Anaknya Tewas Diduga Akibat Kekerasan di Ponpes Gontor, Ibu Ini Mengadu ke Hotman
Merdeka.com - Seorang wanita berinisial SM, meminta keadilan atas tewasnya anaknya, AM (17), yang diduga korban tindak kekerasan di Pondok Modern Darussalam Gontor 1 Pusat, Ponorogo, Jawa Timur. Dia meminta polisi mengusut tuntas kasus tersebut.
Hal itu disampaikan SM saat bertemu dengan pengacara kondang, Hotman Paris di Palembang. Dia tidak terima anaknya tewas dengan mengenaskan yang diduga korban penganiayaan.
Dalam surat terbuka yang diterima merdeka.com, SM mengaku sangat kaget mendengar kabar dari pesantren bahwa anaknya meninggal dunia di pesantren, Senin (22/8) pukul 10.20 WIB. Dia tak percaya kabar itu karena anaknya tidak ada kabar sakit atau apapun.
-
Apa yang diminta polisi ke korban? Setelah itu, ia melaporkan peristiwa tersebut ke polsek terdekat. Beberapa hari kemudian, ia iseng melihat forum jual beli di media sosial Facebook. Tanpa sengaja, ia menemukan ada akun yang menjual motornya. Keesokan harinya, ia melaporkan hal itu ke Polsek. Namun, seusai membuat laporan, ia dimintai uang oleh anggota kepolisian untuk beli bensin dan makan.
-
Kenapa anak korban merasa sedih? 'Ma? Cepet banget perginya? Yeyen Nakal ya? Yeyen minta maaf ya ma sudah jadi anak yang kurang baik. Mama enggak perlu mikirin Yen lagi ya, di sini Yen baik. Mama baik di sana ya, Yen sayang banget sama mama,' tutur dia.
-
Kenapa keluarga korban minta pelaku dipenjara? 'Kalau misal ada undang-undangnya saya minta untuk dipenjarakan saja. Biar ada efek jera. Karena itu anak telah melakukan kejadian yang sangat brutal,'
-
Siapa yang dituduh melakukan kekerasan? Menurut Vanessa, Yudha Arfandi lah yang melakukan tindakan kekerasan terhadap Tamara Tyasmara.
-
Siapa yang diduga melakukan penganiayaan? Leon Dozan diduga melakukan penganiayaan terhadap Rinoa Aurora Senduk setelah foto dan video dalam tangkapan layar obrolan di Whatsapp terbongkar.
-
Siapa pelakunya? Orang ke-3 : 'Seperti biasa saya menjemput anak saya pulang sekolah sekitar jam tersebut'Karena 22 jam sebelum 5 April 2010 adalah jam 1 siang 4 april 2010 (hari minggu)
"Karena mendengar berita itu kami sock dan tidak bisa berpikir apa-apa, yang kami harap adalah kedatangan ananda ke Palembang meskipun hanya tinggal mayat," ungkap SM, Senin (5/9).
Kecurigaan muncul begitu mendapatkan surat keterangan yang menyebutkan anaknya meninggal dunia pukul 06.45 WIB. SM curiga terjadi apa-apa karena rentang waktu meninggal dan kabar ke keluarga cukup lama."Ada apa ini? Rentang waktu itu menjadi pertanyaan keluarga kami," ujarnya.
Selasa (23/8) siang, jenazah tiba di Palembang yang diantar seorang perwakilan dari Gontor. Di hadapan pelayat, keluarga menyebut korban meninggal usai terjatuh akibat kelelahan mengikuti Perkemahan Kamis-Jumat (Perkajum), seperti yang diceritakan para wali santri yang lain.
Hingga akhirnya keluarga meminta kain kafan yang menutup jenazah dibuka. Keluarga kaget karena ditemukan beberapa luka lebam diduga akibat kekerasan, bahkan keluarga harus mengganti dua kali kain kafan karena banyaknya darah yang terus mengalir dari jenazah.
"Sungguh sebagai ibu saya tidak kuat melihat kondisi mayat anak saya. Amarah tak terbendung, kenapa laporan yang disampaikan berbeda dengan kenyataan yang diterima," kata SM.
