5 Kisah pengabdian tanpa batas dokter Lo
Merdeka.com - Sosok Lo Siaw Ging patut dijadikan teladan bagi para dokter di Tanah Air. Dokter berusia 79 tahun itu mengabdikan hidupnya di dunia kesehatan dengan memberi pelayanan tanpa meminta imbalan.
Kepada pasien tidak mampu Lo selalu memberi kemudahan. Selain tak dikenakan biaya periksa, mereka juga diberikan obat secara cuma-cuma. Jika obat yang dibutuhkan tak tersedia, Lo memberikan resep untuk ditukarkan obat ke apotek terdekat.
Lo membuka praktik di Jalan Yab Tjwan Bing No 7, Jagalan, Solo, setiap hari, pagi dan sore, kecuali Minggu. Lo merasa panggilan hati untuk mengabdi ke masyarakat lebih kuat dibandingkan hanya mementingkan materi.
-
Siapa yang memberikan pengobatan gratis? Soetomo merupakan dokter spesialis kulit dan kelamin. Ia punya kontribusi besar menangani wabah lepra di Kota Surabaya dengan memberikan pengobatan gratis di kliniknya.
-
Gimana cara ngasih apresiasi ke dokter? Salah satu caranya yakni dengan membagikan ucapan Hari Dokter Nasional 2024.
-
Bagaimana doktor menghadapi pengangguran? Ganai mengatakan dia bahkan mencoba mencari pekerjaan melalui program pemerintah seperti Undang-Undang Jaminan Pekerjaan Pedesaan Nasional Mahatma Gandhi atau MGNREGA, undang-undang penting tahun 2005 yang menjamin 100 hari kerja bagi setiap warga India.
-
Siapa yang memiliki dedikasi? Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali bertemu dengan individu-individu yang memiliki dedikasi tinggi, yang mampu menginspirasi dan memberikan dampak positif bagi sekitarnya.
-
Kenapa dr. Soetomo mengobati gratis? Saat itu, dr. Soetomo meminta masyarakat pribumi yang tidak mampu membayar biaya pengobatan di Rumah Sakit Umum Simpang/Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting (sekarang Delta Plaza), menuju kliniknya di Simpang Dukuh 12 untuk mendapatkan pengobatan gratis.
-
Siapa yang merawat kakek tersebut? Tan berjanji untuk memberikan flatnya kepada mereka sebagai imbalan atas perawatan dan persahabatan mereka. Permintaannya termasuk agar Gu dan keluarganya sering meneleponnya, mengunjunginya seminggu sekali, membelikannya pakaian dan bahan makanan, dan menjaganya saat dia sakit.
Suami Maria Gan May Kwee mengaku bisa seperti sekarang ini karena teringat pesan dari sang ayah. Selain itu seorang dokter di Solo yang dikenal dengan nama dokter Oen, almarhum juga menginspirasinya buat hidup sederhana.
"Saya selalu ingat pesan beliau (ayah). Beliau bilang kalau saya ingin menjadi dokter, ya harus mau menolong sesama. Menolong orang yang tidak mampu, jangan mencari materi, jangan mencari keuntungan. Kalau mau kaya ya berdagang saja, jadi pengusaha saja, jangan jadi dokter," kisahnya.
Berikut kisah pengabdian tanpa batas dokter Lo:
Tak pernah minta uang muka ke pasien
Dokter Lo berpesan agar fungsi sosial ini selalu diterapkan oleh para dokter. Hal itu yang selalu dijalankan baik saat praktik di rumah, maupun di Rumah Sakit Kasih Ibu yang dipimpinnya."Kami tidak pernah menerapkan adanya uang muka saat pasien mau masuk. Coba bayangkan kalau ada pasien kecelakaan yang perlu mendapatkan pertolongan secepatnya, bisa-bisa nyawanya tidak tertolong. Padahal yang membawa ke rumah sakit kan polisi, masa mereka yang mau bayar," ungkapnya.Selama menjadi Direktur dari tahun 1981 hingga tahun 2004 di RS di Kasih Ibu, Lo tak pernah membuat peraturan yang memberatkan pasien. Hal tersebut hingga saat ini masih dipertahankan di rumah sakit yang berada di Jalan Slamet Riyadi tersebut.Untuk dokter sekarang, Lo yakin mereka juga mempunyai fungsi sosial. Lo juga memaklumi jika banyak dokter di zaman sekarang lebih mementingkan materi. Namun dirinya berpesan agar tetap tidak melupakan fungsi sosial."Sekolah kedokteran sekarang itu mahal, jadi wajar saja jika mereka tetap memasang tarif cukup mahal. Tapi tetap jangan lupa mengabdi pada rakyat," katanya.
Tak bedakan pasien miskin dan kaya
Selain tidak pernah memasang tarif, yang istimewa dari dokter Lo adalah tak pernah membedakan pasien kaya dan miskin. Dari kalangan manapun, pasien akan mendapatkan pelayanan yang sama, tak ada yang diistimewakan. Di mata pasien tidak mampu, dokter Lo memang bagaikan malaikat penolong.Meski sering bersikap galak, dokter Lo tetap dicintai pasien dan warga Solo. Ia menjadi rujukan berobat terutama bagi mereka yang tidak mampu. Namun dokter lulusan Universitas Airlangga Surabaya ini merasa apa yang ia lakukan bukan sesuatu yang luar biasa dan tidak perlu dibesar-besarkan."Ini sudah tugas saya sebagai seorang dokter, jangan dibesar-besarkan. Dokter lain juga bisa melakukan seperti yang saya lakukan, menolong pasien, siapapun dan dari kalangan manapun," katanya.
