Anomali Pilgub DKI, lembaga survei meleset buat prediksi hasil akhir
Merdeka.com - Gelaran Pilgub DKI Jakarta 2017 telah usai. Hasil Pilkada DKI menunjukkan anomali data, yaitu antara lembaga survei dengan data real count KPU DKI Jakarta.
Menurut Direktur Indonesia Watch for Democracy (IWD) Endang Tirtana, sejumlah lembaga survei meleset dalam membuat prediksi hasil akhir Pilkada DKI Jakarta putaran kedua. Pasangan calon Anies-Sandi unggul dengan raihan suara 57,95 persen, jauh mengungguli Ahok-Djarot yang hanya meraih 42,05 persen suara, berdasar data real count KPU DKI Jakarta.
"Tidak ada satu pun lembaga survei yang berhasil memprediksi kemenangan telak Anies-Sandi," kata Endang dalam siaran persnya, Jakarta, Selasa (25/4).
-
Siapa yang unggul dalam survei Pilkada Jabar? 'Ini nama nama yang muncul di kalangan elite, Dedi Mulyadi muncul dari internal Gerindra, Ilham Akbar Habibie dari Nasdem, Ridwan Kamil dari Golkar,' kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi dalam paparan surveinya pada 4 Juli 2024 lalu.
-
Siapa yang diprediksi unggul dalam Pilkada Jateng? Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Djayadi Hanan, mengungkapkan alasan Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep unggul karena adanya pengaruh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
-
Siapa yang menang survei Poltracking? Survei Poltracking Indonesia mencatat, masyarakat dengan penghasilan berkisar Rp1 juta - Rp2 juta cenderung condong pada pasangan capres-cawapres nomor urut 2, yakni Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka yang memperoleh suara 42,9 persen.
-
Apa yang membuat elektabilitas Anies turun? Menurut Saifullah Yusuf, elektabilitas Prabowo terus naik dan Anies turun karena cawapres Muhaimin dan PKB tidak efektif mendulang suara.
-
Siapa yang mendukung Anies di Jateng? 'PKB ini punya kekuatan yang tidak kalah besar di Jateng. jadi kami makin optimis dalam beberapa perjalanan hari ini bahwa perubahan itu kuat sekali,'
-
Bagaimana Indikator Politik melakukan survei ini? Metode pengambilan data dilakukan melalui wawancara tatap muka kepada 1.200 sampel responden yang dipilih menggunakan multistage random sampling.
Bahkan yang dikatakan mendapat rapor biru seperti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang hanya mematok suara Anies-Sandi pada angka 51,4 persen. Menurut Endang, selisih prediksi suara Anies-Sandi dengan Ahok-Djarot versi LSI-Denny JA hanya 8,7 persen, jauh berbeda dengan real count KPU yang mencapai 15,9 persen.
Lembaga-lembaga survei lain seperti Media Survei Nasional (Median), Saiful Mujani Research Center (SMRC), dan Charta Politika memprediksi suara Anies di bawah angka 50 persen.
"Prediksi Median 49,0 persen, SMRC 47,9 persen, Charta Politika 44,8 persen," kata Endang.
Dari hasil tersebut tidak satupun lembaga yang berada di dalam margin error. Dengan margin of error dan undecided voters yang makin kecil jelang pencoblosan, semua survei gagal memprediksi lonjakan suara Anies pada hari-H.
Bahkan catatan khusus bagi LSI Denny JA, seperti terekam di media, pada saat posisi data masuk Quick Count LSI Denny JA mencapai 99,7 persen, Anies-Sandi unggul 55,41 persen suara dibanding Ahok-Djarot dengan perolehan suara 44,59 persen. Namun lompatan yang secara statistilk tidak mungkin terjadi ketika data masuk 100 persen, perolehan suara Anies-Sandi 57,67 persen dan Ahok-Djarot 42,33 persen.
"Jika KPU ingin melakukan audit, saya rasa fakta mengherankan di tengah semua lembaga yang melakukan Quick Count pada hari tersebut, maka data LSI Denny JA juga adalah merupakan anomali dalam real count Pilkada DKI Jakarta Putaran kedua," pungkas Endang.
