5 Cerita inspirasi Desi si penjual slondok
Merdeka.com - Desi Priharyana kini sedang menjadi sorotan. Murid kelas 1 SMKN 2 Yogyakarta itu membawa sepeda ontelnya yang dipasangi gerobak berisi aneka makanan ringan yang dijual.
Sehari-hari, Desi harus mengayuh sejauh 12 kilometer dengan ontel bututnya menuju sekolahnya di Jalan AM Sangaji, Jetis, Yogyakarta. Dalam bronjong ontelnya, tak pernah ketinggalan slondok, cemilan mirip lanting yang terbuat dari singkong.
Sambil sekolah, Desi berjualan slondok. Teman, guru dan semua penghuni sekolah ditawari slondok sebagai camilan. Tidak ada rasa malu pada diri Desi untuk berjualan makanan tradisional Yogya itu.
-
Siapa yang jualan di sekolah? Aqila tampaknya mengikuti kegiatan di sekolahnya yang mengajarkan siswa menjadi wirausahawan sejak dini.
-
Apa yang diberikan guru kepada murid? 'Terima kasih atas bimbingan dan ilmunya yang bermanfaat, amal kalian akan terus mengalir seiring dengan bermanfaatnya ilmu yang engkau berikan.'
-
Bagaimana guru PAUD di Rangkasbitung berjualan basreng? Setelah matang, basreng mereka kemas ke wadah plastik, dan menunggu pembeli langganan datang. “Sehari-hari saya di PAUD, ngajar dan ini sedang usaha basreng untuk sampingan,“ terang Ida, mengutip YouTube SCTV Banten.
-
Siapa yang menjadi objek cerita lucu tentang guru di sekolah? Cerita Lucu Bahasa Indonesia: Keceplosan Guru mengabsen murid di sekolah. Ternyata Delon tidak masuk. Tiba-tiba, kepala sekolah memanggil guru yang sedang mengabsen.Kepala sekolah: 'Ini ada telepon.'Guru: 'Halo...'Penelpon: 'Halo, saya mau memberitahu bahwa Delon sedang sakit jadi tidak bisa masuk sekolah.'Guru: 'Maaf ... ini dari siapa?'Penelpon: 'Ini dari ayah saya.'Guru : ?????&%^&$*^%????
-
Kenapa Aqila jualan di sekolah? Aqila tampaknya mengikuti kegiatan di sekolahnya yang mengajarkan siswa menjadi wirausahawan sejak dini.
-
Bagaimana Aqila jualan di sekolah? Aqila terlihat menjual 'usaha' kecil-kecilannya, dan sang mama pun tidak melewatkan momen untuk mengabadikannya.
Desi punya cita-cita melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Desi pun berharap bisa berkuliah UGM atau UNY selepas bangku SMK.
"Kalau ada kesempatan pengen kuliah di UGM atau di UNY di fakultas Teknik, kalau nggak ya masih bisa buka usaha. Doakan bisa dapat beasiswa di sekolah, biar bisa nabung buat kuliah," ujar Desi, Rabu (22/1).