Bayar resep pasien
Tugas dokter Lo belum selesai sampai memberikan pelayanan kesehatan gratis. Kadang kala ada pasien tidak mampu, biaya menebus obat di apotek ditanggung olehnya."Di sini banyak pasien yang tidak mampu. Saya berikan resep, nanti tagihan dari apotek masuk ke saya. Setiap bulan tagihan dari apotek kadang mencapai Rp 10 juta," katanya.Menurut Lo, jika dia tak memiliki obat yang dibutuhkan, pasien akan diberikan resep untuk ditukarkan ke apotek terdekat. Meski kena biaya, Lo, bersyukur masih ada pihak-pihak yang membantu. "Tetapi syukur ada beberapa donatur yang membantu saya," katanya.
Marah kalau pasien tanya tarif
Lo Siaw Ging atau dikenal dengan panggilan dokter Lo terkenal galak di mata pasien. Tak hanya di rumah tempat dia membuka praktik, namun juga di di rumah sakit tempatnya bekerja, RS Kasih Ibu, Solo.Kemarahan Lo tentu bukanlah untuk menakut-nakuti pasien, agar tidak lagi berobat ke tempatnya. Namun agar pasien disiplin dalam menjaga kesehatan agar tidak terkena penyakit lagi. Bahkan Lo sangat kesat jika pasien datang dalam kondisi yang sudah terlambat, dan Atau menganggap enteng penyakit. Hal lain yang kadang membuat Lo marah adalah saat pasien menanyakan ongkos periksa padahal pasien itu tidak punya uang."Saya itu sebenarnya bisa melihat, mana pasien saya yang mampu bayar, mana yang tidak. Atau mana yang tidak mampu sama sekali. Saya kadang memang marah, kalau mereka menanyakan ongkos periksanya berapa, padahal sudah kelihatan mereka tidak mampu. Saya akan membebaskan biaya periksa, bahkan pasien yang tidak mampu resep obatnya akan saya berikan. Nanti rumah sakit atau apotek biar menagih ke sini," ujar Lo ketika merdeka.com berkunjung ke kediamannya, Jumat (29/11).
Tidak pernah meminta bayaran
Lo Siaw Ging atau lebih akrab disapa dokter Lo tidak pernah pasang tarif pada pasiennya. Bahkan dari 60 persen pasiennya tidak membayar biaya periksa. Lo memilih mengabdikan hidup dan profesinya untuk masyarakat. "Dulu pasien saya lebih dari 100. Sekarang setiap hari pasien saya itu ada sekitar 60 orang. Ada yang bayar, ada yang tidak. Saya tidak pernah meminta bayaran atau pasang tarif. Mau bayar silakan, mau tidak juga tidak masalah. Yang penting saya bisa melayani mereka," ujar dokter Lo kepada merdeka.com saat bertandang ke rumahnya, Jumat (29/11).Menurut Lo, panggilan hati untuk mengabdi ke masyarakat lebih kuat dibandingkan hanya mementingkan materi. "Saya akan terus mengabdikan diri saya, sebagai dokter selagi saya mampu. Seperti tentara, selama saya masih dibutuhkan," pungkasnya.
Baca juga:Ini pesan dr Lo buat para dokter mudaIni dokter Lo, tak pernah memasang tarif saat layani pasienSoal kedermawanan, dokter Lo terinspirasi ayah dan dr OenDokter Lo terkenal galak, marahi pasien kalau tanya tarif berapaDokter Lo: 40 persen pasien saja yang bayar cukup buat hidup (mdk/did)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selama menjadi dokter, ia sering menyisihkan uang pribadinya untuk biaya berobat pasien yang tidak mampu.
Baca SelengkapnyaKabar Duka, Dokter Dermawan Lo Siaw Ging Meninggal Dunia
Baca SelengkapnyaJenazah Lo Siaw Ging, Dokter Dermawan asal Solo Dimakamkan di Delingan Karanganyar Besok
Baca SelengkapnyaIa punya prinsip hidup jadi dokter bukan jalan untuk kaya raya.
Baca SelengkapnyaDokter Lie rela tinggal berminggu-minggu di tengah hutan belantara Papua demi melayani pasien.
Baca SelengkapnyaPerempuan 60 tahun ini mengaku akan terus membantu orang lain selama ia mampu.
Baca SelengkapnyaPemilik akun @mukhlis_142 menceritakan kisah seorang bapak penderita stroke yang ia temui secara random.
Baca SelengkapnyaSemasa hidupnya, dokter ini menaruh perhatian penuh pada masalah-masalah sosial masyarakat
Baca SelengkapnyaAda momen haru saat sang pasien terpaksa mengurus hingga tanda tangan berkas persetujuan operasi sendiri.
Baca SelengkapnyaAndi Rabiah atau yang dikenal dengan sebutan Suster Apung setia naik kapal kecil keliling pulau terpencil demi obati orang.
Baca SelengkapnyaNamanya dianggap terlalu Jawa hingga tidak diizinkan sekolah di institusi pendidikan milik Belanda
Baca SelengkapnyaPenyakit pes pernah melanda Jawa pada awal abad ke-20, dr Cipto Mangunkusumo adalah pahlawan karena mengobati pribumi yang terjangkit penyakit pes.
Baca Selengkapnya