Ada beberapa faktor yang kemungkinan bisa menjelaskan ini. IWD merilis beberapa momentum penting di minggu terakhir menjelang pemungutan suara. Beberapa kejadian tersebut merugikan kedua pasangan calon.
Namun yang paling dirugikan adalah pihak Ahok-Djarot, dengan insiden di Changi Airport. sentimen Ahok-Djarot yang tadinya sudah cenderung dingin masalah agama dan SARA, kembali bangkit dengan adanya kasus tersebut.
Pukulan terhadap kubu Ahok-Djarot diperparah dengan diizinkannya peserta wisata Al-Maidah dari luar kota Jakarta untuk masuk menyaksikan pencblosan di TPS. Ini melipatgandakan faktor fearness atau ketakutan yang membuat banyak pendukung Ahok tidak hadir ke TPS.
Endang menjelaskan dari data yang ada, banyak pemilih Ahok-Djarot tidak datang ke TPS. Ini sudah dijelaskan oleh beberapa lembaga sebelumnya bahwa trend Ahok-Djarot cenderung menunjukkan kenaikan di minggu terakhir menjelang pemungutan suara. Satu tugas berat tim Ahok-Djarot adalah membangkitkan kepercayaan diri dan mengubah ketakutan pendukungnya agar datang ke TPS dan melakukan pencoblosan, itu gagal dilakukan.
Jika melihat rapatnya tekanan kepada pendukung Ahok-Djarot, apalagi dengan menggunakan isu agama dan etnis, maka bisa dipastikan kekalahan Ahok-Djarot di Pilkada DKI Jakarta adalah akumulasi dari sentimen etnis dan SARA yang diarahkan kepada mereka. Kemudian diperburuk lagi dengan ketakutan yang sangat dalam di pendukung mereka, sehingga memilih untuk tidak datang ke TPS.
"Akumulasi dua hal tersebut membuat swing voters sekitar 6-8 persen akhirnya beralih ke Anies-Sandi, belum lagi perasaan takut akibat intimidasi yang sistematis dan terstruktur semakin memperlebar margin kemenangan Anies-Sandi menjadi sekitar 15 persen," tandasnya.
(mdk/msh)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dengan asumsi metode simple random sampling ukuran sampel 800 responden
Baca SelengkapnyaLembaga survei Indopol Survey and Consulting memutuskan tidak merilis hasil survei untuk periode Januari 2024.
Baca SelengkapnyaMenurut Sudirman, hasil survei yang berkembang saat ini tidak bisa menjadi parameter kemenangan di Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaElektabilitas Anies-Cak Imin hanya 16,5 persen. Ganjar-RK 35,4 persen dan Prabowo-ET 31,7 persen.
Baca SelengkapnyaAdanya perbedaan hasil survei elektabilitas calon kepala daerah di Pilkada 2024 dari lembaga survei belakangan menjadi sorotan.
Baca SelengkapnyaHal ini menanggapi perbedaan hasil survei Poltracking Pilgub Jakarta hingga memutuskan keluar dari Persepi. Poltracking juga diberi sanksi oleh Persepi.
Baca SelengkapnyaSaidiman Ahmad menilai dugaan publikasi hasil survei lembaga survei mempengaruhi pilihan publik soal calon presiden, salah total.
Baca SelengkapnyaCak Imin optimis mesin politik PKB, PKS dan NasDem bergerak cepat efektif membalikkan hasil survei tersebut.
Baca SelengkapnyaTerkait dengan angka 93,3 persen itu belum dapat dipastikan jika pemilih untuk tidak golput.
Baca SelengkapnyaDi Jawa Barat Prabowo-Gibran dan Anies-Cak Imin bertarung sengit
Baca SelengkapnyaAnalis Komunikasi Politik Hendri Satrio (Hensat) juga menyoroti sejarah soal kuatnya basis akar rumput di Jakarta.
Baca SelengkapnyaAnies dan cawapres Muhaimin Iskandar (Cak Imin) berencana untuk masuk ke putaran kedua kontestasi.
Baca Selengkapnya