Aneka Tudingan di Mata Najwa, Arteria Dahlan atau KPK yang Bohong?
Merdeka.com - Anggota DPR dari Fraksi PDIP, Arteria Dahlan menjadi sorotan publik. Sebabnya, Arteria yang tampil menjadi narasumber dalam acara 'Mata Najwa' yang membahas soal Perppu KPK, Rabu (9/10) lalu, menunjuk-nunjuk dan menyebut Profesor Emil Salim sesat.
Dalam acara itu, Arteria juga mengungkap sejumlah tudingan miring kepada KPK, yakni: harta rampasan yang tak masuk kas negara, petugas KPK gadungan yang disebutnya sesungguhnya asli, kasus-kasus yang tak diangkat, dan laporan tahunan yang tak pernah dilakukan KPK.
Aneka Tudingan Arteria ke KPK
-
Apa yang membuat Arteria Dahlan jadi sorotan? Arteria sempat jadi perbincangan publik lantaran mengancam memperkarakan Mantan Menko Polhukam Mahfud MD. Ancaman itu, karena Mahfud menyinggung markus saat rapat dengan Komisi III DPR RI. Selain itu, Arteria juga sempat menyinggung tentang ancaman pidana penjara paling lama 4 tahun bagi pelanggar Pasal 11 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, tepatnya mengenai kewajiban merahasiakan dokumen terkait tindak pidana pencucian uang (TPPU). Ancaman itu ditujukan kepada Mahfud MD yang membongkar transaksi janggal Rp349 triliun.
-
Siapa yang diperiksa KPK? Mantan Ketua Ferrari Owners Club Indonesia (FOCI), Hanan Supangkat akhirnya terlihat batang hidungnya ke gedung Merah Putih, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Senin (25/3) kemarin.
-
Siapa yang diperiksa oleh KPK? Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Wamenkumham) Edward Omar Sharif Hiariej alias Eddy Hiariej rampung menjalani pemeriksaan penyidik KPK, Senin (4/12).
-
Siapa yang mempertanyakan Tapera di DPR? Video tersebut saat anggota Komisi V DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Irine Yusiana Roba Putri mempertanyakan terkait Tapera, berikut transkrip pertanyaannya:
-
Siapa ketua DPR? Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Partai Golkar Puteri Komarudin sampaikan apresiasi.
Awalnya Arteria tengah membeberkan perlunya Dewan Pengawas KPK. Arteria membeberkan soal harta rampasan yang dirampas KPK dari hasil korupsi. Namun, menurut dia, tak masuk kas negara.
"Ini gunanya Dewan Pengawas, itu ada buktinya, kemana uang itu," katanya dalam acara 'Mata Najwa', Rabu (9/10) malam.
Arteria juga mengklaim mengetahui soal petugas KPK gadungan sesungguhnya adalah petugas KPK sesungguhnya. "Ternyata saat pemeriksaan itu semua orang dipanggil, kamu mau dipanggil atau enggak, kalau mau enggak dipanggil serahin itu harta-harta kamu. Tiba-tiba begitu ketahuan dan ketangkap itu (disebut) KPK gadungan, padahal bukan KPK gadungan. Namanya mau saya sebutin ada semua," katanya sambil menunjukkan lembaran kertas.
Dia lantas mengatakan ada sejumlah kasus yang tak pernah diangkat. Di Sumbar misalnya, ada kasus Rp 6 triliun dana bencana.
"Lalu ada (kasus) KONI, pasar, enggak pernah diangkat, sitaan enggak pernah diangkat, siapa yg menerima," katanya.
"Kita hargai capaian KPK tapi kita enggak boleh tutup mata kalau harus ada perbaikan," katanya.
Emil lantas berbicara. Dia mengatakan di dalam UU, KPK memiliki kewajiban menyampaikan laporan tiap tahun. Namun, tiba-tiba Arteria menyelak dan menyatakan hal itu tak pernah dikerjakan oleh KPK.
"Di dalam aturan UU KPK ada kewajiban menyampaikan laporan, tiap tahun," kata Emil.
