Anggota DPR: Anak Kehilangan Orang Tua Akibat Covid-19 Perlu Perhatian
Merdeka.com - Anak-anak yang kehilangan orangtua akibat COVID-19 perlu mendapat perhatian, karena mereka rentan menjadi korban eksploitasi. Karena itu, ia mengusulkan pihak rumah sakit yang mendata kematian pasien COVID-19, agar turut memilah korban-korban orang tua yang meninggalkan anak mereka sehingga menjadi yatim piatu.
“Juga pihak RT/RW atau Pemerintah bisa membuka aduan khusus agar anak-anak ini mendapat perhatian. Baru-baru ini KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Red) juga mengingatkan ini, dan kami mendukung agar ada perhatian,” ujar Aryani dilansir Antara, Jumat (23/7).
Christina saat menjadi pembicara pada acara diskusi itu menyampaikan jumlah anak-anak yang menjadi korban eksploitasi naik 2,5 kali lipat selama pandemi Covid-19.
-
Siapa yang datang melayat ke rumah duka? Nisya datang melayat ke rumah duka pada Senin (11/12) siang.
-
Siapa yang bisa membantu orang tua? Psikolog Melissa Brand dari Equilibria Psychological and Consultation Services di Philadelphia berbagi beberapa petunjuk yang dapat membantu orang tua mengenali kebohongan anak-anak mereka.
-
Siapa yang memberi saran untuk rumah sehat? Menurut Michael Rubino, seorang ahli kualitas udara dan pendiri HomeCleanse, 'Rata-rata orang bernapas 20.000 kali sehari dan menghabiskan 90 persen waktunya di dalam ruangan. Memastikan udara di rumah sehat adalah aspek penting dari kesehatan kita.'
-
Siapa yang dirawat di rumah sakit? Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, saat ini dirawat di rumah sakit akibat infeksi pernapasan.
-
Siapa yang bisa bantu orang tua? Langkah selanjutnya yang dapat diambil adalah meminta bantuan dari pihak sekolah, khususnya guru wali kelas anak. Sampaikan kepada mereka bahwa Anda sebagai orang tua menyadari adanya perilaku negatif yang ditunjukkan oleh anak dan sedang berusaha untuk memperbaikinya.
-
Siapa yang pengen ke makam ayahnya? Inilah yang dilakukan oleh pemilik akun TikTok @asep.ngangak yang membayar janji kepada ibu dan adiknya. Asep sempat berjanji akan membawa orang tercintanya itu mengunjungi makam ayahnya yang meninggal sejak tahun 2018.
Catatan Simfoni PPA (Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak) mencatat sebelum pandemi COVID-19 ada 2.851 kasus kekerasan anak, tetapi selama pandemi kasus itu naik jadi 7.190, kata Christina pula.
“Tentunya masih banyak yang luput dari pemantauan, sehingga diperkirakan angkanya jauh lebih tinggi. Situasinya tidak bisa dibilang biasa, kita perlu memberi perhatian lebih agar perlindungan anak pada masa pandemi lebih ekstra lagi kita lakukan,” kata dia menegaskan.
Anak-anak, menurut Christina, rentan menjadi korban eksploitasi ekonomi dan seksual. Eksploitasi ekonomi, salah satunya ditunjukkan dengan perdagangan anak, prostitusi anak, dan anak-anak yang dipaksa bekerja oleh orang dewasa.
“Bentuk-bentuk eksploitasi anak seperti ini sangat marak terjadi. Kondisi himpitan ekonomi pada ujungnya mengorbankan anak-anak. Ini sangat terbuka kita lihat di jalan-jalan, termasuk di media sosial banyak sekali anak dimanfaatkan untuk aktivitas seksual. Jadi, isu ini terjadi di sekitar kita, dekat dengan keseharian kira dan membutuhkan perhatian agar kasus-kasus kekerasan anak bisa kita tekan,” kata Christina Aryani menerangkan.
Bertepatan dengan peringatan Hari Anak Nasional, Christina pun meminta agar seluruh pemangku kepentingan terkait agar lebih gencar mengedukasi warga soal pentingnya perlindungan terhadap anak.
“Situasi krisis banyak melahirkan krisis baru jika kita tidak waspada. Demikian halnya Covid-19 yang telah melahirkan banyak krisis baru yang salah satunya eksploitasi terhadap anak Indonesia,” ujar dia lagi.
Untuk itu, kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, DPR RI, dan media perlu bahu-membahu memastikan anak-anak di Indonesia aman dan terlindungi dari ancaman eksploitasi ekonomi maupun seksual, ujar Christina.
