4 Cerita polisi berani tembak atasan
Merdeka.com - Lagi, seorang polisi bawahan berani melawan atasannya. Kasus perlawanan anggota polisi bawahan kepada atasannya seolah menjadi fenomena gunung es. Para bawahan berani menembak atasannya hingga tewas bersimbah darah.
Kasus terakhir menimpa Kepala Detasemen Pelayanan Masyarakat Polda Metro Jaya AKBP Pamudji saat berada di ruang piket Yanma di Mapolda Metro Jaya, Selasa (18/3) sekitar pukul 21.30 WIB. AKBP Pamudji tewas bersimbah darah, diduga di tangan bawahannya, Briptu Susanto.
Menurut pengamat Kepolisian Bambang Widodo Umar, kasus penembakan ini bukti jika pendidikan kepolisian di Indonesia saat ini amburadul. Faktor itu bisa memungkinkan penyebab polisi bintara berani menembak atasannya yang jabatannya sudah perwira menengah sekalipun.
-
Mengapa penembakan terjadi? Serangan tersebut menyebabkan kebakaran hebat di gedung itu.
-
Apa itu kepemimpinan? Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan membimbing orang lain dalam mencapai tujuan tertentu.
-
Apa karakteristik penting pemimpin? 'Milikilah keinginan untuk membuat keputusan. Itu adalah kualitas terpenting dari seorang pemimpin yang baik.' - Tung Desem Waringin
-
Siapa yang memimpin penculikan para jenderal? Doel Arif mendapat tugas menculik para Jenderal Angkatan Darat di malam kelam itu. Doel Arif menjadi Komandan Pasukan Pasopati dalam Gerakan 30 September.
-
Mengapa perwira tersebut diperlakukan seperti itu? Dijelaskan dalam video, bahwa setiap prajurit yang sudah masuk ke rumah tahanan maka dianggap sama. “Tidak ada yang spesial di penjara militer meski setinggi apapun pangkatnya,“
-
Mengapa pemimpin yang pilih kasih menyebabkan perpecahan? Pemimpin yang pilih kasih hanya akan menciptakan perpecahan.
Selain itu, kata Bambang penyebab banyaknya juga kasus penembakan bawahan kepada atasannya karena karakter pemimpin yang sewenang-wenang pada anak buahnya, atau karakter bawahan yang mudah tersulut emosi berkepanjangan.
"Faktor kejadiannya bisa jadi antar brigadir yang memang agresif dan impulsif, tapi kan itu sifat ya. Faktor lainnya mungkin pemimpinnya kurang arif, selalu membebani bawahannya. Hubungan antara anak buah dan bawahan di kepolisian memang harusnya selalu diperhatikan, diperbaiki agar terus harmonis," kata Bambang kepada merdeka.com, Rabu (19/3).
Berikut 4 kasus penembakan polisi yang dilakukan bawahan kepada atasannya:
Iptu tembak AKP di Polres Jombang
Iptu Sugeng Wiyono menembak atasannya sendiri, AKP Ibrahim Gani hari Rabu (27/4/2005) lalu di kantornya, Mapolres Jombang. Setelah menembak rekannya, Iptu Sugeng lalu nekat bunuh diri dengan menembak kepalanya sendiri.Ibrahim Gani mengalami luka tembak di bawah dada dan kini dirawat intensif di RS Bhayangkara Surabaya dengan mendapat penjagaan ketat polisi. Beruntung nyawanya berhasil diselamatkan.Kejadian mengejutkan bermula ketika Sugeng mendatangi ruang Ibrahim Gani. Saat itu Sugeng langsung merebut senjata api jenis FN 38 Ibrahim Gani. Perwira pertama polisi tersebut langsung menembakkan dua kali ke arah dada bawah Ibrahim. Dan tak lama kemudian, Sugeng menembak sendiri ke arah kepalanya dengan senjata yang sama.Sugeng diduga melakukan hal itu karena stres. Sugeng pernah menjabat Kanit Laka di Satlantas Polres Jombang. Saat kejadian pelaku telah dimutasi sebagai perwira menengah bagian administrasi Polres Jombang.
Tak terima dimutasi, provost tembak Wakapoltabes Semarang
Seorang anggota provost, Brigadir Satu Hance Christian, menembak atasannya sendiri Wakil Kepala Kepolisian Kota Besar Semarang Ajun Komisaris Besar Liliek Purwanto. kejadian penembakan tersebut terjadi di ruang kerjanya Liliek pada Maret 2007 lalu.Liliek tewas setelah enam tembakan dari jarak kurang dari dua meter bersarang di dada dan kepalanya. Hance sendiri akhirnya juga tewas tewas ditembak tim Provost, Reserse Mobil, dan Gegana.Insiden tembak-menembak itu berlangsung setelah apel pagi. Motifnya, Hance marah karena dimutasi ke Kendal, Jawa Tengah.
