Analisis Badan Geologi Penyebab Penurunan Tanah di Pantura Jateng
Merdeka.com - Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rita Susilawati mengatakan salah satu penyebab seluruh wilayah kabupaten dan kota di sepanjang pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah dilanda banjir rob ialah penurunan tanah. Selain karena adanya perubahan iklim.
Badan Geologi telah melakukan studi pemicu terjadinya penurunan tanah di Pantura Jawa Tengah. Hasil studi menunjukkan, penurunan muka tanah terjadi akibat konsolidasi alamiah.
"Penurunan muka tanah di Pantura Jateng lebih disebabkan karena karakteristik tanah atau batuannya (konsolidasi alamiah)," kata Rita, Selasa (31/5).
-
Apa saja dampak banjir Semarang? Banjir yang menggenangi Stasiun Semarang Tawang membuat perjalanan kereta api terganggu
-
Kapan banjir terjadi di Semarang? Ia mengatakan tiga titik tersebut tergenang air sejak Kamis dini hari.
-
Dimana banjir Semarang terjadi? Sejumlah wilayah yang terdampak banjir antara lain Jalan Kaligawe di Kelurahan Muktoharjo, Kelurahan Tambakrejo, Kelurahan Sambirejo, Kelurahan Krobokan, dan Kelurahan Kudu.
-
Bagaimana BPBD tangani banjir Semarang? Endro mengatakan, berbagai upaya sudah dilakukan BPBD seperti menyiagakan pompa portable pada titik yang dilanda banjir, melakukan penanganan sementara di titik-titik longsor, serta melakukan pembersihan lokasi pohon tumbang akibat cuaca buruk itu.
-
Kenapa Semarang banjir? Curah hujan tinggi yang mengguyur Semarang pada Rabu (13/3) hingga Kamis dini hari menyebabkan sejumlah daerah dilanda banjir dan tanah longsor.
-
Apa dampak musim kemarau di Jateng? Dampak musim kemarau juga dirasakan petani karena menyebabkan mereka mengalami gagal panen.
Rita menyebut, tanah pada 30 titik banjir rob di Pantura Jawa Tengah masuk kategori aluvial berusia muda. Artinya, tanah tersebut belum mengalami konsolidasi atau pemadatan. Selain itu, lokasi terkena banjir memiliki nilai indeks kompresibilitas yang tinggi.
"Hal ini mengandung arti, daerah yang mengalami kompresibilitas tinggi lapisan tanah akan lebih mudah mengalami pemadatan," ujar dia.
Penurunan Per Tahun
Menurut Rita, Badan Geologi telah melakukan monitoring penurunan tanah, seperti di Kota Semarang, Kabupaten Demak, dan Pekalongan. Hasil monitoring pada Maret 2020 hingga September 2021 menunjukkan, rata-rata penurunan tanah mencapai 5,6 cm per tahunnya."Ada memang beberapa wilayah kami mencermati ada yang memang 10 cm, ada yang 8,4 cm. Tapi rata-rata 5,6 cm per tahun," ucapnya.
Rita belum bisa mengaitkan penurunan tanah di Pantura Jawa Tengah dengan pengambilan air tanah. Sebab, data sementara menunjukkan dampak pengambilan air tanah di sejumlah lokasi berbeda-beda.
Dia mengambil contoh Pekalongan. Berdasarkan pengamatan pada 2010 dan 2020, pengambilan air tanah di wilayah tersebut tidak signifikan menyebabkan penurunan tanah.
"Tetapi sebaliknya di wilayah selatan, itu penurunan tanahnya rendah. Tetapi perubahan muka air tanahnya lebih besar," jelasnya.
Sementara di Semarang, pengambilan air tanah kemungkinan berpengaruh pada penurunan muka tanah. Namun demikian, menurut Rita, perlu penelitian lebih dalam untuk mengetahui dampak pengambilan air tanah terhadap penurunan muka tanah.
"Pengaruh penurunan muka tanah karena pengambilan air tanah masih membutuhkan studi komprehensif," tutup dia.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mencatat penurunan muka tanah atau land subsidence di pesisir Kota Semarang berkisar 7-13 cm per tahun.
Baca SelengkapnyaTren penurunan muka tanah di wilayah DKI Jakarta tersebut terus mengalami perbaikan dibandingkan tahun 1997 hingga 2005.
Baca SelengkapnyaPenurunan muka tanah di selatan Jakarta ini karena penggunaan air tanah.
Baca SelengkapnyaDinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah mengungkap garis pantai utara Jawa Tengah mengalami pergeseran dampak abrasi sejauh 5 kilometer dari titik awal.
Baca SelengkapnyaGempa tersebut merusak 49 rumah, sekolah, hingga masjid.
Baca SelengkapnyaDampak besar dari Karhutla pernah dialami Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2022.
Baca SelengkapnyaSetiap tahunnya, penurunan tanah mencapai 10 cm terjadi di Kendal dan Demak.
Baca SelengkapnyaBMKG mencatat selama periode tersebut lebih dari 35 kali gempa dangkal yang berpusat di daratan Sumatera Barat dengan rata-rata berkekuatan 3 magnitudo.
Baca SelengkapnyaBMKG masih belum bisa memastikan aktivitas sesar yang menyebabkan gempa di Sumedang.
Baca SelengkapnyaBMKG mewajibkan masyarakat di Kota Pekalongan dan Kabupaten Batan gunakan rumah tahan gempa
Baca SelengkapnyaUpaya penanggulangan banjir juga telah dilakukan dengan bekerja sama dengan pihak terkait.
Baca SelengkapnyaSelain ekonomi, nasib 50 juta masyarakat di kawasan pesisir juga dipertaruhkan.
Baca Selengkapnya