Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

5 Aksi orang bule di Indonesia bikin kagum dan diacungi jempol

5 Aksi orang bule di Indonesia bikin kagum dan diacungi jempol pendaki bule bawa sampah rinjani. ©2015 Merdeka.com

Merdeka.com - Kelakuan orang asing atau ekspatriat di Indonesia kerap mendapat sorotan publik. Apalagi jika sudah berkaitan dengan pelanggaran norma dan hukum yang berlaku di Indonesia.

Contohnya para imigran gelap yang masuk Indonesia untuk menyelundupkan narkotika dan obat terlarang. Beberapa di antaranya terpaksa meregang nyawa setelah dijatuhi hukuman mati atas perbuatan mereka melawan hukum.

Ada pula kelakuan yang tidak terpuji seperti dilakukan seorang bule yang menyiram cat merah ke Tugu Yogyakarta awal bulan ini. Seorang bule perempuan berjalan dari arah selatan ke Tugu. Begitu sampai di Tugu dia langsung menyiramkan Tugu yang merupakan simbol Yogya tersebut cat warna merah yang disimpannya di botol air mineral. Warga yang melihat langsung mendatangi bule tersebut dan mencegah aksinya.

Kelakuan bule yang juga bikin geram adalah ketika dua orang bule asal Australia mengencingi area pura milik warga Bali. Bahkan bule-bule tersebut justru memukuli dan mengancam warga.

Kejadian-kejadian tersebut membuka mata bahwa tidak selamanya warga negara asing yang datang ke Indonesia berlaku santun dan sopan. Tapi kita juga tidak menutup mata, beberapa orang bule justru membuat kagum ketika berada di Indonesia.

Banyak hal positif yang dilakukan untuk Indonesia. Semisal mereka yang disebut 'Indonesianis' karena kecintaannya terhadap budaya dan masyarakat Indonesia. Biasanya mereka berasal dari golongan peneliti atau akademisi yang mengembangkan sekaligus belajar kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia.

Tidak hanya itu, beberapa aksi dan kelakuan orang bule di Tanah Air juga mengundang decak kagum. Merdeka.com merangkum beberapa aksi orang bule yang patut diacungi jempol. Berikut paparannya.

Jadi tukang sapu jalanan

Bule cantik dan ganteng ini tidak segan mengayunkan sapu, membersihkan jalanan di sepanjang bundaran Tugu Balai Kota Malang. Ada empat orang bule ditambah dua orang warga Solo yang mendampingi mereka.

Peluh yang menetes dari dahi seolah tidak mereka pedulikan. Beberapa lembar sampah yang berserakan dipungut dan dimasukkan ke dalam tempat sampah warna hijau yang mereka bawa berkeliling.

Ingersoll asal Amerika Serikat mengaku setiap Kamis menyapu Bundaran Tugu, Malang. Kegiatan dimulai sekitar pukul 09.00 WIB sampai selesai. Kegiatan itu sudah dilakukan sejak beberapa bulan.

"Kami setiap Kamis melakukan ini, kami suka melakukan pelayanan. Kegiatan ini sudah lama, tetapi saya baru bergabung sekitar enam bulan," kata perempuan tersebut dengan ramah di Bundaran Tugu Malang, Kamis (8/3).

Ingersoll menyapu ditemani dua rekannya Sarwono dan Sutarno, sementara tiga teman prianya, Baize, Thompsom dan Williamson menyapu terlebih dulu di sisi yang lain. Mereka juga beberapa kali memberikan waktu saat diajak foto bersama oleh para pejalan kaki. Sejumlah remaja mengajak foto, mereka pun meletakkan sapunya dan mengambil posisi.

Mereka mengaku keliling di beberapa kota sekadar menyapu jalanan. Sebelumnya di Solo dan Bandung. Mereka akan dua tahun berada di Indonesia.

Selain kegiatan menyapu, Ingersoll dan kawan-kawan juga memiliki kegiatan mengajar bahasa Inggris kepada siapa saja yang bersedia bergabung. "Kami juga memiliki kelas bahasa Inggris gratis di Jalan Padjajaran 10 Malang," kata Baize.

