Akibat terpapar asap, anak-anak di Pekanbaru mulai stres
Merdeka.com - Para orangtua di Kota Pekanbaru dan sekitarnya kini cemas. Sebab, anak-anak mereka mulai stres akibat terpapar asap melanda daerah itu, sejak tiga bulan terakhir.
Seorang warga Kelurahan Kampung Tengah, Kecamatan Sukajadi, Pekanbaru, Jasmaniar (45) mengatakan, dampak asap berimbas menjadi beban mental kepada anaknya, Keysa (10). Keysa saat ini duduk di kelas V sekolah dasar.
"Kondisi darurat asap yang kian bertambah pekat ini, telah menimbulkan stres dan kecemasan pada anak saya, yang ditunjukkannya dalam bentuk kegelisahan, mengeluh sakit di dada, mimpi buruk, mengigau, demam tinggi," kata Jasmaniar, seperti dilansir dari Antara, rabu (21/10).
-
Apa dampak asap rokok ke anak? Anak-anak yang terpapar asap rokok berisiko tinggi mengalami infeksi pernapasan, seperti bronkitis dan pneumonia.
-
Apa yang menyebabkan anak merasa gagal? Hal ini sering kali menutupi kegembiraan dalam belajar dan menumbuhkan ketakutan terhadap kesalahan. Alih-alih melihat kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar, anak-anak kerap merasa gagal ketika tidak memenuhi ekspektasi.
-
Apa dampak polusi udara bagi kesehatan anak? Dampak polusi udara bagi kesehatan anak yang pertama adalah terkena penyakit saluran pernapasan.
-
Kenapa anak stres karena pelajaran? Anak-anak sering kali menghadapi rutinitas sekolah yang padat, termasuk tuntutan nilai akademis yang tinggi. Hal ini dapat menyebabkan stres karena mereka harus menyeimbangkan kegiatan sekolah dengan kegiatan lain seperti les privat, kegiatan ekstrakurikuler, dan tugas rumah yang banyak.
-
Kenapa anak rentan terkena bahaya asap rokok? Bagi anak-anak dan individu dengan masalah pernapasan, paparan terhadap asap rokok yang menempel pada pakaian bisa menjadi risiko kesehatan yang serius.
-
Kenapa asap rokok bahaya untuk anak? Anak-anak yang terpapar asap rokok, entah aktif atau pasif, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami ISPA. Asap rokok mengandung zat-zat berbahaya yang dapat merusak saluran pernapasan dan melemahkan sistem kekebalan tubuh anak.
Padahal, lanjut Jasmaniar, pada Oktober ini anak-anak sedang menghadapi ujian tengah semester (UTS). Setelah pulang sekolah, mereka justru mengeluh UTS tidak bisa dikerjakan dengan baik.
"Bagaimana aku bisa lulus UTS mama, kepalaku pusing, perut mual-mual mau muntah rasanya. Membaca soal itu saja aku tidak bersemangat," kata Jasmaniar menirukan Keysa.
Senada dengan Jasmaniar, Hafifah (38) mengatakan, anaknya sering berperilaku sulit atau tidak kooperatif, ketakutan, dan lainnya sebagai dampak dari resiko terpapar asap.
Seharusnya, lanjut Jasmaniar, semua pihak sadar bencana asap telah menimbulkan banyak kerugian, sehingga pembakaran lahan dan hutan tidak lagi dilakukan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Riau, Andra Sjafril mengatakan, orangtua atau pengasuh sedapat mungkin harus mempertahankan rutinitas keluarga biasa dilakukan.
"Orangtua agar dapat lebih memberikan perhatian, membantu ekspresi anak misalnya melalui kegiatan musik, seni, membuat buku harian, memberikan pelukan, serta lebih sabar dalam menghadapi tingkah laku anak yang tidak biasa seperti ini, akibat terpapar asap itu," kata Andra.
Andra mengatakan, asap terdiri atas organik partikel yang sangat kecil, droplet cairan, dan gas seperti karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), dan bahan organik volatil lain, seperti formal dehida dan akrolein. Namun kandungan sebenarnya adalah bahan yang terbakar.
Pengaruh asap terhadap kesehatan anak, lanjut Andra, paling umum yaitu iritasi mata dan saluran pernapasan, penurunan fungsi paru, dan perburukan penyakit paru dan jantung yang sudah ada sebelumnya (seperti asma). Inflamasi (pembengkakan) paru dan pengaruh pada jantung dan pembuluh darah karena menghirup asap dapat menyebabkan sesak napas, napas cepat, wheezing, batuk, rasa panas atau terbakar pada saluran nafas dan mata, nyeri dada, pusing atau berkunang-kunang, dan gejala lainnya.
Andra pun pesimis dengan langkah mengungsikan anak-anak. Sebab menurut dia, Sumatera sudah dikepung oleh asap. Berbeda dengan banjir, warga bisa diungsikan ke tempat yang tidak terendam air.
Meski demikian, lanjut Andra, bagi anak-anak yang rentan terhadap resiko terpapar asap, terutama anak usia di bawah sepuluh tahun, ibu hamil, lansia, penderita penyakit jantung paru-paru, disarankan tidak ke luar rumah.
"Ada yang lebih memprihatinkan dengan lansia yang masih bekerja mencari nafkah di luar rumah. Lalu bagaimana bisa kita menyarankan mereka untuk tidak ke luar rumah?" ucap Andra.
Akan tetapi, guna mengurangi terpapar asap, Andra menyarankan sebaiknya tetap di dalam ruangan, dengan jendela dan pintu tertutup. "Tutup tiap ada akses ke luar ruangan, air conditioner (AC) dalam mode "re-circulate", ganti filter secara teratur," saran Andra.
"Ketika ada periode berkurangnya asap, buka ventilasi-ventilasi rumah, bersihkan rumah dari partikel debu yang sudah sempat menumpuk di dalam rumah," sambung Andra.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Siswa dipulangkan pukul 10.00 yang seharusnya pukul 12.00
Baca SelengkapnyaMasalah polusi udara semakin mengkhawatirkan. Khususnya di Jakarta. Berikut dampak polusi udara pada kesehatan anak yang perlu diwaspadai.
Baca SelengkapnyaTernyata paparan polusi udara secara terus-menerus dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental
Baca SelengkapnyaProses belajar mengajar di sekolah kembali dilaksanakan secara tatap muka setelah kondisi udara membaik.
Baca SelengkapnyaMemburuknya polusi udara yang terjadi di sejumlah kota besar bisa menjadi penghambat tumbuh kembang anak.
Baca SelengkapnyaPemerintah kota Jambi mewajibkan anak-anak menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah.
Baca SelengkapnyaDi tengah perkembangan, manusia tampaknya melupakan keberlanjutan lingkungan. Salah satu dampak bahayanya adalah polusi udara, yang kini mulai mengancam anak.
Baca SelengkapnyaAnak SD di Purwakarta memiliki kebiasaan menghirup bensin dari sejak pandemi hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaKondisi stres yang dialami oleh anak dan remaja cenderung disebabkan oleh sejumlah hal yang perlu diektahui orangtua.
Baca SelengkapnyaAnak zaman sekarang cenderung lebih mudah mengalami kecemasan dibanding di masa lalu karena sejumlah hal.
Baca SelengkapnyaAnak-anak dan lanjut usia merupakan kelompok terbanyak sebagai penderita ISPA akibat kabut asap.
Baca SelengkapnyaDengan memahami penyebab stres dan cara mengatasinya, orang tua dan pendidik dapat membantu anak-anak mereka menghadapi tantangan dengan lebih baik.
Baca Selengkapnya