Aceh jadi provinsi ketiga di Indonesia pengidap difteri terbanyak
Merdeka.com - Rendahnya kesadaran masyarakat memberikan imunisasi lengkap kepada anak mengakibatkan meningkatnya kasus penderita difteri di Aceh dari tahun ke tahun. Bahkan periode Juni tahun 2018 ini penderita difteri di Aceh lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh, penderita difteri di Aceh tertinggi selama 7 tahun terakhir sejak 2012 lalu. Semester satu tahun 2018 ini saja telah ditemukan 143 kasus, namun belum ada pasien yang meninggal dunia.
Bila dibandingkan tahun 2017 lalu, penderita kasus difteri sepanjang tahun sebanyak 113 penderita dan 5 orang meninggal dunia. Berdasarkan data tersebut tampak jelas baru semester satu tahun 2018 naik cukup signifikan.
-
Apa itu difteri? Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheria yang menyerang hidung, tenggorokan, atau kulit.
-
Siapa saja yang bisa terkena difteri? Meskipun difteri tidak terlalu berbahaya, namun penyakit ini termasuk penyakit menular sehingga bisa menginfeksi siapa saja yang berada di sekitar penderita atau lingkungan yang sedang mengalami banyak kasus difteri.
-
Apa penyebab penyakit difteri? Difteri adalah penyakit menular yang terjadi karena bakteri C. diphtheriae. Racun yang dihasilkan bakteri ini yang menyebabkan orang menjadi sangat sakit.
-
Kapan gejala difteri muncul? Gejala difteri biasanya muncul 2 sampai 5 hari setelah seseorang terinfeksi.
-
Mengapa difteri bisa berbahaya? Difteri adalah penyakit yang berbahaya dan bisa mengancam jiwa. Bakteri penyebab penyakit ini bisa merusak sel-sel di hidung dan tenggorokan, serta bisa menyebar ke organ lain, seperti jantung, ginjal, atau otak.
-
Mengapa difteri berbahaya? Beberapa komplikasi yang berpotensi muncul meliputi:MiokarditisNeuritisPenyumbatan saluran napasGagal ginjalKelumpuhan Dalam beberapa kasus, difteri bisa berakibat fatal. Secara keseluruhan, 5–10% orang yang berkontraksi infeksi akan mati.
Serambi Mekkah menduduki peringkat ketiga di Indonesia terjangkut difteri. Untuk peringkat pertama di Provinsi Jawa Timur dan kedua Jawa Barat. Selama kurun waktu 7 tahun terakhir, hanya tahun 2015 kasus difteri.
Pada tahun 2012 ditemukan 5 kasus dan satu meninggal dunia. Pada tahun 2013 ditemukan 6 kasus dua orang meninggal dunia, tahun 2014 ditemukan 5 kasus satu orang meninggal.
"Cukup tinggi, kita peringkat ketiga di Indonesia tahun 2017 lalu penderita difteri," kata Kepala Bidang Penanganan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Aceh, dr Abdul Fatah, Rabu (25/7) di Banda Aceh.
Ada 13 kabupaten yang ada terjangkit difteri tahun 2017 lalu, yaitu yang paling tinggi berada di Kabupaten Aceh Timur sebanyak 18 kasus, satu orang meninggal dunia. Lalu disusul Kabupaten Pidie Jaya dan Kota Banda Aceh sebanyak 17 kasus, satu meninggal dunia di Pidie Jaya.
Lalu di Aceh Utara dan Bireuen sebanyak 13 kasus masing-masing satu orang meninggal dunia. Selanjutnya Kabupaten Pidie 12 kasus, Aceh Besar 9 kasus, Lhokseumawe 5 kasus, seorang meninggal dunia, Aceh Barat 4 kasus.
Sedangkan kabupaten lainnya Kota Sabang hanya 2 kasus, Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Tamiang dan Aceh Singkil hanya satu kasus selama tahun 2017.
Mirisnya pada tahun 2018 jumlah daerah yang terjangkit difteri pada semester pertama bertambah menjadi 18 kabupaten/kota. Kota Banda Aceh yang berada di pusat ibu kota Provinsi Aceh dan Kabupaten Besar yang bertetanggaan merupakan daerah tertinggi terjangkit difteri. Hingga Juni 2018 sudah ditemukan 24 kasus difteri.
Sedangkan, Kabupaten Pidie ditemukan 20 kasus, disusul Aceh Utara 16 kasus dan Aceh Jaya, Bireuen dan Aceh Barat 7 kasus. Setelah itu Aceh Tengah dan Lhokseumawe 6 kasus, Aceh Timur 5 kasus, Sabang, Nagan Raya dan Pidie Jaya 4 kasus.