Mereka mengaku sedang melakukan kerja sosial sebagai kerja pelayanan gereja Yesus Kristus. Pakaian mereka pun dilengkapi atribut gereja dengan menampilkan moto 'Kasih Yang Murni Tak Pernah Gagal'.

Jadi abdi dalem keraton Yogya

Seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta mencuri perhatian warga yang mengikuti grebeg Gunungan di Masjid Gede Keraton, Sabtu (18/7). Sebab abdi dalem ini bukan orang jawa melainkan bule asal Amerika.

Saat sang Bule yang diketahui bernama Tom tersebut mengikuti iring-iringan Gunungan, sejumlah warga mengarahkan kamera handphone-nya ke arah Tom. Mereka pun bertanya-tanya kenapa ada bule yang mau menjadi abdi dalem.

Saat ditemui merdeka.com usai grebeg Gunungan, Tom pun menceritakan alasan kenapa dia mau menjadi seorang abdi dalem. Menurut dia kebudayaan Yogyakarta sangat menarik untuk pelajari.

"Saya tertarik dengan kebudayaan ini. Ini sangat menarik untuk dipelajari dan diketahui dan juga penting," kata Tom dengan bahasa Indonesia yang tersendat-sendat.

Dia pun mengaku merasa ingin menjadi bagian dari kebudayaan tersebut. Karena itu dia pun memutuskan untuk menjadi abdi dalem. Kebetulan dia memiliki kenalan yang sebelumnya sudah menjadi abdi dalem.

"I feel on it, saya merasa menjadi bagian dari ini semua," ujarnya.

Dia berpesan ke warga Yogyakarta dan Indonesia untuk mencintai kebudayaan yang baginya sangat menarik. "Ini penting agar warga Kota Yogyakarta dan Indonesia bisa melihat ini dan berpartisipasi. Ini adalah kebudayaan yang penting," katanya.

Bersih-bersih Gunung Rinjani

Jejaring media sosial, khususnya di antara pecinta alam, sempat dihebohkan dengan foto kondisi Gunung Rinjani yang dipenuhi sampah pendaki. kebanyakan mengecam sikap pendaki yang mengabaikan faktor kebersihan Rinjani.

Pendaki Rinjani dikecam karena tidak membawa turun sampah. Padahal imbauan untuk membawa turun sampah terpampang jelas di pintu masuk jalur pendakian.

Kali ini aksi pendaki bule membuat heboh. Beredar foto di jejaring sosial yang memperlihatkan delapan orang pendaki asing bersih-bersih Gunung Rinjani. Foto-foto yang diunggah di akun facebook green-books seolah menohok sikap pendaki Rinjani yang tak peduli sampah di gunung berketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Aksi mereka pun dipuji. Ada yang berterima kasih karena mereka ikut menjaga kebersihan dan keindahan Rinjani, ada yang mengakui aksi mereka telah membuka mata pendaki lain untuk melakukan hal sama.

"Kita mesti punya rasa malu sama orang asing," komentar salah satu netizen.

"Perilaku yang patut dicontoh. Terima kasih bule."

Ada pula yang mengatakan, "Mereka lebih Indonesia daripada kita. Itu harusnya membuat pendaki malu buang sampah sembarangan. Beberapa pendaki lebih membudayakan selfie daripada menjaga alamnya."

Bangun yayasan anak terlantar di Lombok

Prihatin pada kondisi anak-anak jalanan di Kota Lombok, Nusa Tenggara Barat, seorang warga Belanda tergerak membangun yayasan untuk bocah terlantar di sana. Tempat dinamakan Yayasan Peduli Anak itu akhirnya berdiri pada 2006-2007.

Meski kaya dan sukses sejak usia 23 tahun namun ada ruang kosong dalam dirinya yang tak bisa digantikan dengan harta. Materi berlimpah tak membuatnya bahagia. Dia meninggalkan rutinitas pekerjaan dan berlibur ke Indonesia, tempat kakek-neneknya dibesarkan. Negeri ini juga menjadi tempat lahir ayah Fetter.

