Ada cerita lucu di balik 4 kata umpatan ini

Merdeka.com - Ada banyak jenis umpatan khas daerah di Indonesia. Meski sudah dipersatukan dengan Bahasa Indonesia, tapi sebagai negara dengan lebih dari 300 etnik dan suku bangsa, masih banyak rakyat di negeri ini sehari-hari berkomunikasi menggunakan dialek daerah masing-masing, termasuk soal umpatan.

Umpatan merupakan perkataan kasar yang didasarkan atas ketidaksukaan atau kebencian terhadap suatu hal, peristiwa ataupun seseorang. Tapi sekarang, umpatan bukan lagi meluncur karena ketidaksukaan, justru umpatan seringkali menjadi bumbu dalam setiap perkataan.

Ada banyak kata umpatan di lingkungan masyarakat Indonesia, tapi tidak banyak masyarakat yang tahu cerita asal-usulnya. Namun demikian, tulisan ini tidak akan mengulas sejarah atau asal usul umpatan-umpatan tersebut, melainkan hanya cerita-cerita lucu di balik kata-katanya saja.

Berikut ini cerita lucu di balik 4 kata umpatan yang dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber:

Bajingan

Umpatan "bajingan" ini belum masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Namun demikian umpatan ini banyak ditemukan di negeri ini, terutama di wilayah Pulau Jawa. Umpatan ini banyak dilontarkan untuk memaki orang yang memiliki perangai buruk atau penjahat.Padahal, di Jawa sebenarnya kata bajingan menunjuk seorang pengendara gerobak sapi. Konon, pada tahun 1940-an, istilah bajingan ini pertama kali muncul di daerah Banyumas. Di sana pada tahun itu sarana transportasi sulit ditemui. Paling banyak justru gerobak sapi, yang kerap dijadikan sebagai alat transportasi untuk berdagang atau sekadar jalan-jalan.Gerobak sapi dengan seorang bajingan sebagai pengendaranya, sangat diandalkan warga untuk bepergian ke kota. Masalahnya, kedatangan bajingan ini tidak tentu, terkadang pagi, siang, sore, bahkan terkadang malam hari. Karena kedatangan mereka tidak tentu, masyarakat yang tidak bertemu dengan bajingan akhirnya berjalan kaki.Seiring waktu, banyak warga yang tanpa sengaja melontarkan kalimat-kalimat berisi ketidakpuasan terhadap bajingan itu. Misalnya begini, "Bajingan suwe temen tekane, nandi wae (Bajingan lama sekali datangnya, kemana saja..!!" Dari sana kemudian istilah bajingan ini mengalami pergeseran makna sebagai umpatan.Awalnya, bajingan itu sebagai bentuk umpatan terhadap keterlambatan seseorang. Misalnya, "Bajingan, dari mana saja kamu??" Tapi sekarang umpatan itu berkembang menjadi luas dan umum.

Sontoloyo

Sotoloyo juga mengalami pergeseran makna. Umpatan ini sehari-hari kerap dipakai orang untuk menunjukkan kekecewaannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sontoloyo bermakna; konyol, tidak Beres dan bodoh. Biasanya, kata Sontoloyo diucapkan dengan ekspresi kesal atau kecewa.Padahal dalam bahasa Jawa, sebenarnya Sontoloyo adalah sebuah nama julukan atau profesi bagi penggembala bebek. Atribut seorang Sontoloyo biasanya memakai caping (topi petani) untuk melindungi diri dari panas terik maupun hujan, membawa tongkat panjang dan di ujung tongkat ada plastik atau apapun yang bentuknya seperti rumbai-rumbai yang melambai-lambai. Fungsinya untuk untuk memudahkan menggiring bebek-bebek sampai tujuan dan tidak tercerai-berai.Tugas Sontoloyo ini bertanggungjawab atas semua bebek yang digembalakan, mulai mengarahkan bebek-bebeknya mencari tempat yang nyaman dan aman untuk mencari makan dan berkembang biak sebanyak-banyaknya. Ketika menggiring bebek, posisi Sontoloyo berada di belakang para bebek, tidak mungkin di depan. Sebab kalau di depan, bebeknya bisa kabur. Selain itu, posisi di belakang bebek juga memudahkannya mengawasi bebek di posisi paling belakang karena biasanya bebek yang jalannya lambat kalau tidak diawasi dengan baik, bisa kabur atau dimakan ular sawah.Seorang sontoloyo juga bertanggung jawab memasukkan para bebek kembali ke kandang di malam hari. Bahkan kalau ada bebek kelihatan kurang sehat, maka sontoloyo memiliki kewajiban merawatnya dan melapor ke juragan, meminta uang untuk beli obat.Wilayah jangkauan sontoloyo ketika menggembala bebek ini juga tergolong luas. Bahkan tidak jarang mereka masuk ke wilayah perkampungan-perkampungan warga, atau sawah-sawah penduduk. Sehingga tidak jarang bebek yang luput dari pengawasan sontoloyo bakal merusak tanaman warga.  Nah, sontoloyo yang teledor ini kerap dimarahi warga. Apakah hal itu menjadi penyebab munculnya umpatan sontoloyo? Sampai sekarang memang belum ada catatan resmi. Bagaimana menurut anda?

Bangsat

Bangsat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kutu busuk atau kepinding. Dalam bahasa jawa, bangsat disebut tinggi atau disebut juga tumila adalah serangga parasit dari keluarga Cimicidae. Kutu busuk dikenal sebagai spesies yang meminum darah manusia dan hewan berdarah panas lainnya. Kutu busuk atau bangsat ini senang tinggal di rumah manusia, khususnya pada tempat tidur. Kutu busuk biasa tinggal dan bertelur di lipatan tempat tidur atau bantal dan tempat-tempat tersembunyi lainnya. Dia bisa menggigit tanpa disadari korbannya, biasanya ia akan agresif pada malam hari. Bangsat akan menimbulkan bekas gigitannya yang berupa bentol dan terasa gatal serta panas pada korbannya. Serangga parasit ini bisa menimbulkan penyakit ruam-ruam, efek psikologis dan gejala alergi. Hewan ini beraroma tidak sedap dan sangat menyengat di hidung.Makna lain, bangsat juga diartikan sebagai gembel atau miskin. Namun demikian, dalam kehidupan sehari-hari, istilah bangsat ini mengalami pergeseran makna sebagai sebuah umpatan kekecewaan.

Bajigur

Di Jawa Barat, Bajigur adalah sebuah nama minuman khas. Tapi di Yogyakarta, nama minuman ini menjadi sebuah kata umpatan seseorang untuk meluapkan emosi. Meskipun di beberapa titik juga ada orang-orang yang berjualan bajigur ini.Lalu, apa kaitannya antara bajigur sebagai sebuah umpatan dengan bajigur sebagai nama minuman? Sejauh ini belum ada catatan resmi, tapi konon sebenarnya kata bajigur ini merupakan pelesetan dari kata 'bajingan'.Untuk memperhalus kata bajingan, orang-orang kemudian mengubahnya menjadi kata bajigur. Selain umpatan bajigur, bajingan juga memiliki turunan lain, misalnya umpatan Bajindal dan Bajirut yang juga populer di Yogyakarta.