4 Falsafah Jawa yang tak pernah ditinggalkan Jokowi
Merdeka.com - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dalam setiap melangkah tak pernah lepas dari falsafah Jawa. Falsafah yang satu ini saling berkaitan, namun terdiri dari empat kalimat.
"Sugih tanpa bandha, Digdaya tanpa aji, Nglurug tanpa bala, dan Menang tanpa ngasorake."
Menurut budayawan Kraton Surakarta KP Winarnokusumo, keempat kalimat tersebut sangat melekat pada diri Jokowi. Tiap-tiap kalimat mengandung makna yang baik bagi kehidupan manusia, siapapun itu.
-
Siapa yang usulkan Jokowi jadi pemimpin? Usulan tersebut merupakan aspirasi dan pendapat dari sejumlah pihak.
-
Siapa yang dipanggil Jokowi? Presiden Joko Widodo (Jokowi) memanggil dua menteri Partai Kebangkitan Bangsa, yaitu Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Indonesia (Mendes-PDTT) Abdul Halim Iskandar dan Menaker Ida Fauziyah.
-
Apa yang diresmikan Jokowi? Jokowi prihatin atas dominasi impor dalam penggunaan perangkat teknologi di Indonesia, dengan nilai impor yang mencapai lebih dari Rp30 triliun. Hal itu disampaikan Jokowi saat meresmikan Indonesia Digital Test House (IDTH) di Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT), Kota Depok, Jawa Barat Selasa, (7/5).
-
Bagaimana Jokowi ingin tingkatkan kesejahteraan rakyat? 'Pak Joko Widodo menetapkan kebijakan akan menghentikan, menjual kekayaan kita dalam bentuk mentah dengan murah ke luar negeri,' ujar Prabowo.
-
Apa yang Jokowi ajak untuk ditanggulangi? 'Selain itu kejahatan maritim juga harus kita tanggulangi seperti perompakan, penyelundupan manusia, narkotika, dan juga ilegal unregulated unreported IUU Fishing,'
-
Siapa saja yang mendampingi Jokowi? Jokowi tampak didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Falsafah itu pula yang mengantarkan sosok Jokowi hingga seperti sekarang ini. Seperti apa falsafah tersebut?
Sugih tanpa bandha
Yang pertama kalimat pertama "sugih tanpa bandha". "Sugih itu mempunyai arti kaya, sedangkan "bandha" itu berarti harta. Jika dirangkai maka menjadi kaya tanpa harta, itulah arti harfiah kalimat ini.Jokowi dikenal masyarakat sebagai sosok yang sederhana. Padahal saat mendaftar sebagai calon Gubernur hartanya tercatat lebih dari Rp 18 miliar lebih. Dalam budaya Jawa masyarakat tidak diajarkan untuk menyombongkan diri atau memperlihatkan harta kekayaannya.Bagi orang jawa harta itu bersifat duniawi saja atau mudah lenyap. Harta hanyalah titipan dari yang maha kuasa. Jadi belum tentu akan abadi, bahkan bisa musnah kapan saja. Demikian juga jika suatu saat harta itu hilang makan kita tidak akan kecewa atau merasa kehilangan.Menurut budayawan Kraton Surakarta KP Winarno, selama ini Jokowi tidak pernah membanggakan kekayaannya. Karena Jokowi sadar bahwa hartanya hanya titipan saja. Jokowi lebih memilih kaya hati daripada kaya duniawi. Keluhuran hati yang dimiliki Jokowi perlu dicontoh oleh para pejabat di negeri ini.
Digdaya tanpa aji
Digdaya mempunyai arti sakti, aji berarti dimaknai azimat. Jika digabungkan adalah sakti tanpa azimat.Menurut KP Winarnokusumo, kalimat ini mempunyai makna sebuah nasihat untuk semua manusia. Bahwa kesaktian, kekuatan apapun hanya milik Allah SWT. Manusia tidak boleh mengandalkan kekuatannya sendiri, sesakti apapun dia, semua akan kembali dan hanya milik yang Maha Kuasa.Falsafah tersebut juga melekat pada diri Jokowi, sifat yang tegas dan tidak takut pada siapapun. Yang benar akan dikatakan benar, begitu juga sebaliknya jika salah maka akan dikatakan salah. "Pernah saya mendengar ucapan Jokowi ketika akan membuat tulisan dengan aksara jawa, untuk penamaan jalan dan beberapa perkantoran di Solo. Jokowi mempertahankan pendapatnya, untuk tetap menaruh huruf jawa di atas, dan huruf latin di bawah, sekalipun harus dipecat dari jabatannya sebagai walikota" ucap budayawan Kraton Surakarta KP Winarno.Sikap tegas Jokowi tersebut membuat banyak orang segan. Bahkan dia tidak bisa disetir oleh siapapun. Sewaktu menjadi Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jokowi enggan untuk diatur atur, sekalipun oleh partai yang mengusungnya. Bagi Jokowi, dia sekarang adalah pejabat publik, yang notabene adalah milik semua rakyat yang dipimpinnya, dan bukan milik golongan lagi.