Kemudian, yang paling rendah terjangkit difteri dari 18 daerah yang terjangkit dari 23 kabupaten/kota berada di Kabupaten Aceh Tamiang 3 kasus, Kota Langsa dan Bener Meriah 2 kasus dan Aceh Singkil dan Kota Subussalam 1 kasus.
"Alhamdulillah tahun 2018 belum ada yang meninggal dunia," jelasnya.
Rata-rata kelompok umur yang paling rentan terjangkit virus difteri pada usia 14 tahun sebanyak 40 persen. Usia 5-9 tahun sebanyak 29 persen, usia 10-14 tahun 25 persen, 1-4 tahun 5 persen dan 1 tahun hanya 1 persen.
Menurut dr Abdul Fatah, siapapun berpotensi terjangkit difteri, karena dalam tubuh manusia memang sudah memiliki embreo itu. Namun yang membuat bisa bertahan dan terhindar dari penyakit berbahaya itu adalah dengan cara melakukan imunisasi yang lengkap sejak kecil.
"Siapapun bisa terjangkit, tidak mengenal usia, siapapun yang tidak memberikan imunisasi pada anak, tetap rentan," ungkapnya.
Data dari Dinkes Aceh pada tahun 2017 lalu menunjukkan, sebanyak 94 persen yang menderita difteri tidak pernah mendapatkan imunisasi apapun pada anak. Sisanya 5 persen hanya pernah mendapatkan imunisasi sebanyak 3 kali dan 1 persen pernah imunisasi 1 kali.
"Jadi imunisasi itu harus lengkap dan terus dilakukan secara periodik sesuai arahan pihak terkait, ini untuk menjamin ketahanan tubuh anak terjamin," tukasnya.
Kata dr Abdul Fatah, pada tahun 2018 ini kasus difteri yang terjadi di Aceh masih disebabkan minimnya kesadaran masyarakat memberikan imunisasi lengkap pada anak. Bahkan berdasarkan data terbaru, 77 persen yang terjangkit difteri karena tidak ada imunisasi.
"Sisanya ada 21 persen hanya 3 kali imunisasi, 1 persen 2 kali dan 1 persen 1 kali," tukasnya.
Adapun alasan orang tua tidak mau memberikan imunisasi kepada anaknya karena takut anaknya demam setelah diberikan imunisasi. Kata dr Abdul Fatah, alasan ini ditemukan sebanyak 28,8 persen. Selain itu 26,3 persen pihak keluarga yang tidak memberikan izin. Alasan lainnya karena lokasi imunisasi yang tidak terjangkau sebanyak 21,9 persen.
Alasan lainnya sebanyak 16,3 persen menjawab karena orang tua terlalu sibuk, sehingga tidak sempat memberikan imunisasi kepada anak. Biasanya, sebut dr Abdul Fatah, alasan sibuk hingga tidak memberikan imunisasi penduduk yang berada di perkotaan.
"Biasanya ini terjadi di perkotaan karena kedua orang tua bekerja. Sisanya ada 6,8 persen alasan sakit dan 6,7 persen tidak tahun tempat imunisasi," jelasnya.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejumlah pasien demam berdarah dengue sampai saat ini masih menjalani rawat inap.
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan mencatat, hingga minggu ke-15 tahun 2024, terdapat 475 orang meninggal karena DBD.
Baca SelengkapnyaJumlah korban meninggal dunia itu berasal dari 62.001 kasus DBD yang teridentifikasi.
Baca SelengkapnyaHingga minggu ke-12 di tahun 2024, ditemukan sebanyak 43.271 kasus DBD dengan total jumlah kematian sebanyak 343 jiwa.
Baca SelengkapnyaKasus DBD tertinggi yakni Kabupaten Tabanan, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Badung
Baca SelengkapnyaKemenkes mengajak masyarakat mencegah DBD dengan membersihkan lingkungan.
Baca SelengkapnyaPenderita DBD di Depok melonjak drastis di Februari hingga 119 kasus
Baca SelengkapnyaAnggota Komisi IX DPR RI Fraksi Partai Golkar, Dewi Asmara mengatakan, kasus DBD saat ini naik lebih tinggi dibandingkan tahun 2023.
Baca SelengkapnyaTjandra mengatakan, data WHO menunjukkan, ada kenaikan 255 persen perawatan Covid-19 di rumah sakit Indonesia.
Baca SelengkapnyaJasa Raharja mengakui angka kecelakaan lalu lintas memang mengalami peningkatan setiap tahunnya dari 15 hingga 17 persen.
Baca SelengkapnyaPer 1 Maret 2024, tercatat kasus DBD mencapai 16.000 kasus
Baca SelengkapnyaRatusan ribu anak tercatat menderita ISPA hingga Juli 2023.
Baca Selengkapnya