Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

AMSI Sebut Algoritma Mesin Pencarian Mengganggu Kualitas Berita

AMSI Sebut Algoritma Mesin Pencarian Mengganggu Kualitas Berita Ketua AMSI Wenseslaus Manggut. ©2019 Liputan6.com/Putu Merta Surya Putra

Merdeka.com - Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Wenseslaus Manggut menilai, algoritma pada mesin pencarian di internet begitu mengganggu kualitas berita. Pasalnya konten berita yang ditulis oleh seorang wartawan supaya dapat mudah ditemukan pembaca harus mengikuti pakem-pakem algoritma yang telah ditentukan.

"Yang kita bayangkan orang datang ke Google, bawa dengan keyword, Google bilang supaya berita anda itu ada di halaman pertama atau paling atas, itu keyword yang dicari itu harus ada di judul. Supaya berita itu ada di atau halaman pertama, keyword itu sesering mungkin muncul di body tulisan anda. Lebih bagus kalau keyword itu nongol dua kali di judulnya. Kan kacau sekali judul berita kalau mengikuti semua syarat dari si algoritma itu. Algoritma ini jelas mengganggu kualitas berita," kata pria yang akrab disapa Wens itu dalam acara Konferensi Nasional Komunikasi Humanis, Kamis (19/11).

Menurutnya, hal ini akhirnya memaksa para wartawan untuk belajar search engine optimizer atau SEO. Di mana sebagai rumusan-rumusan dalam menulis agar dapat ditemukan pembaca di mesin pencarian.

"Sekarang juga wartawan harus belajar soal itu, SEO itu. Tidak cukup hanya belajar menulis, dia harus belajar SEO, dia harus belajar cara pikirnya Google, dan juga harus belajar cara pikirnya Facebook, kalau tidak gak akan ketemu dengan pembaca tulisan dia," ujarnya.

Algoritma dalam Facebook yang menitikberatkan pada 'engagement' misalnya seperti comment, share dan juga like, juga berpotensi mengamplifikasi ujaran kebencian ataupun hoaks.

"Bayangin aja, kalau hate speech, kalau hoax itu tinggi engagement-nya, maka daya sebenarnya akan semakin cepat menggunakan rumusan algoritma seperti ini," jelas Wens.

Jika mekanisme ini dilanggengkan, menurut Wens, lama-kelamaan akan mempengaruhi sikap wartawan dalam menulis konten berita. Imbasnya mereka akan tergoda membuat berita dengan kualitas rendah asalkan dapat meraup banyak pembaca.

"Eh agar berita itu viral, gini loh caranya. Engagement-nya harus diperhatikan. Mereka tergoda untuk bikin click bait, mereka tergoda untuk bikin berita menimbulkan polemik dan mengorbankan kualitas, karena ada algoritma engagement ini salah satunya," paparnya.

Muaranya, lanjut Wens, jurnalis akan disetir oleh publik, bukan malah yang seharusnya yakni jurnalisme yang dikontrol oleh standar jurnalisme yang berlaku. Dan media akhirnya menulis apa yang disukai publik ketimbang apa yang seharusnya.

"Pada akhirnya justru media atau jurnalisme disetir oleh publik, bukan disetir oleh rumusan jurnalisme. Yang makin disukai diklik banyak orang, dikonter banyak orang, makin tinggi di-share itu yang diproduksi oleh media," tutup Wens.

Reporter: Yopi MakdoriSumber: Liputan6.com

(mdk/fik)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Desak Presiden Segera Sahkan Publisher Right, AMSI: Sebelum Kehilangan Relevansi Ekosistem
Desak Presiden Segera Sahkan Publisher Right, AMSI: Sebelum Kehilangan Relevansi Ekosistem

AI merupakan pembunuh publisher right. Dengan adanya AI, poin utama dan isu terkait publisher right ini bisa berubah.

