5 Hari dirawat di RS Hermina Palembang, bocah 6,5 tahun tewas
Merdeka.com - Sonnya Qurniawati, bocah berusia 6,5 tahun, putri keempat dari lima bersaudara pasangan Sonny Rafles dan Epiyani, diduga menjadi korban malapraktik rumah sakit (RS) Hermina Palembang. Pasien tewas dengan sekujur tubuh membiru setelah menjalani perawatan selama lima hari.
Saat disambangi merdeka.com di rumah duka di Jalan Bambang Utoyo, Lorong Pandawa, Ilir Timur II, Palembang Selasa (12/8), Sonny Rafles, ayah korban mengatakan, anaknya tersebut dirawat di rumah sakit tersebut karena mengalami diare, pada Rabu (6/8).
Dokter yang menangani pasien berinisial YK, langsung memasukkan ke ruang ICU karena dinyatakan penyakitnya sudah parah. Padahal, kondisi anaknya masih sadar dan stabil.
-
Bagaimana cara anak itu meninggal? Antropologi fisik di lokasi menyatakan bocah itu berusia 10 tahun saat meninggal dengan gigi terkikis dan tanda-tanda infeksi didalam mulutnya.
-
Bagaimana korban meninggal? 'Dalam proses dari Lampung ke Jakarta ini (korban) pendarahan hebat. Pelaku juga mengetahui bahwa si korban sedang pendarahan. Pelaku ini mengetahui bahwa korban sedang pendarahan hebat, namun dibiarkan saja, sehingga korban kehabisan darah dan meregang nyawa,' kata dia.
-
Bagaimana ibu tersebut meninggal? Ibunya berpulang dengan penuh cinta kasih sesaat setelah terhuyung di restoran.
-
Bagaimana wanita tersebut meninggal? Dua kerangka ini telah dipindahkan untuk uji laboratorium, bertujuan untuk memastikan bagaimana pasangan ini meninggal dan mengapa wajah wanita itu bolong.
-
Bagaimana anak laki-laki Hun meninggal? Lesi pada rongga mata anak laki-laki Hun menunjukkan adanya anemia kronis atau penyakit lain yang mungkin berkontribusi terhadap kematiannya yang dini.
-
Bagaimana cara seseorang meninggal karena usia tua? Menurut Dr. Elizabeth Dzeng, asisten profesor kedokteran di University of California, San Francisco, 'Tidak ada dokter yang akan mencantumkan 'usia tua' sebagai penyebab kematian di sertifikat kematian. Biasanya, penyebabnya adalah sesuatu seperti serangan jantung atau gagal organ, yang dipicu oleh penyakit-penyakit yang mendasari seperti infeksi, kanker, atau penyakit jantung.' Hal ini menunjukkan bahwa istilah 'usia tua' hanyalah label umum yang sering digunakan ketika penyebab spesifik kematian tidak diketahui atau sulit ditentukan.
Setelah sehari menjalani perawatan di ICU dengan dipasang infus, keluarga korban mulai melihat kejanggalan pada anak perempuan semata wayangnya itu. Mata Sonnya terus tertutup dan tubuhnya gelisah. Berulang kali bibir Sonnya berkata kesakitan.
"Anak saya seperti itu saat dokter yang menanganinya memberikan obat batuk. Dokter sempat izin sama saya untuk memberikan obat tersebut dan saya izinkan karena saya rasa dokter itu lebih tahu. Apalagi, obat itu obat mahal," kata Sonny.
Kondisi Sonnya sempat membaik sehari kemudian. Sayang, kondisinya makin memburuk dan tak sadarkan diri. Bocah yang masih duduk di bangku TK ini, tidak bisa membuka matanya. Tubuhnya gelisah dan tidak pernah berdiam diri di atas tempat tidur.
Mulai timbul kecemasan di benak Epiyani dan Sonny. Ia pun bertanya kepada dokter yang menangani anaknya. Namun, dokter itu tidak memberikan jawaban pasti. Dia malah terus mencampuri cairan infus dengan berbagai jenis obat. Bahkan, darah anak saya terus disedot oleh perawat atas suruhan dokter tersebut.
"Ada 19 jenis obat yang dicampur dalam infus itu tiga kali sehari. Malah, dikasih tiga kali sehari. Anehnya, ada obat batuk yang dicampur, padahal anak saya sakit batuk," kata dia.
Melihat kejanggalan dari penanganan yang dilakukan YK, Sonny menghadap manajemen RS Hermina dengan tujuan meminta pergantian dokter. Namun, permintaan itu tidak ditanggapi oleh pihak manajemen. YK tetap merawat Sonnya dengan metode yang sama, yakni mengambil darah Sonnya intens setiap hari dan mencampur cairan infus dengan obat.
Puncaknya, Sonnya menghembuskan napas terakhir Minggu (10/8) malam. Anehnya, saat meninggal dunia, sekujur tubuh Sonnya membiru kecuali di bagian wajah atas.
"Saya yang mandikan anak saya. Badannya membiru, paling parah di bagian dada. Tidak mungkin karena diare meninggalnya seperti itu, kecuali salah perawatan," tegasnya.
Dari kejadian ini, pihak keluarga berencana untuk menggugat pihak rumah sakit Hermina Palembang dan meminta keadilan.
"Dalam sehari dua hari ini kami akan lapor ke polisi menuntut keadilan," pungkasnya. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penemuan jasad ayah dan anak yang telah membusuk di rumahnya, Jalan Balai Rakyat V, Kelurahan Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara membuat geger warga.
Baca SelengkapnyaRumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang buka suara terkait meninggalnya pasien anak atas nama inisial AR (11) di RSUP M Djamil Padang.
Baca SelengkapnyaKasus kecelakaan tersebut masih diselidiki Polsek Cakung.
Baca SelengkapnyaSeorang bocah berusia 4 tahun di Jambi yang dilaporkan hilang oleh pihak keluarga ditemukan sudah jadi mayat di bawah gardu listrik.
Baca SelengkapnyaKorban pertama kali ditemukan kekasihnya yang datang ke indekos karena curiga teleponnya tak kunjung diangkat.
Baca SelengkapnyaSeorang bocah berusia 5 tahun, RS ditemukan tewas tenggelam di kolam renang salah satu hotel di Pagaralam, Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaPihak keluarga memutuskan untuk tidak melakukan otopsi terhadap jasad korban.
Baca SelengkapnyaTerkait kepemilikan sebilah pisau itu, menurutnya belum bisa diidentifikasi karena kebetulan ditemukan di lokasi kejadian
Baca SelengkapnyaSeorang bocah laki-laki inisial QAK berusia enam tahun tewas setelah terjatuh dari lantai 8 di Gedung Rusunawa Rawa Bebek, Cakung, Jakarta Timur, Selasa (25/6)
Baca SelengkapnyaSebelumnya bocah tersebut dinyatakan hilang lebih dari sepekan atau sejak Kamis, 11 April 2024.
Baca SelengkapnyaKorban terjatuh akibat tersenggol badan kiri bus yang tengah berbelok masuk ke dermaga eksekutif Merak.
Baca SelengkapnyaJasad korban kali pertama diketahui oleh ibunya yang langsung histeris minta tolong.
Baca Selengkapnya