Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Akademisi: Kelangkaan daging sapi hanya terjadi di sentra konsumsi

Akademisi: Kelangkaan daging sapi hanya terjadi di sentra konsumsi Harga Daging Sapi. ©2012 Merdeka.com/Dwi Narwoko

Merdeka.com - Kelangkaan daging sapai yang diberitakan media massa nasional dalam beberapa waktu terakhir dinilai hanya terjadi di wilayah sentra konsumsi daging sapi. Padahal, ketersediaan sapi di beberapa sentra secara umum masih bisa memenuhi kebutuhan di daerah.

Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Ahmad Sodiq mengemukakan kelangkaan daging sapi sebenarnya tidak terjadi di seluruh daerah yang ada di Indonesia. Dia menyebut, isu kelangkaan daging sapi terjadi karena di sentra konsumsi utama yang ada di Indonesia.

"Sentra konsumsi daging sapi di Indonesia yang terbesar ada di Jakarta dan Bandung. Jadi tidak heran di wilayah tersebut terjadi kelangkaan daging sapi, tetapi kalau di beberapa wilayah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB dan Bali cenderung tidak terjadi karena termasuk sentra penghasil," ujarnya saat dihubungi, Selasa (11/8).

Menurut Dekan sekaligus Guru Besar Fakultas Peternakan Unsoed ini, di dua sentra konsumsi tersebut sumber sapi berasal dari sapi impor. Ia menilai, pembatasan sapi impor yang masuk ke Indonesia pada periode sebelumnya berdampak pada kelangkaan di Jakarta dan Bandung.

"Yang terjadi sebenarnya kebutuhan banyak, tetapi di pasar sedikit sehingga terjadi kelangkaan. Tetapi untuk wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur tidak terjadi karena pasokan dari daerah sentra itu masih banyak dan berasal dari peternakan rakyat," ucapnya.

Diakuinya, pemenuhan kebutuhan daging sapi di daerah selama ini dikatakan siap. Tetapi, katanya, ketika diangkat untuk memenuhi permintaan nasional pada momen tertentu yang kebutuhannya tinggi, masih belum siap seperti saat mendekati momen Idul Adha. "Ada analisis yang menyatakan ketersediaan daging sapi sebenarnya ada, tetapi persoalannya berada dalam sistem yang belum terkoordinir dan informasinya belum terkelola dengan baik karena yang memegang adalah petani kecil," ucapnya.

Ia mencontohkan untuk mengirim sapi dari Nusa Tenggara Barat ke Jakarta membutuhkan waktu yang lama. Sehingga, ia mengemukakan ada persoalan dalam tata niaga terkait transportasi dan beberapa hal di dalamnya. Lebih lanjut, ia menjelaskan untuk kebutuhan Banyumas ketersediaannya cukup baik.

"Untuk banyumas, secara pribadi yang beberapa didukung menjadi binaan sangat meyakinkan kondisinya. Artinya, di beberapa kelompok-kelompok yang dibiayai dengan perbankan dan investor cukup dalam ketersediaannya. Karena, di dalam kandangnya jumlah (sapi) relatif besar ada yang 40 ekor sampai 400 ekor. Bahkan, ada satu contoh di Desa Datar (Banyumas) jumlahnya mendekati 160 ekor, kemudian di Gandrungmangu (Jawa Timur) mendekati 1.500 ekor, karena ada yang satu kandang mendekati 400 ekor," tuturnya.

Selain itu, dia mengemukakan konsumsi sapi Banyumas tergolong rendah karena jumlahnya hanya 30-40 ekor sapi per hari. Biasanya, lanjut Sodiq, kebutuhan tersebut untuk Purbalingga, Banjarnegara dan Cilacap. "Tetapi, kalau stok di daerah aman. Yang menjadi persoalan adalah wilayah Jawa Tengah ke arah barat. Karena kebutuhan (daging sapi) cukup tinggi dan kecenderungannya dipengaruhi keberadaan sapi impor," ucapnya.

Mengenai keputusan pemerintah yang menyerahkan kebijakan impor daging sapi kepada Bulog, Sodiq mengatakan Bulog diharapkan bisa menstabilisasi harga daging sapi yang saat ini juga tergolong tinggi. "Model seperti yang terjadi di beras sekarang baru dicoba tahun ini. Tetapi, persoalannya butuh investasi besar karena butuh banyak yang harus didistribusikan ke pasar dengan harga murah, tetapi sampai kapan?" tuturnya.

Ia mengemukakan, idealnya saat ini harga daging sapi sesuai dengan mekanisme pasar karena Bulog hanya berperan dalam kondisi darurat. "Kalau untuk waktu yang panjang tidak bisa, karena itu dibutuhkan kemandirian," jelasnya.

