Aksi Anggota Banser Riyanto 22 Tahun Lalu Tularkan Semangat Toleransi hingga Kini
Merdeka.com - Aksi heroik Riyanto akan dikenang sepanjang waktu. Anggota Banser NU itu rela menahan bom saat mengamankan malam Natal 24 Desember 2000 lalu.
Kisah Riyanto menginspirasi Fajar Hasan, koordinator lapangan (korlap) Banser yang bertugas menjaga perayaan Natal di Gereja Katedral, Jakarta Pusat. Aksi heroik Riyanto yang sudah hampir 22 tahun itu sempat terucap dari mulut pria yang sudah tak lagi muda.
"Saya kalau dari Banser dari tahun 2000 juga ikut ya, dari saya sekolah sudah masuk Banser. Pas ada bom (kejadian Riyanto) juga saya sudah ikut jaga Katedral," ucap Fajar saat ditemui ketika bertugas berjaga di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Sabtu (24/12).
-
Kapan natal diperingati? Hari Natal pada 25 Desember pertama kali diperingati pada 221 Masehi.
-
Kapan Natal dirayakan? Natal merupakan hari raya umat Kristiani yang diperingati setiap 25 Desember.
-
Bagaimana warga Blora memperingati jasa pahlawan? Dengan mendaki Bukit Pencu, warga bisa mengingat betapa berat perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan.
-
Kenapa natal diperingati? Natal, sebuah kata yang mengandung makna begitu dalam dan penuh kehangatan, tidak hanya mencerminkan momen keagamaan, tetapi juga menjadi perayaan yang merangkul kebahagiaan dan perdamaian.
-
Apa makna Natal yang dirayakan? Natal merupakan saat yang istimewa di mana kita merayakan kelahiran Yesus Kristus, yang membawa damai dan kasih sayang kepada seluruh umat manusia.
-
Kenapa Brimob dirayakan? Setiap tanggal 14 November, masyarakat Indonesia memperingati Hari Korps Brimob Polri atau HUT Brimob.
Meski terlihat sudah lama dan setiap tahun turut terlibat dalam pengamanan Ibadah Malam Natal, namun tak terlihat raut bosan di wajah Fajar yang memimpin 15 personel Banser untuk mengamankan ibadah para jemaat.
Terlihat, Fajar yang cukup sigap mengarahkan kendaraan di luar agar membantu mengurai kemacetan di sekitar pintu masuk. Dengan seragam loreng khas Banser, ia tak kalah gagah saat bersanding bersama Personel TNI dan Polri yang juga mengamankan prosesi ibadah malam Natal.
"Iya betul panggilan hati juga, karena sesuai dengan Banser yang selalu siap membantu. Ada slogannya, ada masyarakat yang kesusahan, kita siap," ucapnya.
©2022 Merdeka.com/bachtiarFajar menilai, kehadiran Banser dalam acara ibadah umat beragama, seperti Malam Natal kali ini sebagai bentuk toleransi umat. Aksi teror yang menimpa Riyanto kala itu adalah bentuk intoleran dari kaum radikal.
"Iya kalau saya pribadi, melihatnya itu sebagai bentuk toleransi. Jadi kita ikut mengamankan umat beragama juga. Kalau yang ngebom kan itu kaum radikal. Tapi memang kita sudah biasa mengamankan pengawalan kaya gini," jelasnya.
Dalam benak Fajar, aksi Riyanto saat itu telah menjadi semangat bagiannya dalam menjalankan tugas yang telah diamahkan kepada setiap personel Banser. Meski bisa berisiko nyawa taruhannya, seperti teror bom yang terjadi saat perayaan malam Natal di Gereja Eben Haezar Mojokerto, Jawa Timur.
"Kita memang instruksi dari Anshor memang dari dulu ikut. sebagai ormas yang dibentuk untuk bertoleransi," tambah dia.
Senada dengan Fajar, Arif Hariyanto yang menjaga pengamanan Ibadah Natal di Gereja GPIB Immanuel di Jalan Medan Merdeka Timur, merasa jika kehadirannya di tengah umat kristiani adalah bentuk toleransi umat beragama.
"Iya betul, kan dari NU agamanya kan tidak fanatik dengan radikalisme jadi kita ini sebagai wujud bertoleransi dengan agama lain," ucapnya.
Bersama 10 rekan lainnya, Arif merasa bersyukur bisa menjadi bagian personel Banser yang mengamankan Ibadah Malam Natal. Sebagai wujud merajut rasa toleransi umat beragama.
"Siap betul. Ikut pengamanan agar menjaga lebih aman ibadahnya. Saya sangat bersyukur bisa bergabung pengamanan ini bersama TNI dan Polri," kata dia.