"Enggak pernah dikerjakan. Mana prof?" kata Arteria.
"Saya di DPR, enggak boleh begitu prof. Saya di DPR, saya yang tahu prof. Mana, Prof sesat. Ini namanya sesat, sesat prof," kata Arteria.
KPK Tunjukkan Bukti Sampaikan Laporan Tahunan
Di kesempatan berbeda, Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif langsung angkat bicara atas tudingan Arteria Dahlan. Dia memperlihatkan sebuah artikel sebuah media nasional. Menurutnya, artikel tersebut memperlihatkan bahwa KPK telah menyampaikan laporan tahunan.
"(Artikel) itu contoh yang dia bilang bahwa KPK tidak buat laporan tahunan, tetapi pada saat peluncuran dia hadir," katanya saat dikonfirmasi, Jumat (11/10).
Dalam artikel tersebut menyematkan foto Arteria Dahlan berada dalam satu frame bersama Ketua KPK Agus Rahardjo dan Bambang Soesatyo.
Judul artikel tersebut adalah Penyampaian Laporan Tahunan KPK. Artikel tersebut terbit pada 12 Maret 2018. Arteria hadir dalam acara penyampaian laporan tahunan lembaga antirasuah.
Menurut Laode Syarif, tuduhan Arteria dalam sebuah acara talkshow 'Mata Najwa' pada Rabu, 9 Oktober 2019 malam adalah bohong. Bahkan menurut Syarif, apa yang disampaikan Arteria dalam acara tersebut tak ada yang benar.
"Arteria itu bohong dan bahkan berani bentak-bentak orang tua padahal yang dia sampaikan tidak ada yang benar," kata Laode Syarif.
Selain Dikirim ke DPR, Presiden, BPK, Laporan Tahunan Dipublikasikan di Website KPK
Juru Bicara KPK Febri Diansyah menegaskan, KPK selalu membuat laporan tahunan. Menurutnya, laporan tahunan merupakan salah satu produk rutin yang wajib disusun dan disampaikan KPK kepada DPR, Presiden, BPK dan juga publik.
"KPK telah menyusun laporan ini dan mengirimkan pada DPR, Presiden, BPK dan instansi lain yang terkait. Selain itu, KPK juga mempublikasikannya di website, dengan alamat: https://www.kpk.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan," kata Febri di Gedung KPK RI, Jakarta, Kamis (10/9).
Khusus Laporan Tahunan 2018, kata dia, KPK menggunakan format baru yang menekankan pada grafis agar lebih mudah dipahami dan dikonsumsi generasi saat ini dan juga masyarakat secara luas, yaitu:https://www.kpk.go.id/images/Integrito/LaporanTahunanKPK/Laporan-Tahunan-KPK-2018-.pdf
"Pada laman tersebut dapat ditemukan Laporan Tahunan KPK hingga 2018. Laporan ini berisi tentang kinerja KPK secara keseluruhan. Di dalamnya terdapat hasil-hasil kerja KPK yang terdiri atas monitoring, supervisi, koordinasi, penindakan, dan pencegahan," ujar Febri.
Laporan itu setiap tahunnya diluncurkan secara resmi dengan mengundang para pemangku kepentingan, baik itu dari unsur pemerintah maupun masyarakat sipil yang diwakili lembaga swadaya masyarakat (LSM).
"Dalam peluncurannya, KPK selalu menyerahkan fisik laporan tahunan secara langsung kepada Ketua DPR, Ketua BPK, Kepala Kepolisian RI, Jaksa Agung, Ketua Mahkamah Agung, Kementerian Hukum dan HAM, dan Kepala Bappenas. Lembaga lain di luar itu, mendapatkan fisik laporan tahunan melalui pengiriman via pos," ungkapnya.
Tidak hanya laporan tahunan, KPK juga mempublikasikan laporan keuangan, laporan akuntabilitas kinerja, dan laporan pelayanan informasi publik.
"Dokumen laporan itu juga dengan mudah dapat diakses di website www.kpk.go.id sehingga kami memastikan jika ada pihak yang mengatakan KPK tidak membuat laporan tahunan, hal tersebut adalah informasi yang tidak benar dan tidak layak dipercaya," kata Febri.
