Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

6 Ciri-ciri zaman Kalabendu versi Jangka Jayabaya

6 Ciri-ciri zaman Kalabendu versi Jangka Jayabaya Jayabaya. ©2014 merdeka.com/imam mubarok

Merdeka.com - Dalam ramalan Jangka Jayabaya, pada Trikala terakhir adalah memasuki zaman Kalisegoro (zaman air). Di mana dalam zaman itu masih dibagi dalam Sapto Maloko yang masing-masing memiliki periode usia 100 tahun.

Salah satunya menyebutkan tentang zaman Kalabendu. Sebuah ungkapan populer yang sering diucapkan oleh orang-orang jawa adalah kalimat "zaman edan, yen ra melu edan ora kumanan".

Menurut ahli sejarah Kediri, Ki Tuwu, selain itu masih ada beberapa ciri-ciri zaman Kalabendu. Berikut ini wawancara merdeka.com dengan Ki Tuwu untuk mengupas tentang zaman Kalabendu itu:

Zaman Kalabendu yakni zaman sukar atau sengsara.

Zaman Kalabendu artinya zaman sukar atau sengsara dan angkara murka. Ialah sebuah zaman dimana tanah Jawa berada di bawah lambang atau semboyan Ratu Hartawati, yaitu ratu yang hanya mengutamakan uang dan harta benda atau kekayaan lahir belaka."Sedangkan rasa kemanusiaan menjadi sangat tipis dan dianggap tidak penting, bahkan dikata hampir lenyap," tukas Ki Tuwu kepada merdeka.com.

Banyak bapak lupa anak dan keluarga bercerai berai

Zaman itu terjadi ketika batin manusia banyak tidak teguh, imannya mudah luluh, dan pendiriannya gampang runtuh. Rakus serakah. Setiap saat dapat dibilang manusia hatinya panas karena terbakar oleh nafsu angkara murka. Selain itu, manusia juga hanya berpikir bagaimana lekas menjadi kaya, serta saling berlomba hidup dalam kemewahan."Digambarkan juga dalam ramalan Jangka Jayabaya, banyak bapak lupa anak, anak melawan orang tua, saudara melawan saudara, keluarga saling cidera, dan murid melawan guru," imbuhnya.

Banyak orang kecil mencari kesalahan pejabat

Masih menurut Ki Tuwu, zaman Kalabendu juga digambarkan dengan banyak bawahan melawan atasan, orang kecil mencari kesalahan orang besar, kemudian merebut jabatannya. Banyak orang berkhianat terhadap kawan, bahkan terhadap saudaranya sendiri."Penetapan zaman Kalabendu itu dari waktu mendiang Sultan Pakubuwono IV hingga zaman kiamat kubro. Dan dalam sabda Prabu Jayabaya itu, dijelaskan bahwa Allah segera menghukum manusia atas perbuatan-perbuatan yang dilanggarnya," ujarnya.

Orang berpengaruh muncul karena suaranya lantang dan berani

Selain itu, Zaman Kalabendu juga digambarkan ketika ada hidangannya orang besar dan orang kecil (Hiku lire sesuguhe si Hadjar marang ingsung) adalah "Kembang Seruni", yaitu kata-kata samara dari kata seru dan berani. Dimana di zaman Kalabendu siapa yang bisa mengeluarkan suara seru dan berani pasti orang itu akan mendapat pengaruh luar biasa, tidak peduli ia berasal dari tingkatan apa, mempunyai cukup pengertian dan pengalaman atau tidak.

Orang berpangkat tapi jahat, orang kecil terpencil

Dalam Jangka Jayabaya juga digambarkan pada zaman Kalabendu banyak orang berpangkat makin jahat, orang kecil makin terpencil. Orang kecil banyak yang lupa asalnya. Banyak wanita hilang rasa malunya, banyak laki-laki hilang kehormatannya. Di zaman itu juga banyak bayi-bayi mencari ayahnya, banyak perempuan jalan di pinggir jalan. Mungkin memang sudah menjadi kodrat Tuhan, Tanah Jawa mesti mengalami "wolak waliking zaman (terjadi perubahan)."

Presiden mengangkat kawan jadi pejabat dengan cara tak adil

Ketika ada raja atau presiden mengangkat kawannya yang tidak adil, juga menjadi tanda zaman Kalabendu. Selain itu, tanda lain ketika banyak pejabat makin jahat, penduduk makin terpencil. Orang yang curang semakin garang, orang jujur semakin ajur. "Orang mulia makin tersia-sia, orang jahat mendapat derajad. Yang jahat kelebihan berkat. Suap makin meluap," tegas Ki Tuwu.

Jika semua itu masih ada, menurut Ki Tuwu berarti masih berada di zaman Kalabendu. Namun jika semua itu sirna maka akan memasuki zaman mulia, di mana Jawa akan makmur. Itu akan disertai kemunculan Ratu Ginaib, artinya pemimpin yang menjadi utusan Tuhan yang mengutamakan ketuhanan, perikemanusiaan dan perikeadilan.