Dari data yang dimilikinya, selama ini daging sapi yang ada di Indonesia sebanyak 98 persen berasal dari peternak lokal sedangkan dua persen merupakan impor. Ia berharap pemerintah bisa mengoptimalkan penghasil sapi yang ada di wilayah pedesaan. Selama ini, menurut Sodiq, sudah banyak bantuan program dari pemerintah yang membantu peternak sapi di pedesaan.

"Tetapi yang jadi persoalan ada pada titik akselerasi dalam bisnisnya, persoalan harga. Karena selama ini budidayanya bagus, tetapi aspek pasar jika tidak menguntungkan peternak akan mengurangi motivasi petani," ucapnya. (mdk/hhw)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Ingat, Kuota Impor Daging Sapi Harusnya Mengacu Rekomendasi Kementerian Pertanian
Ingat, Kuota Impor Daging Sapi Harusnya Mengacu Rekomendasi Kementerian Pertanian

Dalam tugasnya Kemendag akan mengeluarkan persetujuan impor. Kemudian, Bapanas bertugas untuk memberikan penugasan impor tersebut.

Baca Selengkapnya
Siap-Siap, Daging Sapi Bakal Langka dan Makin Mahal Saat Ramadan hingga Lebaran
Siap-Siap, Daging Sapi Bakal Langka dan Makin Mahal Saat Ramadan hingga Lebaran

Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) menyebut stok daging sapi terancam langka saat bulan Ramadan.

Baca Selengkapnya
Indonesia Bakal Impor 2.350 Ekor Sapi Asal Australia
Indonesia Bakal Impor 2.350 Ekor Sapi Asal Australia

Daging sapi di pasaran langka hingga sebabkan kenaikan harga, hal ini jadi biang keladinya.

Baca Selengkapnya
Ternyata, Ini Penyebab Peternak Sapi Buang Susu
Ternyata, Ini Penyebab Peternak Sapi Buang Susu

Kondisi ini diperparah dengan para pelaku industri pengolahan susu (IPS) yang mengimpor bukan dalam bentuk susu segar.

Baca Selengkapnya
Tak Punya Lahan Sawah, Kebutuhan Beras Jakarta Dipasok dari Mana?
Tak Punya Lahan Sawah, Kebutuhan Beras Jakarta Dipasok dari Mana?

Sebanyak 98 persen pasokan makanan di DKI Jakarta berasal dari luar wilayah,

Baca Selengkapnya
Aksi Peternak Sapi Perah di Boyolali Buang dan Mandi 50 Ton Susu, Protes Produk Sulit Dijual
Aksi Peternak Sapi Perah di Boyolali Buang dan Mandi 50 Ton Susu, Protes Produk Sulit Dijual

Peternak sapi perah di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah nekat membuang susu hasil panennya, Sabtu (9/11).

Baca Selengkapnya
Sebelum Buka Keran Impor, Pemerintah Diingatkan untuk Utamakan Sapi Lokal
Sebelum Buka Keran Impor, Pemerintah Diingatkan untuk Utamakan Sapi Lokal

Timing dari impor tersebut juga harus dipikirkan Kementerian Perdagangan RI.

Baca Selengkapnya
Wamentan Minta Susu Tidak Dimasukkan dalam Program Makan Bergizi Gratis Jika Masih Impor
Wamentan Minta Susu Tidak Dimasukkan dalam Program Makan Bergizi Gratis Jika Masih Impor

Sudaryono menekankan pentingnya mempertimbangkan aspek gizi dan ekonomi dalam negeri.

Baca Selengkapnya
Konsumsi Daging Sapi Melonjak 5 Kali Lipat saat Ramadan, Impor Jadi Solusi
Konsumsi Daging Sapi Melonjak 5 Kali Lipat saat Ramadan, Impor Jadi Solusi

Oleh karena itu, ID Food selalu melakukan impor daging guna mengatasi tingginya tingkat konsumsi pada periode tersebut.

Baca Selengkapnya
Miris, Sulawesi Selatan Jadi Wilayah Lumbung Padi Tapi Pakai Beras Impor
Miris, Sulawesi Selatan Jadi Wilayah Lumbung Padi Tapi Pakai Beras Impor

Produksi beras menurun akibat fenomena el nino, sehingga dibutuhkan beras impor.

Baca Selengkapnya
Zulhas 'Warning' Mendag Pakai Susu Dalam Negeri atau Kuota Impor Dibatasi
Zulhas 'Warning' Mendag Pakai Susu Dalam Negeri atau Kuota Impor Dibatasi

Ancaman itu disampaikan Zulhas usai ribuan peternak sapi perah di Boyolali, Jawa Tengah dan beberapa daerah lainnya membuang susu hasil perahan.

Baca Selengkapnya
Stok Beras SPHP di Alfamart Langka, Begini Penjelasan Dirut Bulog
Stok Beras SPHP di Alfamart Langka, Begini Penjelasan Dirut Bulog

Harga beras SPHP produksi Bulog tidak diperjualbelikan secara bebas oleh retail modern.

Baca Selengkapnya