5 Orang ini kritik goyang oplosan Yuk Keep Smile
Merdeka.com - Program Yuk Keep Smile (YKS) yang ditayangkan stasiun televisi Trans TV dinilai meresahkan dunia anak-anak dan remaja. Pasalnya, program tayangan yang mengudara pada pukul 19.30 WIB itu, menampilkan goyangan-goyangan yang erotis dan memamerkan bagian tubuh dengan dandanan yang seksi.
Berbagai kritikan pun bermunculan lantaran goyang oplosan yang erotis. Mereka menilai goyang oplosan tidak mendidik.
Remaja dan anak-anak secara tidak sadar akan memperhatikan serta mempraktikkan goyangan tersebut. Hal itu tentu dinilai merusak moral anak.
-
Kenapa kata-kata gombal sering digunakan? Tebak-tebakan gombal yang lucu dan romantis bisa digunakan untuk merayu pasangan Anda. Tebak-tebakan gombal bisa disampaikan untuk mencairkan suasana. Selain itu, tebak-tebakan juga bisa mengasah kemampuan otak untuk berpikir.
-
Siapa yang bisa kamu jadikan sebagai contoh kata gombal? Aku tanpa kamu bagaikan ambulance tanpa uwiw uwiw.
-
Apa gombalan yang kamu suka? 'Aku sukanya sih apel dibandingkan anggur, makanya aku suka ngapelin kamu ketimbang nganggurin kamu.'
-
Kenapa artis melakukan Oplas? Banyak selebritis Tanah Air yang menjalani operasi plastik dengan berbagai alasan, meskipun mereka sudah memiliki kecantikan alami.
-
Gimana cara gombalan bahasa inggris bisa bikin orang meleleh? Gombalan bisa membuat orang salah tingkah dan berbunga-bunga, terlebih ditujukan untuk orang yang kita suka.
-
Kenapa orang menggunakan teka-teki gombal? Ya, dalam banyak situasi teka-teki gombal digunakan sebagai cara kreatif untuk mengekspresikan perasaan cinta atau sekadar membuat suasana santai.
Berikut orang atau lembaga yang mengkritik goyang oplosan di Yuk Keep Smile:
KPAI
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai goyang oplosan berpengaruh kepada dunia anak."Ya, itu memiliki pengaruh terhadap dunia anak-anak. Apalagi jam tayangnya di jam belajar," ujar Ketua Satgas Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) M Ihsan saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Minggu (29/12).Ihsan menegaskan, sebuah tayangan acara seharusnya juga mempertimbangkan budaya adat di negeri sendiri. Jika menampilkan joget sensual dan seronok, alangkah baiknya tidak ditayangkan pada jam anak-anak.Lebih lanjut, kata Ihsan, pihaknya sampai saat ini memang mengaku belum menerima laporan atau aduan dari masyarakat terkait acara tersebut. Namun, jika ada keluhan masyarakat, pihaknya segera mungkin akan mengkaji dan membawanya ke KPI (Komisi Penyiaran Indonesia)."Kami akan laporkan ke KPI, yang memiliki kewenangan pengawasan penyiaran adalah KPI. Ada mekanisme-mekanisme dan tahapan yang akan dilakukan KPI terhadap tayangan tersebut," jelas Ihsan.Ihsan menegaskan, bila kajian KPI memutuskan bahwa suatu tayangan itu melanggar dan menyalahi aturan, maka sudah pasti pihak stasiun TV bakal menerima teguran."Ada teguran tertulis, peringatan keras, larangan program tayangan hingga pencabutan izin siaran," ucapnya.
Kak Seto
Pemerhati anak, Seto Mulyadi, juga menilai program yang dibawakan artis Olga Syahputra, Raffi Ahmad, Adul, Soimah, Denny dan Wendy cagur, sudah sangat memprihatinkan dan merusak mental anak. Dia tak sedikit pun melihat ada nilai edukasi yang diberikan meski tayang berjam-jam."Saya juga dari awal protes keras dengan acara itu. Tidak edukatif, sampai ada anak-anak kecil juga ikut di acara itu," kata pria yang akrab disapa Kak Seto itu pada merdeka.com, Senin (30/12).Dia sangat menyayangkan stasiun televisi selevel Trans TV tidak mempertimbangkan nilai-nilai pendidikan dan moral dari setiap program yang mereka buat. Kak Seto berharap Trans TV selaku penanggung jawab program itu bersedia mengevaluasi meski sifat tayangan itu hiburan."Mohon Trans TV berkenan meninjau kembali program itu. Memang untuk hiburan itu oke, tapi mohon tetap ada idealismenya," tambahnya.
