6 Ciri-ciri zaman Kalabendu versi Jangka Jayabaya
Merdeka.com - Dalam ramalan Jangka Jayabaya, pada Trikala terakhir adalah memasuki zaman Kalisegoro (zaman air). Di mana dalam zaman itu masih dibagi dalam Sapto Maloko yang masing-masing memiliki periode usia 100 tahun.
Salah satunya menyebutkan tentang zaman Kalabendu. Sebuah ungkapan populer yang sering diucapkan oleh orang-orang jawa adalah kalimat "zaman edan, yen ra melu edan ora kumanan".
Menurut ahli sejarah Kediri, Ki Tuwu, selain itu masih ada beberapa ciri-ciri zaman Kalabendu. Berikut ini wawancara merdeka.com dengan Ki Tuwu untuk mengupas tentang zaman Kalabendu itu:
-
Siapa yang menjadi KSAD pertama Indonesia? Pada Februari 1948, Djatikusumo resmi diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dan menjadikannya KSAD pertama Indonesia.
-
Dimana Kirab Tebu Temanten dimulai? Kirab tebu temanten dimulai dari Gedung Madu Candia, kemudian diarak mengelilingi kompleks pabrik gula.
-
Siapa KSAD termuda di Indonesia? Lahir pada tahun 1918, ia resmi menjadi KSAD ke-2 menggantikan GPH Jatikusumo di usia yang cukup muda yaitu 31 tahun. Selain Nasution, GPH Jatikusumo juga menjabat sebagai KSAD di usia yang sama. Kedua sosok ini menjabat sebagai KSAD termuda sepanjang sejarah Indonesia.
-
Kapan Jenderal Bambang Utoyo menjabat sebagai KSAD? Pada tahun 1955, Presiden Soekarno mengangkat Jenderal Mayor Bambang Utoyo sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ke-4. Ia menjabat dalam kurun waktu cukup singkat yakni pada 27 Juni 1955 – 28 Oktober 1955.
-
Apa yang terjadi di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam sepekan ke depan hampir seluruh wilayah di Indonesia akan dilanda suhu panas.
-
Apa contoh kalimat fakta tentang Indonesia? Contoh dari kalimat fakta khusus adalah 'Jakarta adalah ibu kota Indonesia.' Meskipun ini adalah fakta saat ini, bisa saja berubah di masa depan jika ada keputusan resmi yang memindahkan ibu kota.
Zaman Kalabendu yakni zaman sukar atau sengsara.
Zaman Kalabendu artinya zaman sukar atau sengsara dan angkara murka. Ialah sebuah zaman dimana tanah Jawa berada di bawah lambang atau semboyan Ratu Hartawati, yaitu ratu yang hanya mengutamakan uang dan harta benda atau kekayaan lahir belaka."Sedangkan rasa kemanusiaan menjadi sangat tipis dan dianggap tidak penting, bahkan dikata hampir lenyap," tukas Ki Tuwu kepada merdeka.com.
Banyak bapak lupa anak dan keluarga bercerai berai
Zaman itu terjadi ketika batin manusia banyak tidak teguh, imannya mudah luluh, dan pendiriannya gampang runtuh. Rakus serakah. Setiap saat dapat dibilang manusia hatinya panas karena terbakar oleh nafsu angkara murka. Selain itu, manusia juga hanya berpikir bagaimana lekas menjadi kaya, serta saling berlomba hidup dalam kemewahan."Digambarkan juga dalam ramalan Jangka Jayabaya, banyak bapak lupa anak, anak melawan orang tua, saudara melawan saudara, keluarga saling cidera, dan murid melawan guru," imbuhnya.
Banyak orang kecil mencari kesalahan pejabat
Masih menurut Ki Tuwu, zaman Kalabendu juga digambarkan dengan banyak bawahan melawan atasan, orang kecil mencari kesalahan orang besar, kemudian merebut jabatannya. Banyak orang berkhianat terhadap kawan, bahkan terhadap saudaranya sendiri."Penetapan zaman Kalabendu itu dari waktu mendiang Sultan Pakubuwono IV hingga zaman kiamat kubro. Dan dalam sabda Prabu Jayabaya itu, dijelaskan bahwa Allah segera menghukum manusia atas perbuatan-perbuatan yang dilanggarnya," ujarnya.
