69 Obat Sirop Mengandung Etilen dan Dietilen: 23 Aman Dikonsumsi, Ini Daftarnya
Merdeka.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkap ada 23 dari 69 obat sirop mengandung kadar etilen glikol (EG) maupun dietilen glikol (DEG) sesuai dengan standar internasional yakni 0,1 persen. Namun BPOM memastikan 23 obat sirop tersebut aman digunakan.
"Ada 69 obat yang mengandung pelarut tersebut, tapi tentunya masih diuji. Saat ini, telah diuji dari 69 tersebut sudah ada 23 yang menggunakan pelarut tersebut tapi dapat dikatakan aman. Karena, masih memenuhi ambang batas yang bisa ditolerir oleh tubuh kita," kata Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito saat jumpa pers, Kamis (27/10).
Menurut Penny, pemerintah hingga saat ini masih melakukan pengujian terhadap obat diduga mengandung EG dan DEG secara berkelanjutan.
-
Apa yang ditemukan BPOM di Semarang pada takjil? Balai Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) di Semarang menemukan sejumlah makanan takjil berupa mie basah, bakso, dua kue moho, dan satu krupuk mengandung formalin dan rhodamin B atau pewarna tekstil yang berbahaya bagi tubuh.
-
Apa tujuan uji klinis obat ini? Uji klinis pertama di dunia untuk obat yang dirancang untuk menumbuhkan gigi akan dimulai pada bulan September tahun ini di Rumah Sakit Universitas Kyoto, Jepang.
-
Bagaimana cara mendeteksi produk berbahaya? Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengecek daftar bahan dalam produk, yang juga bisa dilakukan oleh konsumen.
-
Bagaimana cara BPOM Semarang memeriksa takjil? Fakta itu terungkap setelah tim Kefarmasian dan Perbekalan Medis Dinkes Tulungagung melakukan sidak mengambil sampel makanan dan aneka takjil di area sekitar MAJT Semarang, kamis (4/4).
-
Apa yang BPOM lakukan terkait BPA? BPOM sendiri memang telah mencoba untuk mengadopsi pelabelan bebas BPA atau Berpotensi Mengandung BPA pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Hal tersebut tentunya bertujuan untuk mengedukasi masyarakat agar lebih waspada terhadap potensi bahaya BPA bagi kesehatan tubuh, terutama untuk wanita hamil dan bayi.
-
Bagaimana cara mendeteksi efek jangka panjang pengobatan kanker? Oleh karena itu, pemeriksaan follow-up secara rutin sangat penting untuk mendeteksi adanya late effect atau rekurensi kanker, lanjut Ganda.
"Kami tidak akan menyebutkan nama obat tersebut, karena saya kira suatu kebijakan yang baik untuk pemerintah berhati-hati. Ini akan di-hold dulu,” ungkap Penny.
Penny menambahkan, sumber cemaran kadar EG dan DEG dalam obat berasal dari sumber bahan baku yang digunakan oleh industri. Menurut dia, BPOM berkomitmen melakukan pengawasan kasus gagal ginjal akut pada anak hingga tuntas.
"Kemudian, nanti kita pastikan kembali bahwa pengawasan pre-market sampai dengan post market. Baik yang dilakukan oleh industri, pelaku usaha, produsen melakukan kewajibannya memastikan bahan baku yang digunakannya itu aman,” tutupnya.