Aksi Heroik Riyanto
Bom meledak pada malam Natal 24 Desember 2000 di Gereja Eben Haezer, Jalan RA Kartini, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto.
Saat kejadian, sebagian besar jemaat sudah meninggalkan gereja usai kebaktian Natal. Dalam peristiwa tersebut, satu anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kota Mojokerto, Riyanto, menjadi korban.
Riyanto kala itu tengah melaksanakan tugas organisasi untuk turut membantu aparat keamanan melakukan penjagaan malam Natal di Gereja Eben Haezer.
Riyanto menjadi korban setelah membawa lari sebuah tas yang berisikan bom. Dia membawa tas berisi bom itu untuk menjauh dari lokasi gereja. Bom meledak dan Riyanto meninggal dengan kondisi yang mengenaskan. Nama Riyanto kini dikenang sebagai nama jalan di Mojokerto.
Kehadiran Banser Disambut Jemaat
Sementara itu kehadiran Anggota Banser seperti Hajar dan Arif, ternyata sangat disambut para jemaat. Sebagaimana diakui Humas Keuskupan Agung Jakarta dan Gereja Katedral Susyana Suwadie. Peran Banser untuk mengamankan situasi di sekitar Gereja Katedral Jakarta sangat disambut baik.
"Teman-teman dari ormas itu semua juga hadir termasuk dari Banser yang mencoba untuk membantu keamanan di seputar Gereja Katedral supaya berjalan dengan lancar," ucap Susy di Gereja Katedral Jakarta.
Pihak Gereja Katedral, kata Susy, sangat berterima kasih atas dukungan para Banser yang sudah bersedia mengamankan ibadah Natal.
Tak lupa Susy juga mengucapkan terima kasih kepada pihak Masjid Istiqlal karena sudah menunjang ketersedian lahan parkir bagi para jemaah gereja.
"Kami Gereja Katedral mengucapkan terima kasih banyak atas dukungan dari teman-teman Banser dan ormas lainnya dan juga dari pihak dari jajaran petugas Polri, TNI dan Satpol PP dan tidak ketinggalan badan pengelola Masjid Istiqlal," sambungnya.
Kapolri Gandeng Banser
Sebelumnya, Polri menggandeng Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser) hingga Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) untuk membantu pengamanan ibadah Natal 2022. Tugasnya untuk mengamankan tempat ibadah selama Natal.
"Dalam pelaksanaan pengamanan tempat-tempat ibadah, kami bekerja sama dengan TNI, pemerintah daerah, dan juga organisasi masyarakat dalam hal ini dari Banser, Kokam, Ansor, dan ormas yang ada di wilayah masing-masing," kata Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo di Istana Jakarta, Senin (19/12)
Dia bilang, kerjasama Polri dengan organisasi keagamaan dalam pengamanan Natal merupakan bentuk toleransi.
"Ini menunjukkan bagian dari proses toleransi yang sangat baik yang ada di Indonesia," ujarnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada 1947, umat islam Tanah Air berperang melawan Belanda pada hari ketiga puasa.
Baca SelengkapnyaTito pernah memimpin tim Densus 88 yang salah satu anggotanya Rycko Amelza.
Baca SelengkapnyaRiski naik tiang bendera setinggi 14 meter tanpa rasa ragu.
Baca SelengkapnyaMeski angin bertiup cukup kencang pagi itu, Zani tanpa ragu merayapi tiang bendera untuk bisa sampai ke puncak.
Baca SelengkapnyaKetika melawan Belanda, Radin Intan II dikenal sebagai sosok pemimpin panglima perang di usianya yang masih 16 tahun.
Baca SelengkapnyaHari Korban 40 Ribu Jiwa kembali diperingati di Monumen Korban 40 Ribu Jiwa, Kota Makassar.
Baca SelengkapnyaRelakan motor jadi ganjal bus yang mundur untuk lindungi masyarakat, aksi polisi di Pontianak ini banjir pujian.
Baca SelengkapnyaMantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen (Purn) Boy Rafli Amar dianugerahi tanda penghormatan oleh Presiden Joko Widodo.
Baca SelengkapnyaSaid mengingat lagi pada 10 November 1945 lalu yang dikenal sebagai Pertempuran Surabaya menjadi puncak perlawanan rakyat Indonesia.
Baca SelengkapnyaSalah satu rekam jejak K.H Abbas terlihat saat melawan penjajah dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Baca SelengkapnyaHari Santri Nasional digelar untuk memperingati andil para santri dalam memperjuangkan serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaPolisi itu berhasil meraih ujung tali yang terlepas dan membawanya turun sehingga upacara akhirnya bisa dilanjutkan.
Baca Selengkapnya