Bagaimana cerita Desi bisa berjualan slondok? Berikut lima kisah Desi:
Bayar uang sekolah dari jualan slondok
Desi Priharyana, siswa SMKN 2 Yogyakarta ini tak pernah malu menjual slondok, cemilan khas Yogya, dengan membawa gerobok sepeda ke sekolah. Desi harus menjalani rutinitas seperti ini sejak SD demi membantu bapaknya yang sehari-hari menjadi kuli batu di Sleman.Dengan berjualan slondok, Desi bisa banyak membantu meringankan beban ekonomi keluarganya. Setiap bulannya paling tidak Desi bisa mengantongi uang sekitar Rp 250.000 dari berjualan slondok. Itu belum termasuk penghasilannya dari menjaga toko sembako sepulang sekolah.Setiap harinya Desi bisa menjual sekitar 30-50 bungkus Slondok. Setiap bungkusnya dia menjual Rp 7.000 dengan keuntungan Rp 1.000 per bungkus."Ya nggak tentu, kadang ada pesanan banyak, lumayan buat bantu bapak, kan bapak juga kerja nggak tentu, kalau ada kerjaan baru kerja, kalau nggak ya nganggur di rumah," ujar anak pertama dari dua bersaudara kepada merdeka.com, Rabu (22/1).Selain untuk kebutuhan sehari-hari, hasil jualan Slondok juga digunakannya untuk membiayai sekolahnya sendiri. Bahkan saat mendaftar ke SMKN 2 Yogya, Desi menggunakan tabungannya hasil jualan sejak dari SD untuk biaya masuk sekolah. Waktu itu karena sang Bapak tak kunjung mendapatkan uang untuk biaya masuk sekolah, akhirnya Desi menggunakan uang tabungannya sendiri."Waktu itu bapak nggak ada uang, saya bilang bapak, tak nganggo duitku wae pak mblebu sekolahe bapak tadinya bilang jangan, tapi karena gak ada uang jadi saya pakai tabungan sendiri," kenang Desi.Tak hanya uang sekolah, dengan uang hasil keringatnya Desi juga membeli sepatu, seragam dan handphone merk China serta sepeda onthel yang kini ia gunakan."Dulu pakai sepeda bapak, sekarang pake sepeda sendiri, beli setahun yang lalu, dari teman, cuma Rp 250.000," ungkapnya.
Wakil bupati pesan slondok ke Desi
Dari pengalamannya berjualan slondok, pembeli Desi bukan hanya datang dari Yogyakarta, namun beberapa wisatawan juga memesan langsung slondok padanya. Bahkan pada saat musim liburan, Desi kerap kehabisan stok slondok. "Yang langganan banyak ibu-ibu buat camilan arisan, ada juga yang buat pengajian. Tapi ada juga wisatawan. Pernah ada orang Bandung cari oleh-oleh slondok sampai datang ke rumah, tapi karena nggak SMS dulu jadi nggak ada stok, sudah habis, saya jadi mengecewakan pelanggan," kisah anak muda kelahiran 8 Desember 1995 tersebut.Selain wisatawan, salah satu pejabat di Sleman yaitu Wakil Bupati Sleman Yuni Setia Rahayu pernah juga membeli slondok dari Desi. Desi menceritakan ketika sedang online di Facebook, dia menawarkan wakil bupati Sleman tersebut slondok jualannya. Wakil bupati pun memesan empat bungkus slondok pada Desi."Kebetulan saya gabung di komunitas Kopi Jos, Komunitas sepeda ontel di Sleman, pembinanya bu Yuni, wakil bupati, pas gathering, saya antar sekalian pesanan bu Yuni," kata Desi.
Buat kantin kejujuran untuk guru
Dalam menjajakan dagangannya, Desi Priharyana ternyata cukup kreatif. Untuk menyasar para gurunya, Desi bahkan pernah membuat semacam kantin kejujuran di sekolahnya. Saya pernah buat kantin kejujuran guru, Slondok saya taruh di ruang guru, terus tak kasih toples kosong buat tempat uang," katanya Desi lalu terkekeh.Menurut Desi, yang perlu diuji kejujurannya bukan hanya siswa-siswi tapi para guru dan karyawan sekolah juga perlu. Karena kejujuran bagi desi harus dimiliki setiap orang."Jujur itukan ya bukan cuma siswa, Guru juga harus jujur, semua orang harus jujur," katanya serius.
