Ancaman terorisme kian melebar akibat kelalaian Lion Air
Merdeka.com - Kasus kesalahan penurunan penumpang internasional di terminal domestik yang terjadi pada maskapai penerbangan Lion Air dinilai sebagai pelanggaran serius. Kementerian Perhubungan diminta tegas dalam menangani kasus seperti itu, dan diharapkan tidak kembali terulang pada maskapai lainnya.
"Selama ini banyak pihak meminta pemerintah untuk tegas menegakkan regulasi. Karena itu, keputusan Dirjen Perhubungan Udara menjatuhkan sanksi merupakan hal tepat," ujar Wakil Ketua Umum DPP Kadin bidang Perhubungan Carmelita Hartoto di Jakarta, Senin (23/5).
Menurutnya, kelalaian Lion Air tersebut membuat penumpang internasional lolos begitu saja dari pemeriksaan imigrasi dan pemeriksaan lainnya yang diperlukan.
-
Bagaimana Lion Air memastikan pesawat mereka aman? Pesawat memasuki bengkel atau hanggar untuk menjalani proses Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) karena alasan krusial yang berkaitan dengan keamanan, kinerja, dan keandalan pesawat.
-
Siapa pemilik Lion Air Group? Melansir dari laman Forbes.com, sosok ini memiliki kekayaan bersih senilai USD1,7 miliar di tahun 2015 lalu. Sosok Rusdi Kirana selama ini dikenal sebagai pemilik maskapai dengan biaya murah, Lion Air Group.
-
Bagaimana Lion Air berkembang? “Kemampuan beradaptasi Rusdi telah membantunya dengan baik dalam bisnis penerbangan yang bergejolak,“ tulis Forbes.com dikutip di Jakarta, Jumat (18/8). Perjalanan karier Rusdi Kirana dan saudaranya Kusnan merintis bisnis penerbangan Lion Air dimulai pada tahun 1999 silam. Saat itu, keduanya hanya memiliki modal sebesar USD900.000. Namun, dalam waktu relatif singkat Lion Air mampu menjadi maskapai penerbangan terbesar di Indonesia.
-
Apa yang membuat Lion Air sukses? “Kemampuan beradaptasi Rusdi telah membantunya dengan baik dalam bisnis penerbangan yang bergejolak,“ tulis Forbes.com dikutip di Jakarta, Jumat (18/8). Perjalanan karier Rusdi Kirana dan saudaranya Kusnan merintis bisnis penerbangan Lion Air dimulai pada tahun 1999 silam. Saat itu, keduanya hanya memiliki modal sebesar USD900.000. Namun, dalam waktu relatif singkat Lion Air mampu menjadi maskapai penerbangan terbesar di Indonesia.
-
Kapan Lion Air melakukan perawatan pesawat? Jadwal ini mencakup interval waktu, jam terbang, atau jumlah pergerakan (lepas landas dan mendarat) yang harus dipenuhi oleh pesawat udara sebelum masuk bengkel.
-
Siapa yang bertanggung jawab untuk merawat pesawat Lion Air? Sebagai contoh Batik Air, perhitungan dan perencanaan perawatan yang cermat merujuk kepada Maintenance Program Batik Air yang disahkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
"Kita kalau masuk negara lain itu susah, kewaspadaan tinggi, sampai buka sepatu dan bongkar barang-barang. Bahkan ada beberapa orang yang harus diwawancara dulu. Kita juga seperti itu terhadap warga negara lain, apalagi ancaman terorisme makin nyata. Nah, ini penumpang internasional lolos dengan mudahnya dan kejadiannya tidak dilaporkan ke otoritas. Ini berbahaya," tegas Carmelita.
Sebagaimana diketahui, pihak Lion tidak segera melaporkan kejadian tersebut kepada Otoritas Bandara. Mereka baru melaporkan kala informasi tersebut sudah menyebar di media sosial.
Carmelita melanjutkan, pasca sejumlah teror di Eropa, pihak keamanan setempat mengetatkan pemeriksaan terhadap para penumpang pesawat. Namun di Indonesia malah terjadi sebaliknya. "Ini malah dibobol, ironis sekali," terangnya.
Mengenai upaya hukum yang dilakukan pihak Lion, menurut Carmelita merupakan hak dari setiap warga negara. Namun, sebagai pelaku usaha, Lion Air diminta Carmelita lebih baik fokus memperbaiki layanannya.
