47 Orang Meninggal Akibat DBD di Jawa Tengah
Merdeka.com - Sebanyak 47 orang meninggal dunia akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jawa Tengah dalam rentang waktu Januari hingga awal Juni 2020. Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Purworejo, Klaten, Batang, Kota Magelang, dan Kota Semarang, merupakan daerah dengan angka kasus DBD tertinggi se-Jawa Tengah.
"Data per hari ini tercatat 47 orang meninggal dari total 3.189 orang yang terserang penyakit demam berdarah di 35 kabupaten kota. Sedangkan angka kematian tertinggi akibat demam berdarah di Kota Pekalongan, Banjarnegara, Banyumas, Purbalingga, Grobogan dan Temanggung," kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah Yulianto Prabowo di Semarang, Jumat (3/7).
47 orang tersebut dinyatakan meninggal dunia atau crisis fatality rate (CFR) sekitar 1,47 persen. Terlebih lagi, kasus DBD di Jateng terbilang tinggi dengan incidence rate (IR) mencapai 9,16. Jika dihitung dari total penduduk.
-
Di mana kasus DBD paling banyak terjadi di Jakarta? 'Penyebaran DBD meningkat terutama di Jakarta Selatan saat ini di angka sekitar 500 kasus,' kata Heru dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (26/3).
-
Apa penyebab peningkatan kasus DBD di Jakarta? Angka kasus DBD di DKI Jakarta mengalami peningkatan sebanyak 1.102 orang dari sebelumnya hanya 627 kasus pada 19 Februari 2024.
-
Mengapa kasus DBD di Jakarta meningkat? Lebih lanjut, Ngabila menjelaskan adanya peningkatan kasus DBD di Tanah Air terjadi karena efek dari kemarau ekstrem panjang atau El Nino pada Juli hingga November 2023.
-
Kenapa DBD meningkat di Jakarta Barat? Memang, Jakarta Barat menyumbang penyebaran kasus DBD tertinggi hingga 26 Maret 2024 dengan jumlah kasus mencapai 716, disusul Jakarta Selatan 576, Jakarta Timur 562, Jakarta Utara 262 kasus, Jakarta Pusat 172 dan Kepulauan seribu 18 kasus.
-
Siapa yang lebih banyak terkena DBD di Jakarta Barat? Pasien mayoritas merupakan anak-anak. 'Total pasien sudah dirawat sejak 1 Januari 2024 sampai dengan hari ini ada 67 kasus. 70 persen kasus adalah anak-anak dan mayoritas usia SD dan SMP,' kata Ngabila dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (30/3).
-
Kapan puncak kasus DBD di Jakarta? 'Trend kasus DBD akan meningkat pasca El Nino dan pola kenaikan per bulannya khas pada musim penghujan dan sama dari tahun ke tahun akan mulai meningkat Desember, puncak April, lalu kembali turun,' terangnya.
"Incidence rate itu kita hitung berdasarkan jumlah kasus per 100.000 penduduk. Jumlah angka itu harus diwaspadai," ujarnya.
Menurut Yulianto kasus DBD dipengaruhi oleh lingkungan dan perilaku hidup masyarakat.
"Ini harus kita waspadai. Karena masih ada hujan, jadi sangat berpotensi demam berdarah. Tentu yang harus dilakukan untuk mengurangi jentik nyamuk dengan menutup, menguras, dan mendaur ulang," jelasnya.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jumlah korban meninggal dunia itu berasal dari 62.001 kasus DBD yang teridentifikasi.
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan mencatat, hingga minggu ke-15 tahun 2024, terdapat 475 orang meninggal karena DBD.
Baca SelengkapnyaKemenkes mengajak masyarakat mencegah DBD dengan membersihkan lingkungan.
Baca SelengkapnyaSejumlah pasien demam berdarah dengue sampai saat ini masih menjalani rawat inap.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor mencatat 750 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak awal 2024. Dari ratusan kasus itu, empat orang meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaBPBD Jateng bersama BPBD kabupaten kota juga menyediakan tempat pengungsian.
Baca SelengkapnyaUpaya pengasapan juga terus dilakukan di beberapa kawasan yang terbilang rawan.
Baca SelengkapnyaKasus demam berdarah di Probolinggo merupakan yang tertinggi di Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengungkapkan kenaikan kasus Covid-19 di wilayahnya.
Baca SelengkapnyaPenyebaran DBD di Kabupaten Lebak hingga kini terus bertambah.
Baca SelengkapnyaKorban tewas akibat terjangan banjir bandang di Sumbar ini tercatat sebanyak 50 orang. Sementara, 27 orang lainnya dilaporkan hilang.
Baca SelengkapnyaJumlah kasus DBD di Kota Reog ini diduga lebih banyak dari data resmi Dinkes
Baca Selengkapnya