Agar warga tak resah, Polri enggan ekspose penangkapan 350 terduga teroris
Merdeka.com - Polri telah menangkap lebih dari 350 orang terduga teroris pasca-pengesahan UU Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Terorisme. Namun, Polri enggan mempublikasikan secara gamblang tentang operasi penangkapan tersebut.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan, pihaknya tidak mempublikasikan setiap penangkapan dengan alasan keamanan. Selain itu, dia berdalih, publikasi yang berlebihan juga dapat menghambat proses pengembangan operasi.
"Kita jangan sampai menimbulkan masyarakat takut dan resah dengan adanya masalah terorisme kita ekspose terus menerus," ujar Setyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (5/9).
-
Siapa yang berperan penting dalam mencegah terorisme di Indonesia? Ary mengatakan tantangan tersebut semakin kompleks dengan adanya bonus demografi 2045. Hal itu, ucapnya, menjadi salah satu tugas utama BNPT.
-
Bagaimana Brimob Polri mengatasi terorisme? Intensitas perlibatan kekuatan Brimob Polri dalam penanggulangan terorisme di Indonesia meningkat usai serangan teror Bom Bali I. Selain dilibatkan dalam operasi-operasi kepolisian lain, khususnya dalam menghadapi kejahatan berintensitas tinggi seperti keberhasilan Polri mengungkap kasus terorisme di wilayah Poso Sulawesi Tengah tidak terlepas dari adanya peran Korps Brimob Polri yang tergabung dalam operasi Tinombala bersama dengan TNI.
-
Apa yang dilakukan BNPT untuk tanggulangi terorisme? “Penurunan ini sangat tajam sampai dengan 89 persen lebih, indeks potensi radikalisme dan indeks risiko terorisme juga terus menurun,“ rinci Kepala BNPT.
-
Bagaimana cara mencegah terorisme di Indonesia? Di Hari Peringatan dan Penghargaan Korban terorisme ini, Anda bisa membagikan cara mencegah radikalisme di media sosial. Hal ini penting dilakukan agar tindakan terorisme bisa diminimalisir atau dihilangkan.
-
Bagaimana penangkapan para pelaku TPPO? Pengungkapan kasus tersebut bermula dari laporan dari masyarakat sekitar mengenai adanya aktivitas mencurigakan oleh ketiga pelaku.
-
Siapa yang mengapresiasi kesiapan Polda Jateng? Kesiapan Polda Jateng dalam menyambut Pemilu 2024 ini mendapat apresiasi dari Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni. Politikus NasDem tersebut menilai, penempatan personel kepolisian di tiap TPS dapat menjaga kondusifitas di lapangan.
Kendati, Setyo memastikan penanganan kasus terorisme tetap dilakukan secara proporsional dan profesional. Jenderal bintang dua itu klaim, para terduga teroris mendapatkan hak bantuan hukum.
"Masalah ini kita tangani secara proporsional tapi tidak meledak-ledak diekspos terus menerus. (Kalua diekspose terus) justru kontraproduktif, masyarakat makin takut," ucap Setyo.
Sementara Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mendesak Polri tetap mempublikasikan hasil tangkapan ratusan terduga teroris pasca-bom Surabaya dan disusul pengesahan revisi UU Anti-terorisme pada Mei 2018 lalu.
Komisioner Komnas HAM, Muhammad Choirul Anam mengkritisi sikap Polri yang hanya kerap menyebutkan jumlah terduga teroris yang ditangkap. Menurut dia, penanganan perkara teorisme harus dipublikasikan kasua per kasus.
"Kasus kayak begini tidak bisa angka. Kasus ini tidak bisa di ujung, dikumpulkan jadi satu, tapi kasus per kasus," ujar Choirul di kantornya.
Choirul menekankan, akuntabilitas Polri dalam menangani terorisme selama ini harus dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban itu dapat diwujudkan dalam pelaporan pada publik terkait informasi hasil penangkapan terorisme dalam setiap kasus. Polri juga harus menjelaskan bagaimana dan di mana ratusan terduga teroris tersebut ditahan.
Choirul mengakui, dalam operasi penindakan, Polri memang harus tertutup. Namun, hasil dari tindakan itu harus dilaporkan.
"Dalam konteks tindakan, memang di manapun tertutup, doktrin hukum perang atau TNI itu ada bagian tertentu tertutup, tapi pascatindakan, bukan berarti akuntabilitasnya, tidak dapat diukur dalam konteks sipil, misal penggunaan senjata setelah dia gunakan harus ia laporkan," kata dia.
Tanpa ada transparansi yang jelas, menurut Choirul, potensi pelanggaran HAM akan semakin lebar. Komnas HAM kini tengah negosiasi dengan Polri agar mau terbuka.
"Kami sedang menegosiasikan itu sehingga penanganan terorisme itu berapapun itu mau satu mau sepuluh (diungkap), itu akuntabilitasnya," ucapnya.
Reporter: Nafiysul QodarSumber : Liputan6.com
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Polri lebih dulu melakukan kegiatan preventif untuk mengamankan agar tidak adanya ancaman dari pelaku terorisme.
Baca SelengkapnyaPanglima perintahkan dua jenderal periksa anggota TNI yang geruduk Mapolrestabes Medan, Sumatera Utara.
Baca SelengkapnyaSehingga, Agung menegaskan tidak perlu bagi KPK memandang dalam operasi senyap atau OTT takut informasinya bocor.
Baca SelengkapnyaKapolda Metro Jaya, Irjen Pol Karyoto kembali mengingatkan anak buah tetap menjaga netralitas selama pengamanan Tempat Pemungutan Suara (TPS) Pilkada.
Baca Selengkapnya"Kami sudah mengambil keterangan dari 9 orang, 4 dari anggota Dit Polairud, 3 Masyarakat dan 2 dari pelaku," kata Kabid Propam Polda Sultra, Mochammad Sholeh.
Baca SelengkapnyaPanglima TNI Bantah Intimidasi KPK: Kalau Saya Kirim Batalyon Suruh Geruduk Itu Intervensi
Baca SelengkapnyaKapolri Listyo meminta jajarannya jangan ragu menindak pelaku yang merupakan perwira polisi.
Baca SelengkapnyaPolisi mengingatkan, para peserta Aksi Bela Palestina untuk memperhatikan hak-hak masyarakat lainnya.
Baca SelengkapnyaPerintah Jokowi mendapat apresiasi banyak pihak, tak terkecuali aktivis.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Sebuah video yang memperlihatkan puluhan anggota TNI berseragam lengkap sedang menggeruduk Mapolrestabes Medan.
Baca Selengkapnya