Aktivis Banyumas tolak pembongkaran pabrik gula bersejarah
Merdeka.com - Aktivis lintas budaya di Banyumas Jawa Tengah menyerukan aksi menolak pembongkaran Pabrik Gula Kalibagor yang selama ini menjadi simbol industri gula di Banyumas. Pabrik yang dibangun tahun 1839 oleh pemerintah kolonial tersebut, kini dikuasai pihak swasta.
Seruan penolakan pembongkaran bangunan oleh para aktivis dan pegiat budaya dilakukan karena Pabrik Gula Kalibagor terdaftar dalam benda diduga cagar budaya oleh Badan Pelestari Cagar Budaya (BPCB). Seruan yang disampaikan aktivis dalam komunitas No Name No Flag, meminta agar pembongkaran dihentikan.
"Pembongkaran ini harus segera dihentikan, karena pabrik gula Kalibagor merupakan penanda sejarah, bahwa Banyumas saat zaman Belanda merupakan penghasil gula," kata koordinator aksi Aji Setiaji, Jumat (17/4).
-
Kapan Pabrik Gula Karangsuwung mulai beroperasi? Setelah melewati masa pembangunan kurang lebih 40 tahun, pabrik gula ini akhirnya beroperasi untuk menyuplai gula di wilayah Jawa Barat.
-
Dimana pabrik gula pertama di Tegal dibangun? Pada tahun 1832, di sebelah timur Tegal, tepatnya di Desa Pangkah, dibangunlah pabrik gula pertama di Tegal.
-
Siapa yang membangun pabrik gula pertama di Tegal? Pendirinya adalah seorang investor swasta bernama NV Kosy dan Sucier.
-
Siapa yang membangun Pabrik Gula Karangsuwung? Unit pertamanya dibangun pada 1854 di Desa Karangsembung, Kecamatan Sindang Laut, Kabupaten Cirebon oleh badan usaha Belanda, NV Maatchappij tot Expoitatie der Suiker Onderneming Karangsoewoeng.
-
Siapa yang mendirikan Pabrik Gula Tanjung Tirto? Pabrik Gula Tanjung Tirto dibangun pada tahun 1874 oleh Tuan Wolter Broose van Groneau. Dia adalah menantu dari pemilik perkebunan di daerah Kalasan dan Beran bernama Frederik Willem Wieseman.
-
Bagaimana pabrik gula di Tegal berkembang pada abad ke-19? Setelah itu muncul pabrik-pabrik gula lainnya. Pada tahun 1841-1842 muncul pabrik gula di Desa Kemanglen dan Dukuwringin. Kedua pabrik gula itu dilengkapi dengan teknologi paling canggih pada masa tersebut.
Sementara itu, pegiat Banjoemas Heritage, Jatmiko Wicaksono mengatakan tuntutan dalam aksi ini adalah meminta pihak pemilik menghentikan aktivitas pembongkaran hingga ada kejelasan dari hasil kajian BPCB.
"Seiring meluasnya polemik ini, dukungan juga semakin luas seperti dari kalangan pegiat film Purbalingga hingga Arkeolog dari UGM Yogyakarta. Dalam aksi ini, kami meminta pihak pemilik eks PG Kalibagor supaya memberhentikan aktivitas pembongkaran sampai ada kejelasan status berdasarkan hasil kajian Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah," katanya.
Pegiat dari Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga, Bowo Leksono mengaku siap mendukung aksi ini. "Kami siap mengampanyekan persoalan ini agar semua pihak sadar bahwa pabrik gula kalibagor merupakan bagian dari sejarah gula di Indonesia. Kami akan memutar film ini di masyarakat, karena kondisi serupa bisa saja terjadi di mana pun termasuk di Purbalingga," ujar Bowo.
Selain itu, mereka juga mendesak pemerintah Kabupaten Banyumas lebih proaktif mendukung seruan yang dilayangkan BPCB Jateng itu. Sebab, sejauh ini pemkab Banyumas terkesan menutup mata dengan masih berlangsungnya aktivitas pembongkaran di lokasi itu.
Dikonfirmasi terpisah, juru bicara pemilik eks pabrik gula kalibagor, I'ing mengatakan pihaknya masih melakukan penelusuran dan pengumpulan data terkait dimasukkannya bangunan eks PG Kalibagor ke dalam daftar benda diduga cagar budaya di Banyumas.
Sebab, pihaknya menilai sejauh ini belum ada sosialisasi apapun terkait status eks PG Kalibagor. "Pada saatnya nanti kita akan ekspose. Saat ini kami masih fokus mengumpulkan data, kok tiba-tiba masuk dalam daftar benda diduga cagar budaya," katanya.
Pabrik Gula Kalibagor didirikan pada masa awal Tanam Paksa antara tahun 1830-1870 dan termasuk pabrik gula tertua di Pulau Jawa. Pabrik Gula Kalibagor didirikan oleh seorang pemodal Belanda turunan Inggris Sir Edward Cooke Junior.
Perkembangan industri gula memuncak saat terjadi revolusi industri yang mengubah tenaga manusia menjadi mesin. Saat itulah, pabrik gula mulai bermunculan di beberapa wilayah, terutama di Banyumas. Menurut Pengamat Sejarah Ekonomi Banyumas, Sugeng Wiyono, Banyumas pernah menyumbang hingga seperlima pemasukan Hindia Belanda dari hasil industri di masa kolonial.
Bahkan berkat perkembangan industri gula di kawasan eks Karesidenan Banyumas, pemerintah kolonial pernah mendirikan sekolah bisnis internasional di dekat Pabrik Gula Klampok Banjarnegara. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pabrik Gula Karangsuwung jadi salah satu pabrik tertua di Indonesia
Baca SelengkapnyaPG Tasikmadu adalah salah satu sisa-sisa kejayaan industri gula di Jawa. Tak hanya sebagai pabrik, kini tempat itu dijadikan sebagai destinasi wisata.
Baca SelengkapnyaPada tahun 1908 pabrik gula ini melakukan transisi teknologi pengangkutan gula dari kereta sapi menjadi kereta lori.
Baca SelengkapnyaPerkembangan industri di Tegal tak terlepas dari keberadaan pabrik-pabrik gula di sana.
Baca SelengkapnyaPabrik Gula Ceper sudah memulai aktivitas produksi pada awal abad ke-19.
Baca SelengkapnyaPabrik gula Madukismo adalah pabrik yang sudah berdiri puluhan tahun, sempat mengalami kerugian besar dan dibangkitkan kembali oleh Soeharto.
Baca SelengkapnyaDibangun pada awal abad ke-20 kini kondisinya sudah tidak beroperasi dan terbengkalai.
Baca SelengkapnyaPerkebunan Bunisari Lendra dulunya merupakan salah satu perkebunan kakao terbaik di Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaBeberapa peninggalan pabrik gula itu masih dapat dijumpai
Baca SelengkapnyaPembuatan gula Jawa itu dilakukan secara tradisional dan menggunakan batok kelapa sebagai cetakannya.
Baca SelengkapnyaPabrik belerang Wanaraja jadi salah satu lokasi bersejarah yang menarik di Kabupaten Garut.
Baca SelengkapnyaBagi masyarakat Trenggalek, bulan Agustus tidak hanya spesial karena merupakan HUT RI, tetapi juga Hari Jadi Kabupaten Trenggalek.
Baca Selengkapnya