Orang berpengaruh muncul karena suaranya lantang dan berani
Selain itu, Zaman Kalabendu juga digambarkan ketika ada hidangannya orang besar dan orang kecil (Hiku lire sesuguhe si Hadjar marang ingsung) adalah "Kembang Seruni", yaitu kata-kata samara dari kata seru dan berani. Dimana di zaman Kalabendu siapa yang bisa mengeluarkan suara seru dan berani pasti orang itu akan mendapat pengaruh luar biasa, tidak peduli ia berasal dari tingkatan apa, mempunyai cukup pengertian dan pengalaman atau tidak.
Orang berpangkat tapi jahat, orang kecil terpencil
Dalam Jangka Jayabaya juga digambarkan pada zaman Kalabendu banyak orang berpangkat makin jahat, orang kecil makin terpencil. Orang kecil banyak yang lupa asalnya. Banyak wanita hilang rasa malunya, banyak laki-laki hilang kehormatannya. Di zaman itu juga banyak bayi-bayi mencari ayahnya, banyak perempuan jalan di pinggir jalan. Mungkin memang sudah menjadi kodrat Tuhan, Tanah Jawa mesti mengalami "wolak waliking zaman (terjadi perubahan)."
Presiden mengangkat kawan jadi pejabat dengan cara tak adil
Ketika ada raja atau presiden mengangkat kawannya yang tidak adil, juga menjadi tanda zaman Kalabendu. Selain itu, tanda lain ketika banyak pejabat makin jahat, penduduk makin terpencil. Orang yang curang semakin garang, orang jujur semakin ajur. "Orang mulia makin tersia-sia, orang jahat mendapat derajad. Yang jahat kelebihan berkat. Suap makin meluap," tegas Ki Tuwu.
Jika semua itu masih ada, menurut Ki Tuwu berarti masih berada di zaman Kalabendu. Namun jika semua itu sirna maka akan memasuki zaman mulia, di mana Jawa akan makmur. Itu akan disertai kemunculan Ratu Ginaib, artinya pemimpin yang menjadi utusan Tuhan yang mengutamakan ketuhanan, perikemanusiaan dan perikeadilan.
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tempat yang diyakini sebagai lokasi moksa Raja Kediri ini sering dikunjungi peziarah.
Baca SelengkapnyaKonon Candi Bojongemas ini merupakan peninggalan dari abad ke-7 masehi.
Baca SelengkapnyaWayang beber mungkin tidak sepopuler wayang kulit, tetapi sebenarnya ia merupakan pendahulu dari seni pertunjukan wayang kulit yang kita kenal sekarang.
Baca SelengkapnyaMengenal suku Kalang di Yogyakarta yang berjasa bagi NKRI.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Naskah Sanghyang Jati Maha Pitutur disimpan di Perpustakaan Nasional RI, dengan nomor koleksi L 426 C Peti 16.
Baca SelengkapnyaSeperti namanya, tari ini menggunakan properti mirip dengan tanduk kerbau.
Baca SelengkapnyaHari Minggu (6/10/2024) akan dilaksanakan perayaan adat budaya khas Suku Tidung yang bermukim di Kota Tarakan Kalimantan Utara
Baca SelengkapnyaKebudayaan Buni yang berkembang di Pesisir adalah kebudayaan kuno tembikar tanah liat di masa prasejarah.
Baca SelengkapnyaSitus ini menjadi situs candi tertua di Jawa Tengah
Baca SelengkapnyaDulunya Kuningan merupakan wilayah permukiman dan kerajaan.
Baca SelengkapnyaPotret terbaru tempat istirahat Raja Hayam Wuruk saat mengembara keliling Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaDesa Bedulu di Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar diduga kuat merupakan salah satu desa yang menjadi pusat peradaban Bali pada masa silam.
Baca Selengkapnya