4 Aksi hebat Kopaska cari jenazah korban AirAsia di Pangkalanbun
Merdeka.com - Pencarian dan evakuasi AirAsia QZ8510 yang jatuh di perairan Pangkalanbun, Kalimantan Tengah dilakukan secara besar-besaran. Semua kekuatan dikerahkan dari Basarnas, TNI AU dan TNI AL.
Dalam upaya pencarian dan evakuasi tak ketinggalan Komando Pasukan Katak atau lebih dikenal dengan sebutan Kopaska. Pasukan elite TNI AL itu dimaksimalkan dalam pencarian dan evakuasi AirAsia.
Kemampuan Kopaska tentu diharapkan mampu mempercepat pencarian dan evakuasi. Mereka yang sudah terlatih tentu memiliki kehebatan di atas rata-rata. Terutama untuk aksi-aksi bawah laut.
-
Kenapa pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Di mana pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? Pesawat AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Apa yang terjadi pada AirAsia QZ8501? AirAsia QZ8501 adalah penerbangan yang mengalami kecelakaan pada tanggal 28 Desember 2014.
-
Kapan pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Bagaimana Kopassus menyelamatkan penumpang Garuda Indonesia 206? Operasi ini mulai bergerak pukul 03.00 pagi, mereka mengendap-endap mendekati pesawat dan masuk melalui beberapa bagian pintu pesawat. Seluruh pembajak langsung ditembak di tempat. Seluruh sandera selamat.
-
Siapa yang menyelamatkan pilot? Pramugari Nigel Ogden segera merespons dengan melompat ke kokpit dan mengamankan Lancaster dengan memegang pinggangnya agar tidak terlepas sepenuhnya dari pesawat.
Berikut aksi Kopaska saat pencarian dan evakuasi AirAsia.
Menyelam cari jenazah
Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI Angkatan Laut melakukan penyelaman dari KRI Bung Tomo untuk mengevakuasi jenazah korban pesawat Air Asia QZ8501 yang hilang pada Minggu (28/12) kemarin. Kapten Kopaska TNI AL, Edi Tirtayasa mengatakan, pihaknya menyiapkan 6 Tim Kopaska untuk membantu proses evakuasi."Kopaska sudah ada 6 tim, 2 tim sudah di Banda Aceh dan 4 tim di sini (Pangkalanbun) per tim berjumlah 7-8 orang," kata Edi di Lanud Iskandar, Pangkalanbun, Kalimantan Tengah, Rabu (31/12).Menurut dia, hanya kapal perang berjenis KRI Bung Tomo yang bisa mendeteksi bawah laut lantaran dilengkapi Sonar."Setelah penyapu ranjau sudah tahu posisi AirAsia kita menyelam. Yang bisa mendeteksi itu kapal perang kayak KRI Bung Tomo," ujarnya.Pihaknya berencana menuju KRI Bung Tomo yang berjarak 100 mil laut dari Lanud Iskandar Pangkalanbun."Rencananya kita ke KRI Bung Tomo dan KRI Bung Tomo saat ini posisi 100 mil dari sini," jelasnya.
Harus nyelam kayak superman
kedalaman bawah laut tidak bagus karena berlumpur. Sehingga tak mudah untuk melakukan penyelaman sampai ke dasar laut."Lokasi jelek karena berlumpur dan menyelamnya pasti seperti Superman karena akan terus terseret ombak," terang Kapten Kopaska TNI AL, Edi Tirtayasa.Dia menambahkan, untuk mengangkat jenazah harus dipeluk lantaran jenazah sudah lama berada di Laut."Jenazah kan sudah 3 hari di air jadi harus dipeluk evakuasi kalau tidak bisa rusak," tukasnya.
Ditugaskan cari bodi pesawat di dasar laut
Kopaska diminta untuk membantu proses identifikasi bayangan pesawat yang sebelumnya ditemukan dalam upaya pencarian AirAsia QZ8501."Penyelam akan kita manfaatkan untuk menemukan bodi pesawat. Jika memungkinkan sekaligus untuk menemukan tubuh korban yang terjebak di dalam bodi pesawat," kata Soelistyo dalam jumpa pers di Kantor Basarnas.Dia mengatakan, bantuan yang diminta Basarnas ialah sebanyak dua tim penyelam dari Komando Pasukan Katak (Kopaska). Saat ini, di Pangkalan Bun, Kalimantan Barat, telah terdapat sembilan personel tim penyelam yang bersiaga.
Terjun ke dasar laut yang berlumpur
Mereka menuju dasar laut tempat Air Asia QZ8501 yang hilang kontak pada Minggu lalu. Untuk mencapai lokasi, banyak tatangan berat yang harus dihadapi tim penyelam andalan ini."Pertama secara kontur, dasar laut di wilayah Kalimantan ini berlumpur karena banyak muara sungai," kata Kapten Kopaska Jakarta Edi Tirtayasa di posko Landasan Udara Iskandar, Pangkalan Bun.Akibat kondisi dasar laut yang berlumpur, menurut Edi, visibility atau jarak pandang di dalam air sangat buruk. Kondisi cuaca pada Desember ini musim hujan dan membuat kondisi laut yang berlumpur semakin keruh. Arus di bawah permukaan dan gelombang di atasnya sangat kuat.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Baru beberapa bagian dari dua bangkai pesawat telah berhasil dievakuasi dari lokasi kecelakaan.
Baca SelengkapnyaUpaya evakuasi terhadap puing atau badan pesawat PK-IFP ini dilakukan sebagai langkah proses investigasi atas penyebab kecelakaan tersebut.
Baca SelengkapnyaMereka akan berjaga di sejumlah Bandara di Papua dan beberapa titik lainnya.
Baca SelengkapnyaTNI AL memberikan brevet kehormatan kepada Pangkostrad Letjen TNI Mohamad Hasan.
Baca SelengkapnyaDua pesawat Super Tucano yang dikendarai empat prajurit TNI AU tersebut sempat hilang kontak sekitar pukul 11 siang.
Baca SelengkapnyaProses evakuasi tidak berjalan mudah setelah dua korban terjebak di badan pesawat.
Baca SelengkapnyaKompolnas telah menerima paparan penanganan kasus, melihat tempat kejadian perkara (TKP) di ruang tahanan dan mewawancarai beberapa tahanan yang menjadi saksi.
Baca SelengkapnyaAda ketangguhan dan kesiapan bertempur yang nampak di setiap wajah anggota dari satuan Kopasgat berikut ini.
Baca SelengkapnyaTim SAR gabungan harus bekerja ekstra untuk bisa mengevakuasi ketiga jasad korban yang berhasil ditemukan.
Baca SelengkapnyaTiga jenazah korban penyerangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Pos Polisi 99 Ndeotadi 99, Baya Biru, Kabupaten Paniai, Papua Tengah belum dievakuasi.
Baca SelengkapnyaInformasi Basarnas, pesawat Smart Air diawaki pilot Kapten M. Yusuf serta seorang Engineer on Board (EOB) bernama Deni S.
Baca SelengkapnyaTNI AU memiliki pasukan elitenya yang dinamakan Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat).
Baca Selengkapnya