"Saya ke Lombok, salah satu tempat terbaik di Indonesia. Di sana banyak anak-anak jalanan, meminta-minta dan saya ingin tahu apa masalah mereka," kata Fetter.

Fetter pun lantas meminta bantuan supir taksi yang dikendarainya di Lombok untuk bertanya pada tiga orang anak jalanan demi mengetahui alasan mereka tinggal di jalanan. Fetter mendapati anak-anak tersebut berasal dari keluarga miskin dan mereka ditinggal orang tuanya yang menjadi buruh migran di Malaysia, sementara saudara mereka tidak mampu menafkahi kebutuhan sehari-hari.

"Mereka diusir, tinggal di jalan, tidur di mal, mereka ingin sekolah lagi. Saya bilang, ok kalau mau sekolah lagi kita bawa kamu ke sekolah. Jadi kami pergi ke sekolah, ketemu sama kepala sekolah, kami bayar untuk sekolahnya satu tahun," ungkap Fetter.

Fetter tidak langsung memutuskan untuk membuat yayasan di Lombok. Saat balik ke Belanda barulah dia mengerti tujuan hidup sebenarnya. 

"Ok inilah hal yang saya ingin lakukan lebih baik lagi. Jadi saya jual perusahaan saya di Belanda, saya pindah sekitar 2004. Saya ke Indonesia, ke Lombok," kata Fetter.

Fetter menyiapkan segala hal mulai dari rencana membangun bisnis pariwisata di Lombok, membeli sebidang tanah untuk membangun yayasan anak-anak terlantar, hingga melakukan riset soal bocah jalanan di Lombok. Untuk misinya ini dia bekerja sama dengan salah satu universitas di Mataram.

Sorotan media Belanda tersebut berimbas pada kucuran bantuan yang warga Belanda yang peduli terhadap program sosial Fetter. Dari donasi tersebut ditambah uang pribadinya Fetter membangun Yayasan Peduli Anak di atas lahan seluas 1,5 hektar di Lombok.

"Saya membangun dari tabungan saya sendiri dan uang sumbangan. Jadi kami habiskan sekitar USD 1 juta (setara Rp 12,3 miliar) dalam 10 tahun terakhir," ucap Fetter.

"Kita buat Yayasan Peduli Anak tahun 2006. Di lahan 1,5 hektar, kita buat dua sekolah, SD dan sekolah keterampilan. Ada tiga panti, ada mushola, ada kolam renang, ada klinik. Kita punya guru sendiri, dan sekolahnya juga sudah akreditasi," ungkapnya.

Jualan burger demi pengobatan istri

Cerita mengharukan datang dari seorang bule Amerika Serikat bernama Glenn. Bule ini berjualan burger untuk mengumpulkan biaya pengobatan istrinya yang divonis dokter kena kanker serviks stadium IIB.

Yang bikin trenyuh, lapak burger milik Glenn itu dihiasi papan tulis putih yang bertuliskan 'Mohon doakan istriku yang sakit. Terima kasih'.

Glenn saat ini berjualan burger di Pasar Kober, Purwokerto, Jawa Tengah. Awalnya hanya iseng dan mencari uang tambahan saat ramadan, namun pada akhirnya dia harus terus berjualan demi mengumpulkan uang untuk kesembuhan istrinya itu.

"Awalnya saya dan istri jualan (burger) di sekitar Baturaden, itu dari Ramadan 2012. Tapi karena perizinannya susah, kami akhirnya pindah jualan ke Kober," kata Glenn ketika berbincang merdeka.com, Senin (22/9).

Usai Ramadan 2014, istrinya yang asli warga Purwokerto itu mulai sakit-sakitan dan rupanya terkena sakit kanker. Alhasil Glenn memutuskan untuk tetap melanjutkan usahanya meski ramadan sudah selesai. Biaya penjualan burger itu akan ditabungnya untuk biaya kemoterapi istrinya.

"Akhir ramadan kemarin ternyata istri saya mulai sakit, kondisinya tidak membaik. Saya lalu memutuskan jualan sendiri saja, kadang dibantu ibu mertua juga," ujarnya.

(mdk/noe)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP