengendalikan hiperinflasi dan menambah pendapatan negara.
-
Kenapa saham BRI naik 61,5 kali lipat? Apabila mempertimbangkan stock split dan right issue, sampai dengan saat ini, tercatat saham BBRI telah naik 61,5 kali lipat apabila dibandingkan dengan harga pada saat IPO.
-
Apa yang dibeli Israel dari Jerman? Pada tahun 2022 lalu, Israel mengumumkan membeli tiga buah kapal selam dari Perusahaan Thyssenkrupp Marine Systems Nilai pembelian mencapai 3 miliar euro atau Rp 48 Triliun.
-
Kenapa rupiah Indonesia hiperinflasi pada tahun 1963-1965? Di awal kemerdekaan Indonesia, sistem nilai tukar rupiah yang diterapkan yaitu kurs tetap. Artinya, sebuah negara harus ada cadangan devisa yang terkontrol. Akan tetapi sebagai negara baru Indonesia hanya punya sedikit cadangan devisa. Ekonomi Indonesia kemudian diperburuk saat bergulirnya agresi militer Belanda II.
-
Kenapa Soeharto diangkat jadi Jenderal Besar? Mabes ABRI tahun 1997 menyebutkan setidaknya ada tiga prestasi Soeharto yang membuatnya dinilai layak untuk mendapatkan gelar Jenderal Besar.
-
Bagaimana Jerman meningkatkan jumlah tentara? Kementerian Pertahanan berencana menambah jumlah personel militer menjadi 203.000 pada tahun 2031 dari sekitar 181.000 saat ini.
Karena dipercaya sebagai negosiator, akhirnya Habibie berhasil mengajak Jerman bekerja sama, dan menjual peralatan militernya tersebut pada Indonesia. Padahal saat itu, Jerman enggan menjual kepada negara yang dilanda krisis.
"Waktu saya boleh beli, saya runding seluruh armada dan sparepart dapat USD 12,5 juta. Saya dapat semua dan suku cadang. Saya setor ke Pak Harto," lanjutnya.
Habibie mengklaim dia hanya mengurusi urusan pembelian sampai tahap itu. Sedangkan soal pembayaran dan keuangan sepenuhnya diserahkan ke Kementerian Keuangan dan Kemenhan.
"Yang implementasi itu Fasial Tanjung. Harga saya sudah serahkan ke Pak Harto yang membawa itu militer Menhankam," jelas mantan Presiden RI ketiga ini.
Entah bagaimana selanjutnya kemudian ramai pemberitaan ada dugaan mark up hingga membuat harga armada militer ini membengkak berkali-kali lipat. Masalah ini lantas diberitakan tiga media yakni majalah Tempo, tabloid DeTik, dan majalah Editor. Karena dianggap memprovokasi isu, tiga media ini kemudian dibredel.
Saat pembredelan ini, Habibie mengaku langsung menemui Harmoko yang saat itu adalah Menteri Penerangan. Jelas Harmoko melakukannya atas perintah Soeharto.
"Kenapa dibrendel, lho itu orang-orang pinter kritis. Kita mau bangun SDA Indonesia kenapa ditakut-takutin," ucap Habibie.
Habibie pun menegur Harmoko dan menyuruhnya mengabarkan ke tiga media itu silakan melanjutkan tulisan mereka kembali.
"Tidak mengapa, tidak perlu semua dilarang, kalau enggak bener ditegur," kata Habibie pada Harmoko.
Namun Harmoko mengaku tak bisa membatalkan pembredelan ini. "Soalnya saya sudah tandatangani. Sudah dilaksanakan," kata Habibie menirukan ucapan Harmoko kala itu.
Majalah Tempo yang terbit 7 Juni 1994 mengkritik pembelian 39 kapal perang bekas dari Jerman Timur dari USD 12,7 juta menjadi USD 1,1 miliar. Sepekan sebelumnya, majalah Tempo mengungkapkan pembengkakan harga kapal bekas sebesar 62 kali lipat.
Pada 9 Juni 1994, Soeharto marah besar. Dia memerintahkan menindak tegas majalah Tempo, tabloid DeTik, dan majalah Editor. (mdk/lia)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menjatuhkan vonis 2,5 tahun terhadap mantan Direktur Utama PT Kereta Api Properti Manajemen (KAPM) Yoseph Ibrahim dan eks Vice President PT KAPM Parjono
Baca SelengkapnyaDeretan jenderal bintang tiga itu masih aktif ketika ditetapkan sebagai tersangka rasuah.
Baca SelengkapnyaPerbaikan mesin kapal hibah itu akan dilakukan langsung di Korea Selatan.
Baca SelengkapnyaPenyidik Kejaksaan Agung menggeledah 7 kantor di Medan terkait korupsi izin persetujuan ekspor (PE) CPO. Mereka juga memeriksa 17 saksi terkait kasus itu.
Baca SelengkapnyaHA diduga mendapatkan nilai suap dari beberapa proyek di Basarnas tahun 2021 hingga 2023 sejumlah sekitar Rp88,3 miliar.
Baca SelengkapnyaDalam dakwaan Jaksa, kedua eks pejabat Kemenhub tersebut menerima suap secara bertahap.
Baca SelengkapnyaSoeharto murka ketika mobil-mobil yang akan diselundupkannya ke Jawa dicegah naik kapal.
Baca SelengkapnyaSelain itu, ditemukan adanya aliran dana baik berupa suap atau gratifikasi ke beberapa pihak sejumlah Rp 25,6 miliar.
Baca SelengkapnyaUntuk rincian tersangka baru akan disamakan pada saat proses penahanan.
Baca SelengkapnyaTerdakwa kasus suap, AKBP Bambang Kayun Panji Sugiharto divonis 6 tahun penjara dipotong masa tahanan dengan denda 200 juta subsider 4 bulan.
Baca SelengkapnyaHenri memiliki harta senilai Rp10,9 miliar, dan dia diketahui memiliki pesawat terbang Zenith 750 STOL senilai Rp650 juta.
Baca SelengkapnyaKepala Basarnas Marsdya Henri Alfiandi ditetapkan tersangka kasus suap pengadaan barang dan jasa Basarnas
Baca Selengkapnya