Merasa ada kejanggalan, keluarga menghubungi pihak forensik dan rumah sakit untuk melakukan autopsi. Namun setelah didesak, akhirnya perwakilan Ponpes Gontor 1 yang mengantar jenazah mengakui bahwa korban meninggal akibat terjadi kekerasan.
"Saya pun tidak bisa membendung rasa penyesalan saya telah menitipkan anak saya di sebuah pondok pesantren yang notabene nomor satu di Indonesia," kata dia.
"Setelah ada pengakuan telah terjadi tindak kekerasan di dalam pondok, saya memutuskan untuk tidak jadi melakukan autopsi agar anak saya segera bisa dikubur mengingat sudah lebih dari satu hari perjalanan dan saya tidak rela tubuh anak saya diobrak-abrik," sambungnya.
Dikatakan, keluarga sudah berusaha menutup rapat penyebab kematian putra sulungnya itu. Dia beralasan, pihak Gontor berjanji akan menyelesaikan masalah ini.
Sepekan berselang, keluarga merasa pihak pondok pesantren tidak memiliki itikad baik dalam menyelesaikan masalah tersebut meski sudah berkirim surat hingga akhirnya keluarga memutuskan membuka kasus ini.
"Intinya kami ingin pelaku dan keluarganya untuk duduk satu meja, kami ingin tahu kronologi hingga meninggalnya anak kami. Tapi sampai sekarang, belum ada kabar dari surat yang kami sampaikan ke pondok pesantren selaku keluarga korban. Saya tidak ingin perjuangan anak saya siswa Kelas 5i Gontor 1 Ponorogo sia-sia," tegasnya.
"Jangan lagi ada korban-korban kekerasan bukan hanya di Gontor tetapi di pondok lainnya hingga menyebabkan nyawa melayang, tidak sebanding dengan harapan para orangtua dan wali santri untuk menitipkan anaknya di sebuah lembaga yang dapat mendidik akhlak para generasi berikutnya," tutupnya.
Saat bertemu dengan Hotman Paris, pengacara itu diminta segera melapor ke Polda Jawa Timur untuk ditindaklanjuti. Hotman berjanji akan mengawal kasus ini hingga tuntas.
"Saya akan mendampingi ibu SM, ibunda dari AM, setelah laporan dibuat," kata Hotman.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Santri Meninggal Tak Wajar, Ayah dan Ibu di Jambi Mengadu ke Hotman Paris
Baca SelengkapnyaKasus kematian santri pondok pesantren Raudhatul Mujawwidin di Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo, Jambi, yang bernama Airul Harapan masih penuh misteri.
Baca SelengkapnyaAnggota tim Hotman 911 Thomas mengatakan tim Hotman 911 segera mendalami perkara tersebut setelah orangtua korban meminta bantuan mengawal kasus ini.
Baca SelengkapnyaKorban atas nama BM, 14 tahun, siswa kelas 8 yang beralamat di Desa Karangharjo, Kabupaten Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaBeredar informasi jika penyebab penganiayaan ini dilatarbelakangi persoalan keluarga.
Baca SelengkapnyaSantri Pondok pesantren di Dusun Mayan, Desa Kranding, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, menjadi korban dugaan penganiayaan hingga tewas.
Baca SelengkapnyaKeluarga santri BBM (14) yang tewas dianiaya di Kediri menolak berdamai atas pengajuan restoratif justice kuasa hukum keempat tersangka.
Baca SelengkapnyaMenteri Hak Asasi Manusia (MenHAM) Natalius Pigai prihatin dengan peristiwa itu.
Baca SelengkapnyaNama Harun Al Rasyid belakangan kembali mencuat saat debat perdana Capres yang digelar KPU RI, Selasa (12/12) malam.
Baca SelengkapnyaSuami tidak pernah membawa istri berobat karena hanya menganggap mengalami gangguan pikiran sesaat.
Baca SelengkapnyaUli enggan membeberkan perkembangan penyelidikan yang tengah dilakukan oleh Komnas HAM.
Baca SelengkapnyaPemuda berinisial MA diduga meninggal dunia tidak wajar akibat penganiayaan.
Baca Selengkapnya