Malang Nasib Anak Ditinggal Orang Tua Karena Covid-19
Satu contoh anak-anak yang kehilangan orang tua akibat Covid-19 adalah Vino. Dia adalah bocah kelas 3 SD di Kampung Linggang Purworejo, Tering, kabupaten Kutai Barat. Dia menjadi yatim piatu usai kedua orang tuanya meninggal terpapar Covid-19. Vino kini harus menjalani isolasi mandiri di rumah.
Ibu kandung Vino, Lina Safitri (31) dan ayah kandungnya, Kino Raharjo (31), meninggal pada Senin (19/7) dan Selasa (20/7) lalu usai dirawat di RS Harapan Insan Sendawar (RS HIS) Kutai Barat. Lina saat itu sedang mengandung 5 bulan.
Sebelum kejadian itu, Kino sempat sakit sekitar 10 hari di rumahnya. Awal mulanya, Kino yang yang kesehariannya menjual bakso keliling itu sempat kehujanan saat berjualan.
"Adik saya ini memang ada riwayat tipes. Jadi sebelummya berjualan pentol, tipesnya kambuh. Jadi dia kedinginan, makan pun muntah. Sempat diberi obat tapi tidak sembuh," kata kakak kandung Kino, Margono mengawali ceritanya kepada merdeka.com, Kamis (22/7) malam.
Pada 11 Juli 2021, adiknya dibawa ke RS HIS. Dari pemeriksaan, Kino dinyatakan positif Covid-19. "Setelah itu masih di rumah," ujar Margono.
"Berikutnya tanggal 12 Juli, giliran istri Kino (Lina Safitri) mengikuti tes PCR di Puskesmas sama anaknya, Vino. Iya, hasilnya positif. Lina ini memang sedang hamil 5 bulan," tambah Margono.
Saat menjalani isolasi mandiri bertiga, kondisi kesehatan orang tua Vino memburuk. Mereka pun dirujuk ke RS HIS. Sebab, ibu Vino diketahui memiliki penyakit penyerta asma.
"Ibu Lina ini ada (komorbid/penyakit bawaan) asma," ungkap Margono.
"Duluan Lina dirawat di rumah sakit dijemput medis 14 Juli. Kemudian adik saya, Kino. Dalam perawatan, Lina meninggal 19 Juli, adik saya sehari kemudian 20 Juli. Iya, pas hari raya Iduladha kemarin," sambungnya.
Dari hasil swab PCR, sang anak pun terkonfirmasi positif Covid-19. Dia harus menjalani isolasi mandiri hingga 26 Juli 2021 mendatang. Sepeninggal orang tua, Vino yang sebatang kara terpaksa diisolasi di rumah sendiri.
"Sampai aman nanti tanggal 26 Juli. Jadi Vino isolasi mandiri sendiri di rumah, depan televisi. Tapi kami, keluarga dan tetangga tidur di teras depan rumah," ungkap Margono.
Sejauh ini, Vino dalam kondisi sehat. Tetangga ramai-ramai membantu Vino dengan mengirimkan makanan dan vitamin. "Di sini banyak keluarga, keluarga besar. Alhamdulillah banyak bantuan warga sebagai donatur. Dari banyak pihak mulai sembako dan pakaian. Kami tidak bisa sebutin satu per satu," jelas Margono.
"Tidak ada keluhan badan panas dari Vino. Memang sebelumnya, begitu tahu ibu bapaknya meninggal sempat nangis tapi tidak terus-terusan menangis. Keluarga terus menghibur Vino. Bahkan sering video call dengan mbahnya di Jawa untuk terus menghibur Vino," tutup Margono.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketua DPR RI Puan Maharani berharap ada program-program dari Pemerintah yang dapat mencegah terjadinya KDRT.
Baca SelengkapnyaKPAID Tasikmalaya menyatakan kasus anak berkebutuhan khusus (ABK) meninggal dianiaya orang tuanya menjadi kado pahit di Hari disabilitas.
Baca SelengkapnyaKomisi VIII DPR beraudiensi dengan Kementerian PPPA kemarin.
Baca SelengkapnyaAyah korban sekaligus pelaku juga diduga coba bunuh diri setelah membunuh anak-anaknya.
Baca SelengkapnyaDengan usianya yang sudah tidak muda itu, ia harus tinggal sendiri jauh dari anak-anaknya, seperti terasingkan
Baca SelengkapnyaPolisi diharapkan mengungkap sebab kematian dan menemukan pelaku atas tewasnya empat anak tersebut.
Baca SelengkapnyaAroma menyengat seperti bau bangkai masih tercium di sekitar rumah tersebut.
Baca SelengkapnyaKeberadaan orangtua dalam pengasuhan anak merupakan hal krusial terhadap perkembangan buah hati.
Baca Selengkapnya