KPK Jelaskan Barang Rampasan dan Sitaan Berbeda
Soal barang rampasan, Febri menyatakan berbeda dengan barang sitaan. Febri menjelaskan terdapat kekeliruan pemahaman ketika disampaikan bahwa ada barang sitaan yang tidak dimasukan ke kas negara.
Pernyataan Arteria, kata dia, diduga berangkat dari ketidakmampuan membedakan antara barang rampasan dan barang sitaan. Penyitaan dilakukan sejak penyidikan, sedangkan apakah sebuah barang yang disita dapat dirampas atau tidak, hal tersebut bergantung pada putusan hakim.
"Dalam kondisi tertentu, hakim dapat memerintahkan dilakukan perampasan, atau digunakan untuk perkara lain, atau dikembalikan pada pemiliknya," ujar Febri.
KPK Tegaskan Isu Petugas Gadungan Adalah Asli Bohong
Sementara soal praktik penipuan menggunakan identitas mirip KPK atau KPK gadungan, Febri mengungkapkan terdapat tuduhan yang disampaikan Arteria dalam acara 'Mata Najwa', seolah-olah isu KPK gadungan dibuat untuk menutupi tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh KPK.
"Kami pastikan hal itu tidak benar, bahkan KPK bekerja sama dengan Polri dalam memproses para pelaku pemerasan atau penipuan yang mengaku-ngaku KPK. Pada tahun 2018, setidaknya telah diproses 11 perkara pidana oleh Polri terkait hal tersebut dengan 24 orang sebagai tersangka," kata dia.
Pada periode Mei s.d. Agustus 2019, KPK menerima 403 aduan tentang pihak-pihak yang mengaku KPK tersebut, di antaranya melalui call center 198, kemudian diidentifikasi lebih lanjut oleh Direktorat Pengaduan Masyarakat.
"Aduan ini antara lain terkait dengan pemerasan. Korban akan diinformasikan sebagai tersangka TPPU dan dimintai sejumlah uang untuk mengamankan asetnya agar tidak disita KPK, ada pula terkait dengan pengumuman penerimaan Pegawai baru KPK. Selain itu, ada juga pembuatan situs 'kpk-online' yang menayangkan berita seolah-olah bersumber resmi dari KPK," katanya.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mereka bertengkar usai Sahroni meminta Anggota PDIP Safaruddin menyertakan bukti atas tudingannya ke polisi.
Baca SelengkapnyaIrma mengatakan semua partai politik saat pemilu tidak ada yang tak melakukan kecurangan.
Baca SelengkapnyaKeributan itu antara Arteria Dahlan dengan Ahmad Sahroni selaku pimpinan rapat.
Baca SelengkapnyaPerdebatan terjadi antara Ahmad Sahroni dan Arteria Dahlan disebut bak drama Korea. Hal ini membuat Kabaharkam Polri Komjen Fadil Imran tertawa.
Baca SelengkapnyaAdapun pembahasan rapat terkait persiapan penegakan hukum Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaKusnadi berada di lantai dasar ketika Hasto sedang menjalani pemeriksaan
Baca SelengkapnyaProfil Tia Rahmania politisi yang dipecat dari PDIP usai sampaikan kritik kepada Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron.
Baca SelengkapnyaArteria Dahlan merasa geram dengan tuduhan Menkumham Yasonna Laoly tidak netral dalam Pemilu 2024
Baca SelengkapnyaArteria Dahlan meminta Dirjen Imigrasi Kemenkumham melakukan perlawanan terhadap Kejaksaan.
Baca SelengkapnyaPemeriksaan terkait dugaan pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu.
Baca SelengkapnyaDalam rapat tersebut, Arteria Dahlan keras mengkritik KPU karena tidak bisa membuat keputusan dan bergantung pada Bawaslu
Baca SelengkapnyaPerkara ini diadukan perempuan berinisial CAT, yang memberikan kuasa Aristo Pangaribuan dkk.
Baca Selengkapnya