Alasan Menkes Tambah 3 Jenis Vaksin dalam Program Imunisasi Rutin Lengkap
Merdeka.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap alasan menambah tiga jenis vaksin dalam program imunisasi rutin lengkap, yaitu pneumococcal conjugate caccine (PCV), rotavirus, dan human papillomavirus (HPV).
Vaksin HPV untuk mencegah risiko kanker serviks, PVC guna melindungi tubuh dari infeksi bakteri pneumokokus, sedangkan rotavirus untuk mencegah muntaber atau gastroenteritis. Menurut Budi, penambahan tiga vaksin itu untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak.
Budi menyebut, sebelum dirinya menjabat sebagai Menteri Kesehatan, program imunisasi rutin lengkap hanya diisi 11 jenis vaksin. Padahal, masalah kematian ibu dan anak di Indonesia masih besar.
-
Apa itu vaksin HPV? Vaksin HPV merupakan vaksin untuk mencegah infeksi human papillomavirus (HPV). HPV adalah virus yang dapat menyebabkan kutil kelamin dan berbagai jenis kanker di organ kelamin dan reproduksi, seperti kanker serviks, kanker penis, kanker anus, dan kanker tenggorokan.
-
Mengapa vaksin HPV penting? Dengan mendapatkan vaksin HPV, individu dapat mengurangi risiko terkena kanker yang disebabkan oleh HPV.Selain itu, juga turut serta melindungi organ tubuh mereka dari infeksi virus tersebut.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
-
Kenapa vaksin HPV penting? Seringkali, tubuh dapat menemukan dan membersihkan HPV. Namun jika virus tersebut bertahan lama di dalam tubuh, maka dapat menyebabkan kanker. Oleh karena itu, penting untuk melakukan vaksinasi untuk melawan HPV guna membantu mencegah kanker.
-
Bagaimana cara pemberian vaksin HPV? Untuk jenis vaksin tetravalen, dosis pertama diberikan pada bulan pertama Dosis kedua pada bulan kedua, dan yang ketiga pada bulan keenam setelah dosis pertama. Sedangkan untuk vaksin bivalen, dosis pertama yang dianjurkan pada bulan pertama.Kemudian yang kedua pada bulan keenam setelah dosis pertama.
Kematian ibu paling banyak disebabkan kanker serviks dan payudara. Sementara kematian anak terbanyak diakibatkan infeksi diare dan pneumonia.
"Kita cek ada vaksinnya untuk ibu itu vaksin kanker serviks, (vaksin) yang untuk kanker payudara belum ada. Selanjutnya untuk mencegah pneumonia pada anak dengan menggunakan vaksin PCV dan diare ada vaksin rotavirus," katanya dikutip dari siaran pers, Minggu (24/4).
Diperluas ke Seluruh Indonesia
Vaksinasi HPV sudah dilakukan cukup lama, namun hanya di sejumlah kabupaten dan kota, seperti DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Manado dan Kota Makassar. Kini, vaksinasi HPV akan diperluas ke seluruh Indonesia.
"Kita ingin agar ini (vaksinasi HPV) cepat-cepat bisa diluncurkan secara nasional untuk bisa menurunkan kematian ibu yang disebabkan oleh serviks cancer, karena kanker makin lama makin naik kematiannya di Indonesia," ucapnya.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu menambahkan, introduksi vaksinasi HPV yang telah dilakukan di beberapa kabupaten dan kota telah berhasil mengurangi kasus kanker serviks.
"Makanya kami perluas tahun ini arahan pak menteri untuk menambah di 8 provinsi. Jadi 4 provinsi di Jawa dan Bali, dan 3 provinsi di Sulawesi (Provinsi DKI Jakarta, D.I Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Bali) yang ditargetkan selesai tahun 2022," tutur Maxi.
Imunisasi Rutin
Imunisasi rutin merupakan program pemerintah bagi masyarakat. Imunisasi ini bersifat gratis. Sebelum Kementerian Kesehatan menambah tiga vaksin, program imunisasi rutin hanya menggunakan 11 jenis vaksin.
Berikut rinciannya:
1. Imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 0-11 bulan
1 Bulan : BCG Polio 1, mencegah penularan tuberculosis dan polio2 Bulan : DPT-HB-Hib 1 Polio 2, mencegah polio, difteri, batuk rejan, retanus, hepatitis B, meningitis, & pneumonia3 Bulan : DPT-HB-Hib 2 Polio 34 Bulan : DPT-HB-Hib 3 Polio 49 Bulan : Campak, mencegah campak
2. Imunisasi lanjutan bayi usia 18-24 bulan
Imunisasi DPT-HB-Hib 1 dosis, berfungsi untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia, dan meningitis
Imunisasi campak rubella 1 dosis
3. Imunisasi lanjutan anak sekolah dasar pada program tahunan Bulan Imunisasi Nasional
Imunisasi campak rubella dan DT pada anak kelas 1Imunisasi tethanus diphteria td pada anak kelas 2 dan kelas 5. (mdk/yan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Total jenis vaksin yang diberikan pada anak saat ini adalah 14.
Baca SelengkapnyaCakupan imunisasi PCV pada bayi tahun 2023, yakni sebanyak 139.887 atau 84,48 persen.
Baca SelengkapnyaPemkot Tasikmalaya memulai program vaksinasi rotavirus (RV) dan human papillomavirus (HPV) pada Rabu (9/8).
Baca SelengkapnyaProduksi vaksin dalam negeri dianggap akan mampu mendorong ketahanan kesehatan nasional.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaPenjelasan mengenai manfaat dan efek samping dan efek samping vaksin HPV.
Baca SelengkapnyaMenteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin menyebut, pihaknya telah mendatangkan 1.000 dosis vaksin Mpox.
Baca SelengkapnyaVaksin HPV diberikan untuk melindungi diri dari inveksi HPV yang merupakan penyebab kanker serviks.
Baca SelengkapnyaRencana pemberian booster ketiga ini buntut kembali meningkatnya kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaDari semua perang yang dihadapi manusia, melawan patogen mencatatkan kematian yang paling banyak.
Baca SelengkapnyaVaksin booster masih gratis dan dapat ditemukan di puskesmas atau faskes terdekat.
Baca SelengkapnyaVaksin Polio Bisa Bikin Cacat Mitos atau Fakta? Begini Penjelasan Pakar
Baca Selengkapnya