5 Keganjilan penyerangan Kopassus ke Lapas Cebongan
Merdeka.com - Tim investigasi TNI akhirnya mengumumkan bahwa pelaku penyerbuan dan pembunuhan terhadap 4 tahanan di Lapas Cebongan adalah anggota Kopassus. Pelaku penyerbuan tersebut adalah 11 anggota Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan, Kartasura.
Menurut Ketua Tim Investigasi kasus penyerangan Lapas Cebongan dari TNI AD Brigjen Unggul K Yudhoyono, pelaku merupakan anggota Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan, Kartosuro. Menurut dia, pelaku dengan jumlah 11 orang bergerak melakukan penyerangan setelah mendengar kabar pembunuhan Serka Heru Santoso dan Sertu Sriyono.
"Beberapa orang sedang latihan di Gunung Lawu. Mereka dengar ada anggota dikeroyok dan dibunuh secara biadab. Karena jiwa korsa yang tinggi, mereka kemudian bereaksi dan mengajak temannya. Ada 11 orang," ujar Unggul dalam konferensi pers di Media Center Kartika TNI AD, Jl Abdul Rahman Saleh, Jakarta, Kamis (4/4) kemarin.
-
Siapa yang mengeroyok Sersan Heru Santosa? Dalam keributan itu, Sersan Heru Santosa dikeroyok Dicky dan teman-temannya dan ditusuk menggunakan sebilah belati.
-
Apa yang Serka Sudiyono lakukan? Dalam wawancaranya bersama kanal YouTube Musayfa Musa, Serka Sudiyono menangis ketika mengingat anaknya yang pertama. Ia mengatakan anaknya itu sudah mendaftar jadi anggota TNI sebanyak lima kali dan selalu gagal. Tahun 2024 besok adalah kesempatan terakhir anaknya untuk mendaftar TNI.
-
Siapa Komandan Kopassus ke-13? Agum menjadi Komandan Kopassus ke-13 menggantikan Brigjen Tarub. Dia dilantik oleh Kasad Jenderal Wismoyo Arismunandar tanggal 6 Juli 1993.
-
Siapa yang melakukan serangan? Pada Sabtu (19/10), wilayah Beit Lahiya yang terletak di utara Gaza menjadi sasaran serangan oleh Israel.
-
Siapa yang terlibat dalam peristiwa ini? 'Kami memanggil pihak keluarga pengendara sepeda motor yang pura-pura kesurupan untuk dimintai keterangan,' ucap dia.
-
Siapa yang melakukan penusukan? Informasi yang dihimpun menyebutkan, korban yang berusia 8 tahun itu mengalami kebutaan pernanen pada mata sebelah kanannya. Kejadian itu sendiri, terjadi pada 7 Agustus lalu.
Namun sejumlah kejanggalan muncul dalam penyerbuan dan diakhiri dengan pembunuhan empat preman tersebut. Berikut lima keganjilan penyerbuan Kopassus ke Lapas Cebongan.
Dari mana surat berkop Polda DIY
Saat melakukan penyerbuan, awalnya para Kopassus mengaku sebagai anggota Polda DIY yang ingin menitipkan tahanan. Mereka juga membawa surat yang ditunjukan kepada sipir penjaga Lapas. Surat yang ditunjukan tersebut ada kop Polda DIY.Jika memang tidak direncanakan dengan matang, lalu dari mana para anggota Kopassus yang katanya baru turun gunung itu?Hingga kini Pihak TNI AD belum bisa menjelaskan akan hal itu. Bahkan Tim Investigasi pun terkesan melindungi Kopassus tersebut.
Informasi dari masyarakat
Ketua Tim Investigasi kasus penyerangan Lapas Cebongan dari TNI AD Brigjen Unggul K Yudhoyono menyebut, pelaku merupakan anggota Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan, Kartosuro. Pelaku melakukan penyerangan setelah mendapatkan informasi dari masyarakat bila keempat tahanan pembunuh Sersan Kepala Heru Santoso dibawa ke Cebongan."Informasi lokasi didapatkan secara tidak sengaja. Dia jalan, dengar dari orang ada pengawalan mobil ketat. Makanya dia bergerak ke Cebongan," terang Unggul.Masyarakat mana yang tahu bahwa iring-iringan mobil tahanan itu membawa keempat pelaku pembunuhan kepada ersan Kepala Heru Santoso?Hingga kini TNI AD masih belum secara gamblang menjelaskan hal ini. Bahkan terkesan menutup-nutupi.
