Ali Fauzi bersumpah aksi teror di Surabaya bukan rekayasa & pengalihan isu
Merdeka.com - Dalam sepekan terakhir, aksi teror terjadi di Surabaya dan Pekanbaru. Pada akhir pekan, Minggu (13/5), aksi bom bunuh diri terjadi di tiga gereja di Surabaya dan menewaskan 14 orang. Kemudian menyusul pada Senin (14/5), aksi bom bunuh diri kembali terjadi di Mapolrestabes Surabaya.
Pada Rabu (16/5), Mapolda Riau di Pekanbaru diserang sekelompok teroris. Aksi yang terjadi ini disebut berkaitan dengan kerusuhan narapidana teroris di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok pekan lalu.
Menanggapi serangkaian aksi teror ini, beragam tanggapan muncul di tengah masyarakat. Masyarakat ramai mengutuk aksi tersebut dan berempati kepada para korban. Namun tak sedikit pula yang menganggap serangkaian teror ini merupakan rekayasa, pengalihan isu, operasi intelijen, dan lainnya.
-
Kapan tepatnya peristiwa di Surabaya? 10 November tahun 1945 silam, sebuah peristiwa penting terjadi di tanah Surabaya.
-
Siapa pelakunya? Orang ke-3 : 'Seperti biasa saya menjemput anak saya pulang sekolah sekitar jam tersebut'Karena 22 jam sebelum 5 April 2010 adalah jam 1 siang 4 april 2010 (hari minggu)
-
Apa yang dilakukan pelaku? Mereka juga meminta Y agar menyerahkan diri agar dapat diperiksa. 'Saya imbau kepada yang diduga pelaku berinisial Y yang sesuai dengan video yang beredar agar menyerahkan diri,' kata Rahman saat dikonfirmasi, Minggu (28/4).
-
Apa tujuan serangan? Setelah pelaku kejahatan mengubah ID Apple dan kata sandi Anda, mereka dapat mengunci Anda dari iPhone, membuka aplikasi perbankan dan keuangan, mengubah kata sandi, dan menguras aset Anda dalam sekejap mata.
-
Apa tujuan Serangan Umum Surakarta? Momen ini mempersatukan rakyat untuk bersama-sama mempertahankan Kota Solo dengan berbagai senjata.
Pola pikir demikian menjadi salah satu kendala memberantas terorisme. Sebagaimana disampaikan pendiri Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP), Ali Fauzi Manzi. Ali Fauzi sempat terlibat dalam teror bom Bali. Dia adalah adik Amrozi dan merupakan mantan anggota Jamaah Islamiah (JI).
Ali menegaskan peristiwa teror yang terjadi dalam beberapa hari terakhir bukanlah operasi intelijen atau rekayasa. Tapi aksi ini benar dilakukan orang-orang yang ingin membuat Indonesia gaduh.
"Demi Allah, saya bisa bersumpah itu bukan rekayasa polisi, bukan pengalihan isu, bukan operasi intelijen dan ini kelakuan orang-orang yang tidak suka NKRI, kelakuan orang-orang yang ingin kita gaduh, dan kelakuan orang-orang yang ingin negara kita cerai berai," jelasnya dalam diskusi "Memutus Mata Rantai Terorisme; Mungkinkah?" di Gedung LIPI, Jakarta Selatan, Kamis (17/5).
Dia mengatakan masyarakat harus diberikan pemahaman bahwa aksi ini bukanlah rekayasa. Hal ini bagi Ali merupakan tantangan besar yang harus dilakukan bersama-sama. Seharusnya perspektif atau pola pikir masyarakat atas kejahatan luar biasa (extraordinary crime) terorisme sama atau seragam.
"Tantangan terbesar penanganan terorisme ialah adanya perspektif beragam dari masyarakat Indonesia. Masih ada yang mengatakan ini pengalihan isu, rekayasa, konspirasi, dan lain sebagainya," jelasnya.
"Mindset terhadap extraordinary crime terorisme ini menyedihkan. Bahkan para profesor, doktor, ada yang masih terkungkung pola pikir mereka bahwa apa yang terjadi di Indonesia adalah rekayasa, ada kepentingan politik dan lain-lain," sambungnya.
Perbedaan perspektif ini juga menjadi penghalang program deradikalisasi terhadap para napi teroris. Deradikalisasi berfungsi mengubah pola pikir radikal menjadi lebih moderat. Akar masalah terorisme tidak tunggal dan saling berkaitan dan penanganannya tak boleh tunggal dilihat dari faktor ideologi dan ekonomi. Tapi melibatkan faktor-faktor lain.
Deradikalisasi penting dilakukan bukan hanya kepada warga yang terpapar paham radikalisme dan mantan napi teroris, tapi juga orang-orang yang sudah terpapar paham radikalisme maupun ekstremisme.
"Bagi yang belum terpapar harus diberi pengetahuan bahwa terorisme itu berbahaya, bahwa terorisme ada. Bagi yang sudah (terpapar), tentu harus ada produk-produk dari pemerintah yang berbasis afirmasi diri. Mengubah mindset mereka, mengubah ideologi mereka dan yang terpenting bagaimana bisa menciptakan orang-orang ini yang dulu benci dengan polisi jadi cinta. Yang dulu menganggap polisi lawan, sekarang kawan," paparnya.
Ali Fauzi juga meminta kepada masyarakat di luar Islam agar jangan menggeneralisir semua muslim memiliki pemahaman agama yang sama dengan para teroris.
"Islam adalah agama toleran. Kelompok-kelompok toleran jauh lebih banyak dari kelompok-kelompok teroris. Terpenting ke depan bagaimana memahamkan masyarakat banyak bahwa aksi-aksi teroris bukan buatan polisi," jelasnya.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beredar yang mengklaim Indonesia bergabung dengan Rusia untuk menyerang Israel, simak penelusurannya
Baca SelengkapnyaAjakan ke Suriah sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab
Baca SelengkapnyaAiman mengaku bukan polisi tidak netral dalam Pemilu, melainkan oknum
Baca Selengkapnya"Trail by the press dari orangnya bukan medianya. Orang ini ngomong, inisialnya G,” ujar Suharyono
Baca SelengkapnyaKepala BNPT ungkap terjadi perubahan tren pola serangan terorisme di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSekalipun dua terduga teroris yang ditangkap berafiliasi jaringan Daulah Islamiyah atau ISIS, dipastikan tidak berkaitan dengan event atau kegiatan nasional.
Baca SelengkapnyaBeredar video dengan klaim Jokowi dipolisikan Anies Baswedan dan Ketum Partai NasDem Surya Paloh
Baca SelengkapnyaMeski sempat diamankan, Kapolda pastikan belasa remaja itu tidak mengalami luka serius.
Baca SelengkapnyaKericuhan pada Senin (16/8) malam dipicu penolakan laporan soal dugaan pemalsuan dokumen yang disampaikan warga Dago Elos ke Mapolrestabes Bandung.
Baca SelengkapnyaDirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi mengklaim tiga anggota Polri tersebut tidak berkaitan dengan teroris DE.
Baca SelengkapnyaSalah satu laporan dibuat oleh Aliansi Masyarakat Sipil Untuk Demokrasi.
Baca SelengkapnyaDensus 88 pastikan dua tersangka terduga teroris di Jakbar tidak ada kaitannya dengan teroris HOK yang ditangkap di Batu, Malang
Baca Selengkapnya