(mdk/mtf)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengunjungi Petilasan Sri Aji Jayabaya di Kediri, Peramal Masa Depan Nusantara yang Disegani
Mengunjungi Petilasan Sri Aji Jayabaya di Kediri, Peramal Masa Depan Nusantara yang Disegani

Tempat yang diyakini sebagai lokasi moksa Raja Kediri ini sering dikunjungi peziarah.

Baca Selengkapnya
Kisah Candi Bojongemas di Bandung, Tersisa Bongkahan dan Kini Terlupakan
Kisah Candi Bojongemas di Bandung, Tersisa Bongkahan dan Kini Terlupakan

Konon Candi Bojongemas ini merupakan peninggalan dari abad ke-7 masehi.

Baca Selengkapnya
Kenali Apa Itu Wayang Beber, Seni Pertunjukan yang Paling Tua di Indonesia
Kenali Apa Itu Wayang Beber, Seni Pertunjukan yang Paling Tua di Indonesia

Wayang beber mungkin tidak sepopuler wayang kulit, tetapi sebenarnya ia merupakan pendahulu dari seni pertunjukan wayang kulit yang kita kenal sekarang.

Baca Selengkapnya
Mengenal Suku Kalang di Era Kerajaan Jawa Kuno, Keturunannya Punya Jasa Besar buat NKRI
Mengenal Suku Kalang di Era Kerajaan Jawa Kuno, Keturunannya Punya Jasa Besar buat NKRI

Mengenal suku Kalang di Yogyakarta yang berjasa bagi NKRI.

Baca Selengkapnya
Mengenal Naskah Sunda Kuno Sanghyang Jati Maha Pitutur, Ajarkan tentang Sifat Ketuhanan
Mengenal Naskah Sunda Kuno Sanghyang Jati Maha Pitutur, Ajarkan tentang Sifat Ketuhanan

Saat ini, Naskah Sanghyang Jati Maha Pitutur disimpan di Perpustakaan Nasional RI, dengan nomor koleksi L 426 C Peti 16.

Baca Selengkapnya
Mengenal Tari Tanduak, Tarian Tradisional Warisan Kerajaan Jambu Lipo di Sumatra Barat
Mengenal Tari Tanduak, Tarian Tradisional Warisan Kerajaan Jambu Lipo di Sumatra Barat

Seperti namanya, tari ini menggunakan properti mirip dengan tanduk kerbau.

Baca Selengkapnya
Proses Penurunan Padaw Tujuh Dulung Jelang Perayaan Iraw Tengkayu 2024
Proses Penurunan Padaw Tujuh Dulung Jelang Perayaan Iraw Tengkayu 2024

Hari Minggu (6/10/2024) akan dilaksanakan perayaan adat budaya khas Suku Tidung yang bermukim di Kota Tarakan Kalimantan Utara

Baca Selengkapnya
Kebudayaan Berusia Ribuan Tahun di Bekasi dan Karawang
Kebudayaan Berusia Ribuan Tahun di Bekasi dan Karawang

Kebudayaan Buni yang berkembang di Pesisir adalah kebudayaan kuno tembikar tanah liat di masa prasejarah.

Baca Selengkapnya
Menguak Situs Candi Bata yang Ditemukan di Kawasan Industri Batang, Diduga Peninggalan Kerajaan Kalingga
Menguak Situs Candi Bata yang Ditemukan di Kawasan Industri Batang, Diduga Peninggalan Kerajaan Kalingga

Situs ini menjadi situs candi tertua di Jawa Tengah

Baca Selengkapnya
Sejarah Kabupaten Kuningan, Salah Satu Daerah Tertua di Jawa Barat yang Sudah Ditinggali sejak 3500 SM
Sejarah Kabupaten Kuningan, Salah Satu Daerah Tertua di Jawa Barat yang Sudah Ditinggali sejak 3500 SM

Dulunya Kuningan merupakan wilayah permukiman dan kerajaan.

Baca Selengkapnya
Candi di Probolinggo Ini Dulu Tempat Istirahat Hayam Wuruk saat Mengembara, Begini Potretnya Sekarang
Candi di Probolinggo Ini Dulu Tempat Istirahat Hayam Wuruk saat Mengembara, Begini Potretnya Sekarang

Potret terbaru tempat istirahat Raja Hayam Wuruk saat mengembara keliling Jawa Timur.

Baca Selengkapnya
Potret Desa Bedulu Pusat Peradaban Bali Masa Silam, Tempat Tinggal Raja yang Pernah Berkuasa Lebih dari 400 Tahun
Potret Desa Bedulu Pusat Peradaban Bali Masa Silam, Tempat Tinggal Raja yang Pernah Berkuasa Lebih dari 400 Tahun

Desa Bedulu di Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar diduga kuat merupakan salah satu desa yang menjadi pusat peradaban Bali pada masa silam.

Baca Selengkapnya