Desi dikenal disiplin dan pintar
Meski harus jualan slondok (makanan seperti lanting khas Yogyakarta) dan bekerja sepulang sekolah, Desi Priharyana tidak pernah mengeluh. Dari kesaksian Dasiman, Satpam di , Desi sama sekali tidak pernah terlambat datang ke sekolah.Padahal jika dibanding dengan temannya yang berangkat sekolah dengan sepeda motor, seharusnya Desi lebih lambat karena harus mengayuh sepeda dan menempuh perjalanan sejauh 12 kilometer. Namun pada faktanya, justru banyak teman Desi yang menggunakan motor terlambat datang ke sekolah."Setiap 07.45 kita sudah tutup gerbang, dan Desi tidak pernah terlambat, malah temannya yang pakai motor banyak yang telat," kata Dasiman.Selain disiplin waktu yang baik dari Desi, Desi juga dikenal siswa yang cukup rajin di kelas. Bukti kerajinannya itu terlihat dari peringkat Desi di kelas yang masuk sepuluh besar."Belajar biasa saja, sekarang rangking 7 di kelas," aku Desi.
Desi ingin kuliah di UGM atau UNY
Sekolah sambil berjualan makanan bukan hal yang mudah dilalui Desi Priharyana. Namun Desi tetap memiliki cita-cita yang tinggi. Desi bahkan berkeinginan melanjutkan ke bangku kuliah di UGM dan UNY."Kalau ada kesempatan pengen kuliah di UGM atau di UNY di fakultas Teknik, kalau nggak ya masih bisa buka usaha. Doakan bisa dapat beasiswa di sekolah, biar bisa nabung buat kuliah," harap Desi.Desi juga ingin menjadi seorang pengusaha yang sukses di bidang kuliner. Dia berniat untuk mengembangkan usahanya berjualan Slondok sehingga dia bisa mendapatkan keuntungan besar. "Kalau sekarang waktunya belum ada, nanti kalau sudah lulus pengen saya kembangkan usaha ini," ujar Desi.
Baca juga:Selain berdagang Slondok, Desi punya keahlian memijatKisah cinta dan cita-cita Desi, anak SMK penjual slondokJual slondok buat sekolah, Desi selalu rangking 10 besarSatpam terharu lihat perjuangan Desi jual slondok buat sekolahDesi pernah bikin kantin kejujuran buat guru (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anak-anak seharusnya memang fokus belajar dan bermain. Namun, tidak dengan Jelita. Ia harus berjualan gorengan untuk bantu orang tuanya.
Baca SelengkapnyaWalau sempat malu, namun tekad kuatnya membalas budi orang tua membuatnya bersemangat dalam berjualan dimsum di pinggir jalan.
Baca SelengkapnyaWNI bagikan camilan khas Indonesia di China di momen Jumat Berkah.
Baca SelengkapnyaDengan modal terbatas, Dicky merintis usaha martabak di pelataran rumahnya. Dia sempat ragu dan takut memulai usaha.
Baca SelengkapnyaPutu Desie Pratiwi, seorang guru SD yang memiliki semangat wirausaha, memulai perjalanan bisnisnya dengan usaha kecil.
Baca SelengkapnyaAnak SD ini menghabiskan Rp300 ribu hanya uang jajan saja. Biaya untuk makan di sekolah pun berbeda lagi.
Baca SelengkapnyaDari hasil berjualan sapu ijuk, ia menyisihkan 4 ribu rupiah setiap harinya dan berhasil membangun sekolah gratis untuk anak-anak.
Baca SelengkapnyaBaginya, menjadi manusia terbaik adalah manusia yang bermanfaat bagi sesama.
Baca SelengkapnyaBikin haru, kisah anak kelas 4 SD yang berjualan tahu untuk bantu ibunya yang sakit ini viral.
Baca SelengkapnyaSecara berani anak tersebut mengejar tokek ke manapun ia pergi.
Baca SelengkapnyaUsai mengajar, pemilik lembaga bernama Ida Susanti itu bergegas pulang untuk membuat basreng secara rumahan.
Baca SelengkapnyaSebelumnya Derlin dikenal luas oleh publik setelah membuat konten persiapan jualan.
Baca Selengkapnya