Ahmad Dhani Berikan Ponsel ke Polda Jatim, Ini Tanggapan Mabes Polri

merdeka.com Sekitar 6 Tahun yang lalu

Merdeka.com - Caleg Partai Gerindra Ahmad Dhani memberikan ponsel ke penyidik Polda Jawa Timur. Di dalam ponsel tersebut terdapat data berupa video blog (vlog) saat dirinya menyebut 'idiot' di Hotel Majapahit, Jatim, beberapa waktu lalu.

Kadiv Humas Mabes Polri Brigjen M. Iqbal mengatakan hal tersebut adalah lumrah selama penggunaan ponsel masih terkait penyelidikan.

"Untuk kasus Ahmad Dhani polda Jawa Timur sedang melakukan upaya penyidikan, penyelidikan dan tentu rangkaian pemeriksaan saksi-saksi," kata Iqbal usai serah terima jabatan dengan Irjen Setyo Wasisto di Aula Setya Prabu, Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Rabu (14/11).

Orang lain juga bertanya?

Nantinya, kata Iqbal, akan dilihat apakah ponsel tersebut mampu membantu proses penyelidikan dan penyidikan terhadap kasus yang membelit Ahmad Dhani.

"Saya kira boleh-boleh saja kasih barang (iPhone) ya. Apakah itu terkait proses penyidikan dan penyelidikan dan akan kita lihat nanti," jelasnya.

Sebelumnya, meski melewati deadline yang jatuh 11 November, musisi Ahmad Dhani Prasetya akhirnya mendatangi Polda Jawa Timur, Senin (12/11) sore. Dhani membawa barang bukti plus saksi ahli terkait kasus ujaran idiot.

Ditemani anak ketiga dari pernikahannya dengan Maia Estiyanti, yaitu Abdul Qadir Jaelani (Dul), Ahmad Dhani datang sekitar pukul 14.30 WIB. Dia menyerahkan iPhone miliknya yang digunakan ngevlog berisi ujaran idiot di Hotel Majapahit kala itu.

"Ini BB (barang bukti) nya. Isinya, banyak, data-data rahasia. Saya kemarin pakai (iPhone untuk) vlog," katanya sambil menunjukkan BB iPhone hitam miliknya di gedung Subdit Cyber Crime Dit Reskrimsus Polda Jawa Timur.

Selain barang bukti iPhone, Dhani yang mengenakan jaket hijau itu juga mengaku membawa saksi ahli sebagai pembanding laporan Koalisi bela NKRI.

Suami Mulan Jameela ini membawa satu saksi ahli bidang ITE dari Kominfo, bukan tiga orang seperti janjinya saat diperiksa sebagai tersangka dalam kasus ini pada 25 Oktober, yaitu ahli bahasa, ITE, dan ahli pidana. "Satu orang (saksi ahli) saja dari Kominfo," ucapnya.

(mdk/rhm)