Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

9 Perempuan yang cor kaki tolak pabrik semen kembali ke Istana

9 Perempuan yang cor kaki tolak pabrik semen kembali ke Istana 9 Wanita cor kaki. ©2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Sembilan wanita yang tergabung dalam Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) melakukan aksi protes dengan mengecor kaki mereka dengan semen. Aksi ekstrem ini dilakukan untuk menolak pembangunan pabrik semen di lahan pertanian mereka yang ada di Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah.

Aksi ini sebelumnya dilakukan di depan Istana Negara pada Selasa (12/4) kemarin. Saat ini mereka menginap di kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta.

Saat ini, kaki 9 perempuan ini masih terbujur dan di penjara kerasnya semen yang mengering di atas kotak kayu berukuran 100 x 30 sentimeter. Dengan dibantu teman, mereka sesekali berdiri untuk sedikit melemaskan otot-otot kali mereka.

Riem Ambarwati (32), salah seorang perempuan yang kakinya ikut dicor mengatakan makna aksi ini adalah karena penambangan dan pabrik semen dapat merusak ekosistem Gunung Kendeng. Melihat dampak luar biasa yang akan ditimbulkan, dapat menjadi alasan kuat pabrik PT Semen Indonesia ditolak oleh warga Kendeng.

Dia mengibaratkan semen yang membelenggu kaki mereka seperti bumi yang mati, karena semen bisa membuat semua makhluk hidup sekitarnya tak dapat hidup.

"Kita rela mengecor kaki karena semen membelenggu Indonesia, semen ini ibarat bumi, jadi kalau udah dibuat semen akan mati semua. Makanya ibu-ibu menolak adanya penambangan semen," kata Riem di LBH, Jakarta Pusat, Rabu (13/4).

Aksi ini, katanya, akan terus dilakukan sampai Presiden Joko Widodo mau menemui kita dan mendengarkan suara mereka dan seluruh warga Gunung Kendeng.

"Agar Pak Jokowi mau nemuin kita. Kalau belum ditemuin Pak Jokowi kita begini terus. Semoga Pak Jokowi dengerin kita," tandasnya.

Rencananya, siang ini 9 perempuan ini akan kembali menyambangi Istana Negara untuk menindak lanjuti aspirasi yang mereka sampaikan kemarin.

"Nanti kita akan ke Istana lagi mas jam 1 atau jam 2 seperti kemarin. Pak Jokowi harus membantu memecahkan masalah ini," jelas Riem.

Untuk diketahui, dalam aksi ini ada sekitar 12 orang yang turut serta. Adapun 9 orang yang kakinya dicor dan 3 lainnya membantu segala aktivitas mereka. Mereka berasal dari Purwodadi, Pati, dan Rembang.

Kesembilan perempuan itu adalah Supini, Surani, Riem Ambarwati, Deni, Ngadinah, Sukinah, Karsupi, Murtini dan Surani.

Riem bercerita saat menggelar aksi di Istana, kepala Staf Kepresidenan, Teten Masduki dan Deputi V Kepala Staf Kepresidenan Jaleswari Pramodhawardani menemui dan mencoba mendengarkan aspirasi mereka. (mdk/hhw)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Tujuh Warga Blora Dianiaya Karyawan Perusahaan Tambang karena Protes Pencemaran Udara
Tujuh Warga Blora Dianiaya Karyawan Perusahaan Tambang karena Protes Pencemaran Udara

Tujuh warga di Kabupaten Blora mengalami penganiayaan oleh karyawan perusahaan tambang setelah mereka mengajukan protes terkait pencemaran udara.