Jubir PKS
Ketua DPP Bidang Humas PKS Mardani Ali Sera angkat bicara tentang fenomena goyang oplosan yang setiap hari ditayangkan oleh Trans TV dalam program Yuk Keep Smile. Dia menilai, goyang itu berbahaya bagi perkembangan anak.Mardani bercerita, kala itu melihat anak rekannya yang sedang asik goyang di depan TV. Dia mengakui memang acara itu menarik, namun sayang tidak mendidik bagi anak kecil."Memang waktu itu saya bertamu ke rumah kawan, di dalam anaknya kelas 1 SD berdiri di depan TV, goyangnya asik sekali karena memang ada unsur dinamis, musik jadi itu menarik. Karena program ini menarik jadi semakin berbahaya," ujar Mardani saat berbincang dengan merdeka.com, Senin (30/12).Menurut dia, goyang oplosan tidak mengajarkan etika kepada anak-anak yang menonton. Dia khawatir, goyangan anak itu bakal dipertontonkan kepada banyak orang.
Mahfudz Siddiq
Ketua Komisi I DPR (membidangi penyiaran), Mahfudz Siddiq, juga angkat bicara soal fenomena ini. Menurut dia, kehadiran tayangan seperti itu bukti lembaga penyiaran saat ini belum punya standar pembuatan program yang berdasarkan kebudayaan Tanah Air."Lembaga Penyiaran TV saat ini belum punya strategi kebudayaan sebagai acuan dalam pembuatan program, khususnya hiburan. Sehingga menjadi absurd nilai dan perilaku budaya apa yang mau dibangun untuk kepentingan nasional kita," ujar Mahfudz dalam pesan singkat, Senin (30/12).Termasuk dalam program acara Yuk Keep Smile ini, dia menilai, kontra produktif dengan budaya bangsa. Padahal, kebudayaan sangat dibutuhkan bagi kemajuan bangsa."Sehingga program-program hiburan di TV cenderung kontra-produktif dengan karakter dan budaya bangsa yang positif dan kompetitif yang sangat dibutuhkan bangsa ini," imbuhnya.
Tjahajo Kumolo
Menurut anggota Komisi I (penyiaran) DPR, Tjahjo Kumolo, salah satu adegan dalam goyang oplosan mengarah ke pornografi. Politisi asal PDIP itu berharap Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) memberi peringatan terhadap stasiun televisinya."Temanya (YKS) yang tidak mendidik yang mengarah ke pornografi tentu mendapatkan peringatan KPI. Yang saya pahami KPI sangat independen sesuai protapnya," ujar Tjahjo dalam pesan singkat, Senin (30/12).Kendati yakin KPI telah bekerja profesional mengawasi program televisi secara 24 jam, dia mengakui, ada saja program yang luput dari pengawasan KPI. Oleh karena itu meminta partisipasi masyarakat untuk melaporkan tayangan televisi di luar kepatutan KPI."Walau masih saja ada segmen-segmen yang kecolongan karena kreatifnya pemberitaan TV swasta, makanya masyarakatlah yang harus proaktif," terang dia.
Baca juga:Ini video gerakan mencangkul gantikan goyangan erotis di oplosanAgar tak erotis, goyang oplosan dibumbui gerakan mencangkulDihujani kritik, goyang oplosan tak lagi erotisRatusan orang teken petisi 'Hentikan Penayangan Yuk Keep Smile'5 Goyangan ini bikin heboh karena dianggap erotis (mdk/bal)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Budi Awaluddin mengatakan, kelima siswi tersebut menyesali perbuatannya. Mereka juga sempat menangis ketakutan.
Baca SelengkapnyaKorban tidak bisa melawan dan terlihat hanya berusaha menutupi wajah dan kepalanya dengan tangan.
Baca SelengkapnyaBudi Awaluddin mengakui, tindakan lima siswi SMP itu yang mengejek anak Palestina salah.
Baca SelengkapnyaMenurut Budi Awaluddin, candaan kelima siswi tersebut menjadi sorotan karena videonya sudah viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaDisdik DKI mengaku sudah mengantongi identitas kelima pelajar yang melakukan candaan keji tersebut.
Baca SelengkapnyaGanjar Pranowo mengaku sempat diminta beberapa pihak untuk melakukan gaya kampanye yang tampak seru dengan berjoget.
Baca SelengkapnyaArief menyarankan kepada pihak yang menyerang pasangan Prabowo-Gibran untuk berfokus memenangkan paslonnya.
Baca SelengkapnyaLima remaja yang diketahui sebagai siswi SMP itu merilis sebuah video klarifikasi yang berisi permintaan maaf.
Baca SelengkapnyaRocky Gerung, Refly Harun maupun Saut Situmorang secara bergantian menjadi pembicara dalam diskusi itu.
Baca Selengkapnya