Daftar 23 Obat Sirop Aman Digunakan
Berikut daftar 23 dari 102 obat sirup yang aman digunakan berdasarkan hasil penelusuran BPOM:
- Alerfed Syrup (Guardian Pharmatama)
- Amoxan (Sanbe farma)
- Amoxicilin (Mersifarma TM)
- Azithromycin Syrup (Natura/Quantum Labs)
- Cazetin (Ifras Pharmaceutical Laboratories)
- Cefacef Syrup (Caprifarmindo Labs)
- Cefspan syrup (Kalbe Farma)
- Cetirizin (Novapharin)
- Devosix drop 15 ml (Ifras Pharmaceutical Laboratories)
- Domperidon Sirup (Afi Farma)
- Etamox syrup (Errita Pharma)
- Interzinc (Interbat)
- Nytex (Pharos)
- Omemox (Mutiara Mukti Farma)
- Rhinos Neo drop (Dexa Medica)
- Vestein (Erdostein) (Kalbe)
- Yusimox (Ifras Pharmaceutical Laboratories)
- Zinc Syrup (Afi Farma)
- Zincpro syrup (Hexpharm Jaya)
- Zibramax (Guardian Pharmatama)
- Renalyte (Pratapa Nirmala)
- Amoksisilin
- Eritromisin
Kemenkes Larang Peredaran 102 Obat Sirop
Kemenkes membuka daftar 102 obat sirop yang dilarang sementara. Obat tersebut diduga mengandung zat kimia berbahaya pemicu terjadinya gagal ginjal akut pada anak. Hal itu dilakukan atas perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Setelah kita lihat obatnya ini, itu kami melapor ke presiden, presiden bilang, pak menkes dibuka saja biar tenang masyarakat. Kita lakukan transparansi ke publik, jadi kita buka," kata Menkes saat jumpa pers di kantornya, Jumat (21/10).
Menkes bercerita, dirinya sudah mengunjungi rumah 156 pasien yang terkena gagal ginjal. Hasilnya, memang ada obat-obatan dalam list tersebut yang digunakan oleh pasien.
Menkes menegaskan, larangan peredaran ini hanya sementara. Nantinya, jika produsen bisa membuktikan bahwa kandungan zat kimia berbahaya tersebut sudah sesuai aturan, maka obat tersebut boleh diperjualbelikan lagi.
"Kita lihat lagi siapa bisa membuktikan kadar impuritisnya di bawah ambang batas kita bolehkan," ujar dia.
Namun dia mengatakan, daftar obat yang dibuka tak seiring dengan produsennya pula. Karena khawatir akan membuat kegaduhan.
"Tapi kita tutup nama produsen," ujar Menkes.
BPOM menyatakan, 23 obat dari 102 obat yang digunakan pasien gagal ginjal akut tidak mengandung etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG). 23 obat itu aman digunakan sepanjang sesuai aturan pakai.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebelumnya membuka daftar 102 obat sirop yang dilarang sementara penggunaannya. Obat itu diduga mengandung zat kimia berbahaya pemicu terjadinya gagal ginjal akut pada anak.
"Dari 102 obat, ada empat produk yang tidak menggunakan empat pelarut tersebut, termasuk polietilen glikol, ada 23 produk yang aman," kata Kepala BPOM Penny Lukito saat jumpa pers, Minggu (23/10).
Reporter Magang: Syifa Annisa Yaniar
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bareskrim Polri menaikkan status hukum penanganan kasus dugaan keterlibatan pihak BPOM.
Baca SelengkapnyaHasil pengecekan laboratorium itu, seluruh sampel makanan-minuman dalam kondisi layak konsumsi.
Baca SelengkapnyaBeredar daftar 19 daftar minuman diduga mengandung Aspartam menyebabkan kanker otak
Baca SelengkapnyaStudi terbaru ECHA mengungkap 285 produk kosmetik di Eropa mengandung bahan berbahaya yang dilarang.
Baca SelengkapnyaSakarin, aspartam, siklamat, sukralosa, acesulfame potassium, sorbitol, dan neotam adalah beberapa contoh pemanis buatan yang sering hadir dalam produk makanan.
Baca SelengkapnyaBPOM telah mengambil sampel produk roti Aoka dari peredaran dan melakukan pengujian pada 28 Juni 2024.
Baca SelengkapnyaPolisi mengungkap peredaran enam produk skincare yang mengandung zat berbahaya seperti air raksa atau merkuri.
Baca SelengkapnyaFrasa "mungkin mengandung" berarti ada kemungkinan alergen terkandung dalam makanan.
Baca SelengkapnyaPara pedagang hanya diedukasi dan diingatkan agar tak mengulangi perbuatanya.
Baca SelengkapnyaPlt Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM, Ema Setyawati mengungkapkan alasannya.
Baca SelengkapnyaApakah penarikan dua obat sirop di atas berkaitan dengan cemaran Etilen Glikol/Dietilen Glikol (EG/DEG)?
Baca SelengkapnyaHal tersebut dia ungkapkan menyusul isu bias terkait bahaya BPA yang kembali mencuat ke publik.
Baca Selengkapnya