"Sebagaimana kita ketahui, Lion kan pemegang market share terbesar untuk penumpang domestik. Namun, bicara kepuasan publik, sepertinya jauh. Kita lihat banyak keluhan di media sosial terhadap layanan mereka. Jadi alangkah baiknya kalau effortnya diarahkan untuk perbaiki layanan," katanya.
Di tempat terpisah, Direktur Utama AirNav Indonesia Bambang Tjahjono menyatakan, sebagai penyelenggara pelayanan navigasi, pihaknya sudah siap dengan rencana pengurangan ratusan frekuensi Lion Air.
"Sebagai operator, kami menyiapkan layanan pemanduan penerbangan. Kalau ada pengguna jasa menurunkan frekuensi, ya kami akan menyesuaikan," katanya.
Terkait dengan sanksi yang diterima Lion Air, pihaknya menyatakan prihatin. "Bagi siapapun, sanksi pasti tidak enak. Apalagi bagi perusahaan besar seperti Lion Air. Tapi itu harus diterima dan dijalani sebagai konsekuensi," kata Bambang.
Dia melanjutkan, industri penerbangan merupakan sektor yang padat regulasi dan tidak menolerir kesalahan. "Karena ini bisnis safety, jadi memang zero tolerance," ujarnya.
Apalagi, lanjut Bambang, pemerintah sedang berupaya agar Indonesia masuk dalam kategori I Federal Aviation Administration (FAA) dari posisi saat ini yang berada dalam kategori II.
"Kita mau naik ke kategori I, lalu Indonesia juga sedang berjuang untuk menjadi anggota dewan International Civil Aviation Organisation (ICAO). Di tengah kondisi ini, pemerintah memang harus menunjukkan ketegasan," terang Bambang.
Sebagai operator, Bambang menyatakan, pihaknya sendiri mendapat pekerjaan rumah yang besar dari pemerintah untuk meningkatkan layanan navigasi penerbangan. "Jadi kami melihat, Kemenhub memang sedang melakukan pembenahan menyeluruh," pungkas Bambang.
Sementara itu, Presiden Indonesia Air Traffic Controller Association (IATCA) Suwandi menyatakan, mendukung pemerintah menegakkan regulasi di dunia penerbangan.
"Kami mendukung Direktur Jenderal Perhubungan Udara dalam membuat dan menetapkan keputusan terkait permasalahan penerbangan yang adil, tegas dan tanpa diskriminasi," tutur Suwandi.
Terhadap sanksi yang diterima pihak Lion, Suwandi menyatakan keprihatinan.
"Kami juga memberi apresiasi kepada para pihak yang memperjuangkan haknya. Bagi IATCA, segala langkah yang ditempuh haruslah berujung pada kemajuan dunia penerbangan nasional," pungkasnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Lion Air Group saat ini menguasai hampir 70 persen dari market share pesawat domestik dengan total 367 pesawat.
Baca SelengkapnyaUtamanya terkait keselamatan dan kondisi jalanan selama periode mudik.
Baca SelengkapnyaBatik Air menjadi sorotan karena pilot dan co-pilot tertidur saat mengemudikan pesawat.
Baca SelengkapnyaCuaca Buruk, Lion Air Batal Mendarat di Aceh dan Kembali ke Bandara Kualanamu
Baca SelengkapnyaIran meluncurkan serangan udara ke wilayah Israel pada Sabtu (13/4) malam.
Baca SelengkapnyaKapolri Siapkan Strategi Cegah Terulangnya Macet Total di Bandara Bali
Baca SelengkapnyaInsiden kerusakan salah satu mesin pesawat Garuda Indonesia yang menerbangkan jamaah calon haji Kelompok Terbang (Kloter) 5 Embarkasi Makassar (UPG-05).
Baca SelengkapnyaMenteri Perhubungan ingatkan maskapai terkait bagasi penumpang saat puncak arus balik lebaran.
Baca SelengkapnyaPihak maskapai bersama tim keamanan melakukan investigasi dan didapat fakta bahwa gurauan ancaman bom berasal seorang penumpang.
Baca SelengkapnyaMenteri Perhubungan Budi Karya Sumadi merespons helikopter di Bali yang jatuh diduga akibat terlilit benang layangan.
Baca SelengkapnyaTurbulensi pasti memberikan suatu dampak yang tidak baik bagi dunia aviasi.
Baca SelengkapnyaGerakan salafisme-wahhabisme merupakan cikal bakal lahirnya radikalisme agama hingga pintu masuknya terorisme.
Baca Selengkapnya