Ketika 693 Biota Laut Makin Terancam Konsumsi Sampah Plastik di Lautan

Merdeka.com - Aktivis Lingkungan Hidup menyoroti volume sampah plastik yang masih memprihatinkan. Tidak hanya lingkungan, dampak plastik terhadap kesehatan juga sangat mengkhawatirkan.
Juru Kampanye Urban Greenpeace Indonesia, Muharram Atha Rasyadi, mengutip laporan Center for International Environmental Law (CIEL) yang berjudul 'Plastic & Health: The Hidden Costs of a Plastic Planet'.
Dia menyebut, ada risiko yang berbeda di setiap tahapan siklus hidup plastik mulai dari proses ekstraksi di hulu, pembuatan bahan baku, hingga penggunaan terhadap kesehatan manusia.
"Plastik berpotensi terbelah menjadi partikel-partikel kecil yang disebut mikroplastik dengan ukuran sebesar 0,3-5 milimeter. Partikel kecil tersebut berpeluang masuk ke dalam tubuh manusia dan memberikan dampak kesehatan seperti kanker, stroke, serta penyakit pernapasan," kata Atha dalam paparan Rekapitulasi Termuan Audit Merek Sampah Plastik Tahun 2016-2019 di Indonesia bertajuk 'Krisis Belum Terurai, di Jakarta, Selasa (12/11).
Selain itu, sampah plastik juga membahayakan kehidupan biota laut. Sampah-sampah yang masuk ke laut berpotensi melukai ataupun termakan oleh satwa, seperti ikan, paus, serta penyu.
"Menurut sebuah penelitian, setidaknya ada 693 spesies yang terdampak sampah plastik yang mencemari lautan. Hingga kini, lebih dari 51 triliun partikel mikroplastik telah mencemari laut," tutur Atha.
Kemudian, sampah plastik juga berpotensi mencemari tanah dan udara melalui pembakaran terbuka atau insinerasi. Insinerasi sering dianggap sebagai solusi paling mudah atas permasalahan pencemaran plastik berbasis lahan skala besar. Padahal, kata dia, insinerasi menghasilkan emisi karbondioksida (CO2) terbanyak di antara metode pengelolaan limbah plastik.
"Ketika ketergantungan pada insinerasi tumbuh, maka secara langsung emisi dari limbah plastik juga akan meningkat," ucapnya.
Atha melanjutkan, pembakaran plastik dan sampah pada akhir 2019 diperkirakan akan memancarkan karbon setara dengan 189 megawatt pembangkit listrik tenaga batu bara.
"Berbagai gambaran dampak ini seharusnya dapat mendorong berbagai pihak untuk membuat kebijakan pengurangan produksi sampah plastik yang lebih fundamental dan memastikan penanganan yang lebih tepat dan sistematis atas permasalahan kemasan plastik sekali pakai," katanya.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya