Anas Urbaningrum, Tan Malaka, dan merdeka 100 persen
Merdeka.com - Ada hal menarik setelah Anas Urbaningrum ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada, Jumat pekan lalu. Anas yang kini harus mendekam di balik jeruji besi dihadiahi sebuah buku Tan Malaka 'Merdeka 100 Persen' karya Robertus Robet, dari salah seorang pria bernama Yulianto Wahyudi.
Pria yang mengaku teman Anas itu datang ke KPK, Sabtu (11/1) lalu untuk menjenguk Anas. Namun sayang, KPK tak mengizinkannya untuk menemui mantan ketua umum Partai Demokrat itu. Barang-barang yang dibawanya pun tak bisa dititipkan untuk disampaikan ke Anas.
"Ini surat terbuka dari istrinya Mas Anas. Istrinya minta izin mau ketemu dengan orang tuanya. Kan harus iziin dulu. Saya titip surat nggak bisa. Saya bawa buku nggak bisa dititipkan juga. Ya misalkan KPK seperti itu, kami sebagai keluarga akan menerima. Kan tidak bisa memaksa," katanya di Gedung KPK, Jakarta.
-
Apa kitab penting itu? Sebuah manuskrip terkenal dari naskah Kitab Kells berusia 1.200 tahun yang memiliki iluminasi luar biasa dari koleksi museum Trinity College Dublin ternyata memiliki sejarah yang panjang sebelum berada di museum tersebut.
-
Mengapa membaca buku penting? Membaca buku merupakan salah satu kegiatan positif yang dapat meningkatkan ilmu dan pengetahuan. Banyak buku yang memuat berbagai bidang ilmu menarik untuk dipelajari.
-
Kenapa buku penting untuk anak-anak? Keberadaan buku sangat penting dalam tumbuh kembang generasi bangsa. Anak-anak mulai melupakan bacaan yang menarik, karena asyik dengan gawainya. “Ibu atau ayah mendampingi anak-anak mereka untuk kenalkan literasi. Penelitian membuktikan usia 0-5 tahun pada anak, perkembangannya dikontrol melalui buku bacaan,“ ujar Agus.
-
Siapa yang membuat kitab ini? Menurut para ahli kitab ini ditulis oleh setidaknya tiga biarawan berbeda.
-
Siapa yang membutuhkan kata-kata perjuangan? Tak melulu dari orang terdekat, dukungan dan semangat bisa muncul darimana saja.
-
Siapa yang menulis kalimat tersebut? Kalimat itu diyakini ditulis seorang peziarah di Beit She’arim yang memohon pelimpahan berkah dan kebahagiaan bagi para peziarah yang telah mencapai situs pemakaman.
Namun, Senin (14/1), KPK akhirnya memberi izin keluarga dan teman untuk menjenguk Anas. Di antaranya adalah loyalis Anas, Tri Dianto dan adik Anas, Ana Luthfi. Selain membawakan baju, makanan dan Alquran, Ana juga membawakan buku Tan Malaka untuk Anas. Dia mengaku inisiatif membawa buku Tan Malaka adalah idenya sendiri, bukan karena diminta Anas.
"Itu buku bacaan wajib para aktivis. Itu bukan permintaannya. Saya yang bawakan," kata Ana.
Di masa Orde Baru, Anas merupakan aktivis mahasiswa yang cukup tersohor. Dia bahkan sempat menjadi ketua umum Pengurus Besar (PB) Himpunan Mahasiswa (HMI) periode 1997-1999. Kariernya tergolong cemerlang. Dari mulai anggota KPU, anggota DPR sekaligus ketua Fraksi Demokrat DPR, hingga menjadi ketua umum Partai Demokrat pernah disandangnya. Namun, kasus Hambalang membuatnya jatuh dari pencapaiannya itu.
Atas kicauan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin, KPK menelisik dugaan korupsi dalam proyek Hambalang. Alhasil, Anas menjadi salah satu orang yang dijadikan tersangka. Anas diduga menerima gratifikasi atau janji Toyota Harrier dalam proyek tersebut.
Lain Anas, lain pula Tan Malaka. Pria kelahiran Suliki, Sumatera Barat tahun 1897 itu merupakan tokoh bangsa yang gigih memperjuangkan idealismenya demi kemerdekaan Indonesia dan demi keadilan serta kesetaraan ekonomi rakyat di negeri ini.
Pria yang dijuluki sebagai 'Bapak Republik Indonesia' oleh Moh Yamin itu dibuang dan tak diperkenankan kembali ke tanah air oleh Belanda pada 1922 karena idealisme dan perjuangannya dinilai membahayakan kedudukan pemerintah kolonial saat itu.
Alhasil, Tan Malaka menjadi orang buangan dan menjelajahi sejumlah negara-negara di dunia. Dari luar negeri, Tan Malaka tetap berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Pikiran dan ide-ide cemerlangnya, dituliskannya dalam bentuk artikel dan buku yang kemudian menjadi rujukan para aktivis kemerdekaan di Indonesia kala itu.
Dari Soekarno, Hatta, Sjahrir dan banyak tokoh bangsa lainnya menjadikan buah pikiran Tan Malaka sebagai salah satu rujukan dalam berjuang dan berpikir kala itu. Salah satu buah pikiran Tan Malaka yang paling dikenal adalah soal 'Merdeka 100 Persen'. Dalam tulisannya itu, Tan Malaka membuat tiga percakapan dalam ekonomi-politik.
Seperti dikutip dari buku 'Tan Malaka: Merdeka 100 Persen' karya Robertus Robet, Tan Malaka menulis dalam format percakapan antara lima orang dari latar belakang sosial dan pendidikan yang berbeda. Di antaranya adalah; Mr Apal (Wakil kaum terpelajar), Si Toke (Wakil pedagang kelas menengah), Si Pacul (Wakil kaum tani), Denmas (Wakil kaum ningrat), dan Si Godam (Wakil buruh besi).
Kelima tokoh kiasan itu membicarakan seputar kondisi politik, rencana ekonomi berjuang, hingga soal muslihat. Dalam pembicaraan politik dibahas soal makna kemerdekaan dan sebagainya. Inti dalam bagian itu, kemerdekaan haruslah 100 persen tak boleh ditawar-tawar. Sebuah negara harus mandiri menguasai kekayaan alamnya dan mengelola negerinya tanpa ada intervensi asing.
Sementara, dalam bahasan ekonomi berjuang, dibahas soal perampokan yang dilakukan negara-negara kapitalis terhadap negara lain termasuk Indonesia hingga soal rencana ekonomi yang tepat bagi Indonesia. Dalam bahasan muslihat dibahas soal iklim perjuangan, diplomasi hingga syarat serta taktik berjuang. Buku tersebut menjadi salah satu bacaan wajib para aktivis era itu dan setelahnya.
Pemikiran 'Merdeka 100 persen' puncaknya disampaikannya untuk menanggapi sikap pemerintahan Presiden Soekarno terhadap Jepang dan Belanda pasca-proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Saat itu, Tan Malaka melihat pemerintah yang dipimpin Soekarno hanya menghamba kepada penjajah. Dia melihat pemerintah hanya berharap kedaulatan dan kemerdekaan diberikan oleh penjajah, bukan direbut lewat perang dan perjuangan.
Begitu pula dengan pemerintahan Perdana Menteri Sjahrier. Dia melihat tokoh sosialis-demokrat itu lembek karena mengutamakan jalan diplomasi dengan Belanda. Alhasil, melalui organisasi Persatuan Perjuangan (PP) yang didirikan pada Januari 1946, Tan Malaka membuat tuntutan agar pemerintah saat itu melaksanakan jalan 'Merdeka 100 Persen'. Namun sayang, ide Tan Malaka itu dinilai pemerintah kala itu terlalu frontal. Tan Malaka dan para pengikutnya seperti Soekarni, Sajoeti Melik dkk lantas ditangkap dan dipenjarakan oleh pemerintah karena dinilai membahayakan persatuan dan perjuangan bangsa.
Demikian kisah Tan Malaka dan Merdeka 100 Persen. Ide brilian dari Bapak Republik itu memang menjadi bacaan wajib para aktivis di negeri ini. Namun tentunya, kisah Tan Malaka dengan Anas jauh berbeda. Tan Malaka dibuang Belanda dan dipenjarakan karena perjuangan Indonesia merdeka dan idealisme tanpa komprominya, sementara Anas ditahan karena kasus dugaan korupsi yang melilitnya.
(mdk/ded)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tan Malaka adalah seorang tokoh sejarah yang memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaSekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan pihaknya tersanjung Anies Baswedan mengutip ucapan Presiden pertama RI Soekarno.
Baca SelengkapnyaAkbar Tandjung dinilai tokoh Indonesia memiliki pengaruh dalam pemikiran demokrasi menjelang dan setelah reformasi.
Baca SelengkapnyaAnas Urbaningrum Resmi Diangkat jadi Ketua Umum PKN
Baca SelengkapnyaSejak tahun 2017, Merdeka.com rutin menerbitkan Buku Merdeka dalam rangka Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Baca SelengkapnyaBanyak kata-kata inspiratif dari tokoh nasional yang bisa memupuk rasa nasionalisme.
Baca Selengkapnyanies ditanya seorang penulis perempuan program bangun literasi.
Baca SelengkapnyaCara membayar kebaikan negara itu menurut Anas dengan kembali terjun politik.
Baca Selengkapnya"Kemudian minta maaf pada yang menciptakan manusia. Menciptakan kita semua. Minta maaf kalau saya bergetar soal ini," katanya.
Baca SelengkapnyaSosok pahlawan nasional ini membawa pengaruh besar kepada sang cucu yang kini jadi calon Presiden Republik Indonesia.
Baca SelengkapnyaAnas Urbaningrum sudah bebas murni setelah menjalani hukuman atas kasus korupsi. Ia pun berencana kembali aktif di dunia politik.
Baca SelengkapnyaKata-kata pahlawan nasional tentang pendidikan bisa dijadikan inspirasi dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Selengkapnya