Baca Selengkapnya
Cerita Petani Kendeng dan Dilema yang Dihadapi, Sering Kena Apes Walau Sudah Gelar Sedekah Bumi
Cerita Petani Kendeng dan Dilema yang Dihadapi, Sering Kena Apes Walau Sudah Gelar Sedekah Bumi

Berbagai tantangan mereka hadapi, mulai dari proyek penambangan hingga serangan hama tikus

Baca Selengkapnya
Protes Ada Tambang Pasir, Warga Sekampung di Lumajang Cor Jalan
Protes Ada Tambang Pasir, Warga Sekampung di Lumajang Cor Jalan

Budi, salah seorang warga mengaku resah dan khawatir jika ada aktivitas tambang pasir

Baca Selengkapnya
FOTO: Protes Keberadaan Perusahaan Tambang, Masyarakat Dairi Geruduk Mahkamah Agung Menuntut Keadilan
FOTO: Protes Keberadaan Perusahaan Tambang, Masyarakat Dairi Geruduk Mahkamah Agung Menuntut Keadilan

Mereka menuntut kepada Majelis Hakim Mahkamah Agung untuk menegakkan keadilan masyarakat Dairi dalam mempertahankan ruang pertanian

Baca Selengkapnya
Pabrik Arang Batok Kelapa di Jaktim yang Disegel Bisnis Turun Temurun, Sudah Eksis Lebih dari 40 Tahun
Pabrik Arang Batok Kelapa di Jaktim yang Disegel Bisnis Turun Temurun, Sudah Eksis Lebih dari 40 Tahun

Pabrik yang berada di sisi Sungai Ciliwung itu saat ini masih disegel dengan garis kuning milik Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.

Baca Selengkapnya
Terungkap, Masih Ada 60 Izin Tambang Aktif di Lokasi IKN Nusantara
Terungkap, Masih Ada 60 Izin Tambang Aktif di Lokasi IKN Nusantara

Hal yang menjadi sorotan utama OIKN adalah durasi perizinan pertambangan yang tidak bisa dihentikan begitu saja.

Baca Selengkapnya
FOTO: Panas-Panasan Demo di Patung Kuda, Massa Buruh Tuntut Penghentian Ancaman PHK Besar-Besaran
FOTO: Panas-Panasan Demo di Patung Kuda, Massa Buruh Tuntut Penghentian Ancaman PHK Besar-Besaran

Aksi ini merupakan bentuk protes terhadap berbagai isu yang dinilai merugikan para pekerja di industri tekstil.

Baca Selengkapnya
Ratusan Siswa SD Kepuh Cilegon Dipulangkan Gara-Gara Polusi Udara Bau Gas Kimia Pabrik
Ratusan Siswa SD Kepuh Cilegon Dipulangkan Gara-Gara Polusi Udara Bau Gas Kimia Pabrik

Siswa dipulangkan pukul 10.00 yang seharusnya pukul 12.00

Baca Selengkapnya
FOTO: Tolak Proyek Strategis Nasional, Warga Nagari Air Bangis Geruduk Kemenko Perekonomian
FOTO: Tolak Proyek Strategis Nasional, Warga Nagari Air Bangis Geruduk Kemenko Perekonomian

Warga Nagari Air Bangis khawatir Proyek Strategi Nasional (PSN) akan membuat kehidupan mereka terancam.

Baca Selengkapnya
Penjelasan Polisi Soal 9 Petani Digunduli Usai Jadi Tersangka Mengancam Pekerja IKN
Penjelasan Polisi Soal 9 Petani Digunduli Usai Jadi Tersangka Mengancam Pekerja IKN

Tahanan digunduli guna pemeriksaan identitas, badan atau kondisi fisik dan menjaga atau memelihara kesehatan serta mengidentifikasi penyakit.

Baca Selengkapnya
Akhir Kejayaan Pabrik Arang Legendaris di DKI, Setop Operasi Buntut Biang Polusi
Akhir Kejayaan Pabrik Arang Legendaris di DKI, Setop Operasi Buntut Biang Polusi

Sejak 1975 silam, ternyata pabrik arang itu sudah beroperasi di sana. Tetapi seiring padatnya penduduk di sana, keberadaan pabrik menjadi masalah.

Baca Selengkapnya