34 Tahun menjadi tukang cukur keliling di Bandung
Merdeka.com - Amir Yahya namanya. Di usianya memasuki 64 tahun, tubuhnya masih kuat berjalan kaki belasan kilometer. Kakinya saban hari menyongsong setiap orang yang ingin memakai jasanya sebagai cukur rambut.
Sudah 34 tahun kakek pemilik empat cucu itu menjalani profesi yang sebenarnya, sangat jarang dilakukan kebanyakan pemilik kemampuan potong rambut.
Siang itu kakek pemilik kumis tebal terlihat bersemangat menapakkan kaki berkeliling dengan gembolan alat cukurnya di kawasan Kecamatan Antapani, Kota Bandung. Merdeka.com menghampiri Amir. Dengan ramah, pria kelahiran Sumedang itu menyanggupi untuk berbincang sejenak.
-
Dimana Aki Khoerudin biasa berjualan? Sehari-hari, pria bersahaja ini mangkal di wilayah Guntur Sari, Kecamatan Buah Batu, Kota Bandung.
-
Apa yang dilakukan kakek ini untuk tetap aktif? Mereka terlibat dalam berbagai kegiatan, mulai dari olahraga ekstrem hingga mengejar hobi yang unik.
-
Bagaimana Pak Kasimin mendapatkan kebutuhan sehari-hari? Sehari-hari ia beraktivitas sebagai pedagang sayuran. Hasil bumi ia cari di hutan dan hasilnya ia jual ke pengepul. Kalau belanja kebutuhan sehari-hari pun ia harus pergi ke perkampungan terdekat.
-
Gimana Komaruddin jalan kaki? Selama 14 hari berjalan, dia melewati sejumlah kota di Yogyakarta, Jawa Tengah, sampai Jawa Barat. Selama itu pula, dia turut dikawal para motor rider dari yayasan kesehatan di Bekasi di setiap kota, untuk memastikan kondisinya, termasuk menyediakan ambulans untuk berjaga-jaga.
-
Bagaimana kakek Hamid mendapatkan penghasilan? Dengan mengandalkan diri sendiri yang tak lagi prima, Hamid berjualan kerupuk.
-
Apa yang kakek Hamid makan setiap hari? Setiap hari, kakek Hamid hanya bisa makan nasi sisa kemarin dengan dicampur air saja.
Wajahnya bercucur keringat, tangannya sesekali menyeka. Maklum siang itu matahari cukup menyengat. "Iya jalan sudah dari tadi pagi. Alhamdulillah sudah lima kepala dari pagi tadi keluar rumah," kata Amir yang akrab dipanggil Mang Kumis ini.
Pemilik nama lengkap Amir Yahya ini tinggal di kawasan Cicadas. Biasanya Amir keluar rumah pukul 08.00 WIB. Dengan bekal alat cukur yang sudah ketinggalan zaman, Amir berkeliling bagi orang yang ingin pakai jasanya. Pulangnya kadang sore, atau hingga langit gelap.
Mulai dari Cicadas, Amir mencari pelanggan di kawasan Jalan Pahlawan, Sukarajin, Jalan Padasuka dan berkeliling Antapani. "Kalau ke Antapani saja saya bulak-balik ke rumah 6 kilometer, kalau keliling bisa sampai sepuluh kilometer, malah lebih," ungkapnya.
Dia berkisah awal mula menjadi tukang cukur keliling tersebut. Semula tahun 1975 Amir bekerja di sebuah pabrik tekstil. Pabrik itu memang mengharuskan karyawannya berpenampilan rapi dan tidak berambut panjang. Tepatnya tahun 1979, dirinya memberanikan diri potong rambut teman-temannya daripada harus ke tukang cukur.
"Nah saya memberanikan diri. Potong rambut teman-teman saya. Karena orang tua saya di Sumedang memang punya pangkas rambut," kisahnya. Dari situlah, satu demi satu temannya mulai mempercayakan mahkota kepalanya untuk dirapikan Amir.
Gejolak ekonomi pada 1982 terasa. Seluruh karyawannya dirumahkan. Amir yang merantau dari Sumedang harus bertahan hidup. Akhirnya dia memberanikan membeli alat cukur dari hasil tunjangan dan menawarkan jasanya kepada orang-orang terdekat.
"Ah saat itu daripada enggak punya uang. Mening cari orang saja yang mau rambutnya dipotong dengan cara jalan kaki," ungkapnya.
Hingga 2016 ini Amir masih setia dengan profesinya. Pasang surut, susahnya cari pelanggan dialami kakek yang khas memakai topi ini.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pria berusia 1 abad ini tak ingin berpangku tangan dan masih ingin bekerja selama dia mampu.
Baca SelengkapnyaTukang cukur bernama Pak Edo ini menggantungkan hidup dari warga kampung yang ingin mencukur rambut.
Baca SelengkapnyaSimak kisah pilu seorang kakek penjual tangga bambu keliling yang sudah satu bulan berjualan tak laku.
Baca SelengkapnyaKakek ini diketahui berjualan di sekitar GBLA, Bandung.
Baca SelengkapnyaVideo yang diunggah @sayaphati ini pun viral dan membuat warganet ikut sedih.
Baca SelengkapnyaPerkembangan teknologi menghadirkan banyak aplikasi yang memudahkan masyarakat untuk berbelanja dari jarak jauh.
Baca SelengkapnyaNamanya adalah Sutomo, pria berusia 70 tahun yang telah menjalani profesi ini selama lebih dari 11 tahun.
Baca SelengkapnyaRela merantau, ia setiap harinya harus menjual dagangan baksonya.
Baca SelengkapnyaDua pria yang sudah tak muda ini harus mengangkat kayu puluhan kilo setiap hari hanya untuk mendapatkan bayaran Rp50 ribu.
Baca SelengkapnyaIa mengaku sudah 11 hari melakukan perjalanan tersebut.
Baca SelengkapnyaModal dua tahun bekerja di Arab Saudi sebagai tukang besi, Nur Kholis membuka barbershop di kampung halamannya.
Baca SelengkapnyaKakek bernama Nur ini begitu bersemangat mencari pekerjaan di siang hari yang terik untuk membelikan cucunya hadiah.
Baca Selengkapnya