Baca Selengkapnya
Pakar Siber AS Ungkap Bahaya AI, Warga Bisa Ditelepon dengan Suara Presiden
Pakar Siber AS Ungkap Bahaya AI, Warga Bisa Ditelepon dengan Suara Presiden

Pakar Siber AS Ungkap Bahaya AI, Warga Bisa Ditelepon dengan Suara Presiden

Baca Selengkapnya
Google Mulai Merayu Perusahaan Pers Gunakan AI
Google Mulai Merayu Perusahaan Pers Gunakan AI

Alat tersebut diharapakan dapat membantu jurnalis dalam menyusun berita.

Baca Selengkapnya
Bertemu Dewan Pers, AMSI Pertanyakan Perkembangan Regulasi 'Publisher Rights' di Indonesia
Bertemu Dewan Pers, AMSI Pertanyakan Perkembangan Regulasi 'Publisher Rights' di Indonesia

Tanpa adanya regulasi yang jelas, media siber cenderung tidak mendapatkan insentif dari berita atau konten yang diambil oleh platform digital.

Baca Selengkapnya
Hasil Survei LG soal Media Sosial: Algoritma Sering Bawa Netizen ke Percakapan Negatif
Hasil Survei LG soal Media Sosial: Algoritma Sering Bawa Netizen ke Percakapan Negatif

LG Electronics melakukan survei tentang media sosial dan algoritma.

Baca Selengkapnya
PBNU Ingatkan Masyarakat Waspadai Kelompok Teror Lakukan Propaganda Gunakan AI
PBNU Ingatkan Masyarakat Waspadai Kelompok Teror Lakukan Propaganda Gunakan AI

Menyiapkan diri, bangsa, dan negara memanfaatkan AI dan menanggulangi dampak buruknya bukan lagi suatu pilihan, namun menjadi keharusan.

Baca Selengkapnya
'Mbah' Google Mulai Tak Laku, 40 Persen GenZ Pilih Platform Ini untuk Pencarian
'Mbah' Google Mulai Tak Laku, 40 Persen GenZ Pilih Platform Ini untuk Pencarian

Google menjadi pilihan masyarakat untuk melakukan pencarian. Tetapi, peminat Google belakangan ini mengalami tanda-tanda penurunan.

Baca Selengkapnya
AMSI, AJI, IJTI & IDA Minta Presiden Cari Jalan Terbaik untuk Perpres Publishers Rights
AMSI, AJI, IJTI & IDA Minta Presiden Cari Jalan Terbaik untuk Perpres Publishers Rights

AMSI dan AJI merupakan dua organisasi dari Indonesia yang terlibat dalam perumusan prinsip global tersebut.

Baca Selengkapnya
Jumlah Situs Berita Hoaks di AS Lebih Banyak Dari Surat Kabar Resmi, Ini Perbandingan Jumlahnya
Jumlah Situs Berita Hoaks di AS Lebih Banyak Dari Surat Kabar Resmi, Ini Perbandingan Jumlahnya

Jumlah Situs Berita Hoaks di AS Lebih Banyak Dari Surat Kabar Resmi, Ini Perbandingan Jumlahnya

Baca Selengkapnya
Jokowi: Berita yang Baik Bukan Asal Viral dan Sensasional
Jokowi: Berita yang Baik Bukan Asal Viral dan Sensasional

Jokowi meminta kode etik jurnalistik terus dipegang teguh.

Baca Selengkapnya
Laporan Reuters: 4 Dari 10 Orang di Dunia Tidak Mau Lagi Baca Berita, Mereka Lebih Memilih Konten Ini
Laporan Reuters: 4 Dari 10 Orang di Dunia Tidak Mau Lagi Baca Berita, Mereka Lebih Memilih Konten Ini

Survei: 4 Dari 10 Orang di Dunia Tidak Mau Lagi Baca Berita, Mereka Lebih Memilih Konten Ini

Baca Selengkapnya