Tersinggung, Briptu di Makassar tembak Kombes
Briptu Ishak Trianda (35) nekat menembak Kombes Purwadi karena tersinggung dengan ucapan dokter perwira tinggi itu, sehari sebelumnya. Penembakan itu terjadi sekitar pukul 15.15 WITA, Sabtu (6/4/2013) lalu.Motif penembakan tersebut bermula saat putra bungsu Briptu Ishak Trianda yang berusia 4 tahun jatuh ke lubang galian pondasi Rumah Sakit Bhayangkara, Mappaoddang, Makassar, Sulawesi Selatan. Kemudian Briptu Ishak menutup lubang itu di jalan akses rumah dinasnya.Briptu Ishak lalu mendatangi Kepala Rumah Sakit Bhayangkara, Kombes Purwadi. Ishak protes soal lubang yang membuat anaknya terjatuh tersebut. Namun jawaban yang diterima Ishak justru sangat tidak mengenakan hati."Kalau anakmu jatuh, kamu kubur saja di galian. Terus kalau kamu jatuh juga, kamu kubur dirimu bersama anakmu di situ sekalian," jawab Purwadi. Hal itulah yang kemudian membuat Ishak sakit hati dan nekat membedil atasannya itu.
AKBP ditembak Brigadir di Mapolda Metro
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto menuturkan hingga saat ini sudah empat saksi yang diperiksa yakni S,C, J dan D terkait penembakan terhadap Kepala Detasemen Pelayanan Masyarakat Polda Metro Jaya AKBP Pamudji. Menurut keterangan para saksi, peristiwa berawal saat Brigadir Susanto dipanggil oleh korban."S ditegur karena separuh tak gunakan pakaian dinas (atas kaos bawah celana coklat polisi)," ujar Rikwanto di Mapolda Metro Jaya.Dari situlah, lanjutnya, Brigadir Susanto sempat diperingati. "Sempat juga dari kesaksian yang ada senjatanya diambil dan disuruh berpakaian dinas," tuturnya.Pada saat cekcok mulut terjadi, lanjut Rikwanto, di ruangan piket tersebut terdapat korban dan Brigadir Susanto."Mereka berdua ditinggal oleh Aiptu D. Tak lama kemudian 50 meter dari tkp Aiptu D mendengar letusan senjata setelah kembali menemukan AKBP Pamudji sudah tewas," paparnya.Dua kali letusan pun terdengar. "Bagaimana satu letusan kena korban, satu lagi tidak. Itu akan didalami," ucapnya.Senjata api yang ditemukan di samping jenazah pun diduga kuat merupakan milik Brigadir Susanto. "Senjata jenis revolver kaliber 38 tergeletak di samping jenazah dan diketahui milik Brigadir S," ucapnya.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam beberapa tahun terakhir, sudah banyak kejadian naas tersebut yang merusak citra Kepolisian Tanah Air.
Baca SelengkapnyaRentetan kasus kriminal libatkan polisi menunjukkan pembinaan mental Sumber Daya Manusia (SDM) Polri belum berjalan maksimal.
Baca SelengkapnyaBukan hanya sekali, berikut deretan kasus polisi tembak polisi yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia.
Baca SelengkapnyaWahyu mengklaim bakal menyelesaikan masalah polisi korupsi.
Baca SelengkapnyaMerangkum sejumlah tindak tak terpuji oknum TNI yang terjadi sejak Bulan Agustus hingga kini
Baca SelengkapnyaPada saat kejadian, AKP Dadang memakai pistol jenis HS untuk menghabisi nyawa AKP Ryanto.
Baca SelengkapnyaPelaku harus ditindak tegas karena kasus tersebut telah mencederai institusi Korps Bhayangkara.
Baca SelengkapnyaKapolri Listyo meminta jajarannya jangan ragu menindak pelaku yang merupakan perwira polisi.
Baca Selengkapnya"Kasus ini sangat memprihatinkan, korban tewas sia-sia karena perilaku oknum yang brutal," kata Habiburokhman.
Baca SelengkapnyaAKP Dadang Iskandar, dijatuhi hukuman etik berupa pemberhentian dengan tidak hormat dari kepolisian atau PTDH.
Baca SelengkapnyaAdapun kronologi penembakan dua perwira ini diduga akibat proyek tambang ilegal
Baca SelengkapnyaAKP Dadang Iskandar sempat mengancam personel polisi sesaat sebelum menembak rumah dinas Kapolres Solok Selatan
Baca Selengkapnya