Ahli tsunami: Ada gempa selama 2 menit tak berhenti, jauhi pantai!
Merdeka.com - Bencana alam gempa berkekuatan 7,4 SR disusul tsunami setinggi 6 meter menerjang wilayah Palu dan sekitarnya, Jumat (28/9). Praktis, fenomena gejolak alam tersebut kembali membangunkan peringatan dini dalam diri masing-masing.
Ahli tsunami dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Abdul Muhari mengatakan, pertanda dari tsunami adalah gempa yang biasa mengawalinya.
"Sebenarnya, tsunami warning itu ya gempanya sendiri. Tidak perlu menunggu BMKG, tidak perlu mengandalkan sistem peringatan dini BMKG. Indikatornya, kalau ada gempa tidak berhenti selama 2 menit, langsung lari menjauh dari pantai," ujar Abdul Muhari kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (1/10).
-
Kapan gempa terjadi? Gempa di Batang pada Minggu (7/7) kemarin menyisakan luka yang mendalam bagi para korban yang terkena dampaknya.
-
Apa yang terjadi ketika gempa? Gempa bumi adalah apa yang terjadi ketika dua lempengan tiba-tiba bergeser. Permukaan tempat yang tergeser itu disebut bidang patahan
-
Kapan gempa di Indonesia terjadi? Tercatat 161 kali gempa bumi terjadi di Indonesia antara tahun 1990 dan 2022.
-
Kapan gempa bumi terjadi? Pada Minggu (25/2) terjadi gempa bumi berkekuatan 5,7 magnitudo yang terasa hingga Jakarta.
-
Bagaimana gempa bumi memicu letusan? Gempa ini terjadi ketika terjadi pergeseran lempeng tektonik di bawah permukaan bumi. Akibat pergerakan ini, magma yang tersimpan di dalam bumi dapat naik ke permukaan dan menyebabkan gunung meletus.
-
Bagaimana tsunami itu terjadi? Pemicu awalnya terjadi ketika suhu yang menghangat menyebabkan lidah gletser yang menipis runtuh, demikian temuan para peneliti. Kondisi itu mengguncang lereng gunung yang curam, menyebabkan longsoran batu dan es menghantam Dickson Fjord di Greenland.
Menurut dia, peringatan tsunami tercepat yang dilakukan BMKG, melalui televisi. Namun, ketika gempa terjadi, masyarakat bakal langsung keluar rumah menghindari bangunan dan pohon.
"Tidak ada yang nonton TV lagi. Mereka sudah panik. Oleh karena itu, indikator yang bisa kami secara science peringatkan, jika ada gempa baik lemah maupun kuat tapi terjadi selama 2 menit tidak berhenti, langsung menjauh dari pantai," Abdul Muhari menjelaskan.
Mengapa 2 menit?
Pria yang memperoleh gelar doktornya dari Universitas Tohoku, Sendai, Jepang itu mengatakan, setiap gempa dan tsunami butuh pelepasan energi. Pada kasus-kasus yang terjadi sebelumnya, gempa yang berdurasi selama inilah yang mengakibatkan tsunami.
"Pada kasus-kasus yang terjadi sebelumnya, gempa yang terjadi dengan durasi lama, lebih dari 1 menit, membangkitkan tsunami," kata pria yang akrab disapa Aam itu.
Sementara itu, peneliti di Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman Natawijaya mengatakan, pendidikan tentang gejala tsunami di Indonesia masih kurang. Padahal, sosialisasi dan pengajaran tentang tsunami dan gejalanya merupakan early warning system termurah yang bisa didapatkan pemerintah.
"Selama ini yang diajarkan secara umum di kita itu, tsunami diawali dengan air surut. Padahal tidak semua tsunami ditandai surutnya air," kata Danny Hilman kepada Liputan6.com.
Gempa dan tsunami Palu serta Donggala menyebabkan 844 orang meninggal dunia. Sebagian besar korban berasal dari Palu yang diterjang tsunami usai gempa.
"Yang ditemukan dan diidentifikasi, jumlah korban tewas sebanyak 844 orang," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, dalam konferensi persnya, di kantor BNPB, Jakarta, Senin.
Menurut dia, sebagian besar korban meninggal karena tertimpa reruntuhan bangunan.
Sementara, BNPB memperkirakan, jumlah korban gempa Palu, Donggala dan sekitarnya akan terus bertambah. Petugas, lanjut dia, masih terus melakukan evakuasi.
Tsunami dahsyat ini bukan kali pertama menyapu pesisir Indonesia. Sebut saja tsunami Aceh pada 2004. Atau tsunami Banda Naera pada 1674 yang tercatat sebagai tsunami terbesar di Tanah Air dengan ketinggian ombak mencapai 94 meter.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Potensi terjadinya gempa besar dan tsunami ini sejatinya hampir merata di sepanjang pesisir selatan pulau Sumatera, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara.
Baca SelengkapnyaKepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan potensi terjadinya di gempa megathrust di Indonesia sangat bisa saja terjadi
Baca SelengkapnyaBMKG mengimbau kepada masyarakat Indonesia tetap tenang.
Baca SelengkapnyaGempa Kabupaten Malaka NTT tidak berpotensi Tsunami
Baca SelengkapnyaBahkan menurut BMKG, potensi terjadinya megathrust hanya tinggal menunggu waktu saja.
Baca SelengkapnyaGunung Slamet yang saat ini masih berstatus waspada atau level II dipantau secara visual dan instrumental.
Baca SelengkapnyaDaryono mengatakan, gempa besar pada dua megathrust di Indonesia tinggal menunggu waktu.
Baca SelengkapnyaContohnya pernah terjadi pada tahun 2000 di Pulau Sumatera hingga tahun 2007 dengan range 7,9 Skala Ritcher (SR) sampai dengan paling besar 9,2 SR.
Baca SelengkapnyaMengutip informsi BMKG, pusat gempa berada di 8.52 LS,115.35 BT atau 2 km timur laut Gianyar, Bali dengan kedalaman 10 km.
Baca SelengkapnyaGempa magnitudo 5,4 tersebut tidak menimbulkan potensi tsunami.
Baca SelengkapnyaMenurut Rahma, gempa megathrust memiliki ciri khusus yang siklusnya berulang.
Baca SelengkapnyaMakna kalimat tinggal menunggu waktu muncul lantaran Selat Sunda dan Mentawai-Siberut memang dalam kondisi geografis yang dapat memicu gempa besar.
Baca Selengkapnya