Nglurug tanpa bala
Kalimat ini terdiri dari kata "nglurug, yang berarti menyerang, tanpa bala artinya tanpa membawa pasukan. Bagi orang Jawa kata-kata tersebut merupakan falsafah atau ajaran yang sangat akurat untuk dilaksanakan. Dalam falsafah Jawa, ngluruk tanpa bala mempunyai makna bahwa untuk mencapai sesuatu tidak harus dengan kekuatan yang luar biasa atau dengan kelengkapan fasilitas yang serba cukup.Menurut KP Winarso, Jokowi menerapkan falsafah tersebut, berbuat sesuatu dengan penuh kehati-hatian, kebijaksanaan serta tidak gegabah. Jokowi lebih mengedepankan pendekatan kepada orang lain dari hati ke hati. Dengan pendekatan tersebut orang lain merasa diuwongke (dianggap) atau dihormati pendapatnya.Dengan model pendekatan tersebut rupanya banyak orang yang semula tidak senang kepada Jokowi menjadi bersimpati. Yang semula memusuhi, dengan model pendekatan seperti yang dilakukan Jokowi, orang akan cenderung berbalik mendukungnya.Sifat yang dimiliki Jokowi tersebut terbukti ampuh saat dirinya mengikuti pilkada DKI Jakarta. Di saat orang-orang mencibir dengan apa yang dia lakukan, mencalonkan diri sebagai gubernur Jakarta, ternyata Jokowi yang hanya orang biasa dan tak diperhitungkan, karena minim dukungan partai, bisa memberikan kejutan dengan menjadi pemenang pada Pilgub DKI.
Menang tanpa ngasorake
Kalimat ini bermakna mencapai kemenangan tanpa harus merendahkan orang lain.Peribahasa ini merupakan ajaran dari R.M. Pandji Sosrokartono (1877-1952) kakak kandung dari pahlawan nasional R.A. Kartini.Menurut KP Winarno, Jokowi dulu dimana pun mendapatkan cacian, serangan namun tidak pernah merasakan sakit hati. Dia mencontohkan saat Jokowi berbeda pendapat dengan Gubernur Jawa Tengah, meski dicibir, dimarahi dan dikatakan "bodoh" namun Jokowi tak pernah merasa dendam. Terakhir saat pelantikan Walikota Solo, Jokowi yang merasa yunior rela mencium tangan Bibit Waluyo, meskipun reputasinya lebih baik.Tak pernah merendahkan orang lain, ini dibuktikan Jokowi dengan mau mengunjungi kampung - kampung kumuh, berbagi dan mendengarkan keluhan mereka. Dengan cara tersebut siapapun akan tunduk dan mengikutinya, tanpa harus diminta sekalipun.Menurut KP Winarna, inti dari ajaran-ajaran ini hampir semua melekat pada diri Jokowi. Sehingga Jokowi tak hanya sukses di Solo, bahkan sukses memenangkan pilkada dan menjadi Gubernur DKI Jakarta. (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ganjar Pranowo menyatakan kesiapannya untuk lari maraton meneruskan pekerjaan besar Jokowi
Baca SelengkapnyaJoko Widodo atau biasa disapa Jokowi mungkin satu-satunya orang yang tak pernah kalah dalam kontestasi Pemilu di era Reformasi.
Baca SelengkapnyaKepemimpinan Presiden Joko Widodo selama dua periode mendapat sorotan dari dunia internasional.
Baca SelengkapnyaPakaian adat Betawi yang dipilih Presiden ini mencerminkan nilai-nilai kesopanan, ketaatan terhadap agama, kekuatan, dan kebijaksanaan.
Baca SelengkapnyaKutipan kata-kata Presiden Indonesia yang lucu dan inspiratif.
Baca SelengkapnyaBak seorang raja, Joko Widodo juga sudah mempersiapkan pangeran dan permaisuri untuk mengisi jabatan-jabatan berikutnya.
Baca SelengkapnyaJokowi berharap ke depan meski ganti pemimpin tidak mengganti visi negara.
Baca SelengkapnyaJokowi meyakini kepemimpinan Prabowo Subianto dengan konsep keberlanjutan dapat membawa Indonesia menjadi negara maju di tahun 2045.
Baca SelengkapnyaHasto mengklaim mendapatkan pandangan tersebut ketika menemui masyarakat Jawa Tengah yang menyampaikan penilaiannya soal Jokowi.
Baca SelengkapnyaHal itu dikatakan Megawati dalam acara penyerahan duplikat bendera pusaka kepada seluruh gubernur se-Indonesia di Balai Samudra, Jakarta
Baca SelengkapnyaMenurut Jokowi, Luthfi dan Yasin juga bisa bersinergi dengan pemerintahan saat ini
Baca SelengkapnyaAnwar Husin, relawan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Pilpres 2019, meluncurkan buku terkait kinerja Jokowi.
Baca Selengkapnya