Tim investigasi butuh waktu 6 hari
Tim investigasi mengaku baru mulai bekerja pada tanggal 29 Maret lalu untuk mengusut kasus penyerbuan dan pembunuhan di Lapas Cebongan. Enam hari kemudian, tim investigasi mengumumkan bahwa benar pelaku pembunuhan di Lapas tersebut adalah anggota Kopassus.Mantan Menhankam/Pangab Wiranto mengatakan tidak butuh lama untuk bisa mengungkap kasus tersebut. Hal ini karena sejumlah bukti yang dimiliki, sehingga tak perlu waktu lama buat menangkap pelaku."Serahkan sama saya, satu hari saya ungkap pelakunya," kata Wiranto beberapa waktu lalu.Menurut Wiranto, seharusnya pelaku bisa langsung ditangkap pada hari yang sama tanpa harus menunggu penyelidikan yang begitu panjang. Saat ini, lanjutnya, justru terkesan ada upaya untuk menutup-nutupi kasusnya."Ini masalahnya mau apa tidak mau, bukan bisa apa tidak bisa," ujar purnawirawan jenderal itu. Benarkah ada upaya untuk menutupi kasus ini?
Penyerbuan ke Cebongan sempat dicegah
Berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan Tim TNI, ada 9 orang yang menyerbu masuk ke dalam Lapas Cebongan pada 23 Maret pukul 00.15 WIB. Satu orang menjadi eksekutor, 8 berjaga di kompleks lapas."Terdapat 2 orang di mobil Feroza yang berusaha untuk mencegah tindakan rekan-rekannya namun tidak berhasil," kata Ketua Tim Investigasi Brigjen Unggul K Yudhoyono dalam jumpa pers di Dinas Penerangan TNI AD, Kamis (4/4). Lalu mengapa dua rekan yang mencegah tersebut tidak segera melapor ke atasannya bahwa ada penyerbuan ke Lapas cebongan oleh Kopassus? Benarkah memang ada pencegahan atau ini hanya sandiwara?
Pembunuhan bukan terencana
Penjelasan Ketua Tim Investigasi kasus penyerangan Lapas Cebongan dari TNI AD Brigjen Unggul K Yudhoyono masih banyak kejanggalan. Terutama mengenai kronologis penyerbuan 11 Kopassus ke Lapas Cebongan."Beberapa orang sedang latihan di Gunung Lawu. Mereka dengar ada anggota dikeroyok dan dibunuh secara biadab. Karena jiwa korsa yang tinggi, mereka kemudian bereaksi dan mengajak temannya. Ada 11 orang," ujar Unggul dalam konferensi pers di Media Center Kartika TNI AD, Jl Abdul Rahman Saleh, Jakarta, Kamis (4/4).Padahal kejadian pembunuhan anggota Kopassus di Hugo'S Cafe memiliki interval waktu yang cukup lama. Meski demikian Unggul menyebut penyerbuan tersebut tidak direncanakan oleh 11 kopassus tersebut.
Baca juga:Asal usul jiwa Korsa4 Bapak Kopassus nasihati prajurit jujur dan sayangi rakyat4 Aksi prajurit Kopassus yang bikin gegerKisah Jokowi pakai topi komando KopassusSpanduk dukungan Kopassus muncul di Solo (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Profil satuan elite TNI AD Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 300/Braja Wijaya yang sedang jadi sorotan.
Baca SelengkapnyaBoengkoes merupakan anggota Tjakrabirawa yang pangkatnya terus naik dari prajurit dua hingga menjadi sersan mayor.
Baca SelengkapnyaKorban terlibat dalam tindakan separatisme dan membakar fasilitas umum di Papua
Baca Selengkapnya1 Oktober 1965, pukul 03.00 WIB, belasan truk dan bus meninggalkan Lubang Buaya. Mereka meluncur ke Pusat Kota Jakarta untuk menculik tujuh Jenderal TNI.
Baca SelengkapnyaPos Satgas Cartenz di Intan Jaya Diserang: KKB Hendak Bebaskan Rekannya yang Ditangkap, Dua Warga Kena Tembak
Baca SelengkapnyaKomandan Kodim Boyolali Letkol Wiweko Wulang Widodo mengatakan, Denpom IV/4 Surakarta telah menahan 15 prajurit TNI yang mengeroyok relawan Ganjar-Mahfud
Baca SelengkapnyaPomdam III/Siliwangi menetapkan 13 prajurit TNI dari Yonif Raider 300/Braja Wijaya sebagai tersangka penyiksaan terhadap Defianus Kogoya, anggota KKB Papua.
Baca SelengkapnyaWakil Komandan (Wadan) Puspomad, Mayjen TNI Eka Wijaya Permana mengatakan, hukuman itu berdasarkan Pasal 170 dan 351 KUHP.
Baca SelengkapnyaBrigjen Soepardjo adalah tentara paling tinggi yang terlibat langsung penculikan para jenderal saat G30S/PKi.
Baca SelengkapnyaKontak senjata tersebut berlangsung hingga pukul 15.25 WIT, dan sudah tidak terdengar lagi bunyi letusan senjata.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua TPN Ganjar-Mahfud, Andika Perkasa mengungkap jika relawan yang menjadi korban sempat disekap.
Baca SelengkapnyaSeorang anggota TNI jadi korban pengeroyokan oleh sekelompok orang tidak dikenal (OTK
Baca Selengkapnya