Ada 10 rumah sakit yang tolak bayi Dera hingga meninggal
Merdeka.com - Dera Nur Anggraini bayi berusia 7 hari akhirnya mengembuskan napas terakhir Sabtu kemarin (16/2) akibat gangguan saluran pernapasan karena ditolak rumah sakit lantaran orang tuanya tidak memiliki biaya. Ada 10 rumah sakit yang didatangi sang kakek dan ayah untuk menolong nyawa Dera.
Diceritakan ayah Dera, Elias Setionugroho (20), anaknya lahir pada Minggu (11/2) malam dengan cara operasi caesar di RS Zahira, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Namun rupanya anak kembarnya tersebut terlahir di bawah normal dengan berat 1 kilogram dan mengalami gangguan pernapasan.
Karena tidak mempunyai alat untuk merawat Dera, pihak rumah sakit menyarankan keluarga untuk mencari rujukan.
-
Dimana bayi-bayi ini dirawat? Di bangsal gizi buruk rumah sakit Kamal Adwan di Gaza utara, bayi-bayi yang baru beberapa hari lahir ke dunia dan kebanyakan prematur, bertarung untuk tetap hidup.
-
Apa yang bikin rumah jadi sesak? Merasa rumah terasa sesak karena banyaknya barang yang menumpuk? Saatnya melakukan decluttering yang sudah nggak dipakai.
-
Siapa yang sakit? Ibunda Nia Ramadhani, Chanty Mercia kini tengah terbaring di rumah sakit.
-
Siapa yang ada di ruang bersalin? Lewat postingan Atta Halilintar, kita bisa lihat dua ibu Aurel, Kris Dayanti dan Ashanty udah ada di ruang bersalin.
-
Bagaimana kondisi bayi tersebut? Dengan suhu badan yang rendah mencapai 35,7 derajat Celsius saat tiba di rumah sakit, si kecil yang mengalami hipotermia dihangatkan dan diberikan pertolongan pertama secara intensif.
-
Siapa yang sedang sakit? Sule menyempatkan diri untuk menjenguk Adzam yang sedang sakit di tengah-tengah kesibukannya sebagai seorang publik figur.
Awalnya Elias bersama Herman sang kakek menuju RS Fatmawati, namun saat sampai di rumah sakit tersebut pihak rumah sakit menyatakan bahwa ruangan penuh.
Tidak patah arang, akhirnya Herman berserta Elias menuju RSCM untuk mencari ruang perawatan dan operasi, namun lagi-lagi setelah menunggu hingga pagi hari, rumah sakit menyatakan bahwa ruangan penuh.
"RS Fatmawati, katanya ruangannya enggak ada, RSCM nunggu dari jam 4 sampe 6 pagi baru dapat masuk, saat itu pendaftaran tutup dari pada pulang, pagi kita tanya ke kasir, kita tanya ke ICU, sampe kita kasihin rujukan ke rumah sakit, 15 menit dateng bilangnya penuh," kata Elias saat ditemui di kediamannya, Jalan Jati Padang Baru RT 14/ RW 06, Pasar Minggu, Senin (18/2).
Tidak mau anaknya telantar, Herman dan Elias kemudian pergi menuju RS Harapan Kita. Saat sampai, keduanya kemudian memberikan surat keterangan tidak mampu kepada pihak rumah sakit. Namun setelah menunggu, pihak RS Harapan Kita mengatakan bahwa kamar juga penuh dan mengatakan kenapa keduanya yang membawa bukan pihak rumah sakit yang memberikan rujukan.
Usaha terus dilakukan, hingga selasa akhirnya Herman sang kakek mencari RS Pasar Rebo berharap cucunya bisa segera ditolong. Namun lagi-lagi pihak RS Pasar Rebo menolak karena kamar rawat tidak tersedia.
Keesokan harinya, sang kakek mencoba RS Harapan Bunda Pasar Rebo, saat di sana, Herman sempat ditanyai uang muka sebesar Rp 10 juta sebagai biaya perawatan dan belum termasuk operasi.
"Beberapa harinya dicari lagi yaitu RS Pasar Rebo, Harapan Bunda Pasar Rebo hari ketiga, Kita ditanyai DP, minimal harus punya uang 10 juta, operasinya beda lagi, kalau operasinya enggak bilang," kata Herman.
Usai dari Pasar Rebo, Herman dan Elias kemudian mencari rumah sakit lagi, rumah sakit berikutnya yaitu RS Asri, RS Tria Dipa, RS Budi Asih, RS JMC dan terakhir RS Pusat Pertamina.
Namun lagi-lagi, rumah sakit tersebut juga menolak. Di RS Pertamina, Sang kakek Herman langsung ditawari oleh petugas soal pembayaran, mau uang muka atau langsung tunai. Agar cucunya bisa dirawat, Herman kemudian mengatakan bahwa pembayaran akan dilakukan tunai, namun justru pihak rumah sakit beralasan kamar rawat penuh.
"Waktu itu petugas nanyain ke saya bapak mau DP atau cash, supaya saya dapat itu saya bilang cash, pas bilang cash dia bilang udah penuh, alasannya sama bilang penuh," papar Herman.
Karena tidak kunjung mendapatkan rumah sakit, Dera pada Sabtu kemarin akhirnya meninggal dunia. Sedangkan saudara kembarnya, Dara saat ini masih menjalani perawatan di RS Tarakan dan baru masuk malam tadi. Herman dan ayahnya, Elias siang ini kembali ke RS Tarakan untuk menemui Dera.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pasien Kritis Meninggal Akibat Ditolak RS di Malang, Begini Penjelasan Rumah Sakit
Baca SelengkapnyaSejumlah rumah sakit menjadi target serangan pasukan penjajah Israel selama agresinya di Jalur Gaza, Palestina.
Baca SelengkapnyaTim medis di dalam rumah sakit tak mampu membuat kuburan massal di halaman karena situasi lapangan yang mencekam
Baca SelengkapnyaDokter Palestina: Tentara Israel Abaikan Bayi di Rumah Sakit Sampai Meninggal dan Membusuk
Baca SelengkapnyaKorban tewas dan luka terus berdatangan. Lorong-lorong rumah sakit ini dipenuhi kekacauan.
Baca SelengkapnyaPuluhan jenazah terpaksa ditempatkan di trotoar dan selasar rumah sakit karena kamar mayat tak mampu lagi menampung.
Baca SelengkapnyaJumlah pasien korban serangan Israel yang ditangani RS Indonesia di Gaza melampaui kapasitas dan terus berdatangan setiap waktu.
Baca SelengkapnyaKelaparan dan Dehidrasi Akut, Belasan Bayi Palestina Meninggal di Rumah Sakit
Baca SelengkapnyaRumah Sakit Al-Shifa selain menampung puluhan bayi prematur dan korban luka akibat serangan Israel, juga dijadikan tempat mengungsi bagi ribuan warga.
Baca SelengkapnyaIsrael menolak izin pengiriman pasokan bahan bakar ke rumah sakit.
Baca SelengkapnyaSeorang pasien pria di Korea Selatan meninggal setelah ditolak oleh 10 rumah sakit.
Baca SelengkapnyaSebelum dipecat, Dekan FK Unair dipanggil oleh Rektorat untuk mengklarifikasi pernyataan menolak program dokter asing di Indonesia.
Baca Selengkapnya