Antisipasi Antraks, Pemkab Sleman Perketat Pengecekan Hewan Ternak
Merdeka.com - Penyebaran bakteri antraks ditemukan pada hewan ternak di wilayah Kabupaten Gunungkidul. Bakteri antraks ini menyerang hewan ternak seperti sapi maupun kambing.
Sejumlah daerah di DIY pun melakukan langkah antisipasi agar persebaran bakteri antraks tak meluas. Salah satunya adalah Kabupaten Sleman.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman Harjanto mengatakan pihaknya telah melakukan berbagai antisipasi agar hewan ternak di Sleman tak terkena antraks.
-
Apa ciri khas hewan terinfeksi antraks? Ada beberapa ciri hewan yang terinfeksi antraks, antara lain: Hewan terlihat gelisah, Gusar karena depresi, Sesak napas, Terjadi pembengkakan, Demam mencapai 42 derajat celsius, Keluar darah berwarna kehitaman dan encer dari lubang-lubang tubuh.
-
Bagaimana cara mencegah antraks? Anda dapat mengurangi risiko antraks dengan mendapatkan vaksin antraks. Sebagai pencegahan, ini diberikan dalam rangkaian vaksin lima dosis selama periode 18 bulan.
-
Kenapa hewan kurban di Sleman aman? Dari hasil pemantauan tersebut, Danang menjamin bahwa ketersediaan hewan kurban akan tercukupi.
-
Mengapa Kemenkes RI fokus pada patogen satwa? Bonanza menekankan bahwa patogen-patogen ini sering kali terkait dengan spesies satwa seperti kelelawar, primata, rodent, dan burung yang menjadi inang dan vektor penyebaran penyakit.
-
Kenapa hewan terinfeksi antraks harus dikubur? Perlu diketahui bahwa hewan yang sudah terinfeksi antraks tidak boleh disembelih. Bahkan, bangkainya pun harus dikubur rapat, karena adanya bakteri yang bisa membentuk spora. Spora ini akan bertahan dalam kondisi panas dan bisa hidup bertahun-tahun lamanya.
-
Bagaimana warga Gunungkidul terkena antraks? Dewi mengatakan sebelumnya pasien itu mengonsumsi hewan ternak sapi yang mati. Daging sapi itu dimasak dan dimakan.
Dia menjabarkan ada 14 Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) di wilayah Kabupaten Sleman. 14 Puskeswan ini disebut Harjanto akan dimaksimalkan untuk mengecek kondisi hewan ternak utamanya yang mengalami mati mendadak.
"Setiap ada hewan ternak yang mati mendadak, tidak boleh dikonsumsi dan dijual. Setiap ada yang mati mendadak harus pula dilaporkan agar bisa didata dan diteliti," katanya, Selasa (21/1).
Harjanto menyebut setiap transaksi hewan ternak di Sleman pihaknya menekankan agar ada surat keterangan kondisi kesehatan hewan. Adanya surat keterangan itu untuk memastikan hewan ternak yang masuk maupun keluar dari kabupaten Sleman benar-benar dalam kondisi sehat.
"Saat ini kami waspada pada persebaran antraks. Warga diimbau tidak boleh mengambil sapi dari wilayah yang muncul wabah antraks," terangnya.
Sedangkan menurut Head of Raw Material Ingredients C&P Danone Indonesia, Agus Budiyanto dampak dari penyebaran bakteri antraks salah satunya jika menyerang sapi perah bisa memengaruhi kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan.
Hal ini disampaikan Agus saat diskusi bersama antara UGM dan Pemkab Sleman bertajuk Program Peningkatan Mutu Susu Sarihusada di Kalasan, Sleman Selasa, 21 Januari 2020.
Meskipun demikian Agus menyebut jika peristiwa di Kabupaten Gunungkidul itu haruslah diteliti dengan benar. Jangan sampai penelitian dilakukan tergesa-gesa dan dipastikan apakah memang betul bakteri antraks atau bukan yang menjadi penyebab hewan ternak di Gunungkidul mati mendadak.
Sebagai pengelola Sari Husada yang menaungi banyak peternak sapi di wilayah Sleman dan sekitarnya sambung Agus, pihaknya memastikan bahwa monitoring selalu dilakukan. Agus bahkan mengklaim seluruh sapi peternak binaan Sari Husada bebas dari bakteri antraks.
Agus menerangkan untuk menjaga agar susu produksi terjaga kualitasnya, pihaknya pun melakukan monitoring secara berkala terhadap sapi-sapi yang dipelihara orang kelompok ternak binaan.
"Bahkan sapi yang tidak sakit berat dan disuntik antibiotik maka sapi itu di-stop dulu (untuk produksi susu). Paling tidak dua minggu, untuk menghindari residu yang masuk. Jadi susu yang dihasilkan adalah dari sapi yang benar-benar sehat," tegas Agus.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Provinsi NTT sudah tegas melarang masuknya hewan dari wilayah yang ditemukan berbagai kasus yang membahayakan ternak dan manusia.
Baca SelengkapnyaUpaya yang dilakukan Kementan dengan mitigasi dan isolasi wilayah, serta menurunkan Tim kesehatan hewan ke lokasi untuk investigasi.
Baca SelengkapnyaHasil tracking Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng tidak ditemukan kasus penularan dari hewan ke manusia yang terjadi di Wonogiri.
Baca SelengkapnyaDinkes & Peternakan Gunungkidul menemukan adanya dugaan tiga hewan ternak milik warga Kayoman, Serut yang mati diduga karena terkena antraks.
Baca SelengkapnyaPernyataan Wapres itu menyikapi laporan Kementerian Kesehatan yang menyatakan adanya temuan dua suspek baru kasus antraks di Gunungkidul.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga harus memastikan lapak tersebut memiliki surat - surat yang lengkap, surat pernyataan kesehatan yang legal.
Baca SelengkapnyaDi Kabupaten Sleman, Pemerintah Kabupaten setempat memastikan ketersediaan hewan ternak mencapai 8.750 ekor.
Baca SelengkapnyaBudi mengingatkan, bila ada hewan yang mati mendadak, masyarakat perlu memanggil petugas untuk mengetahui apakah terpapar antraks atau tidak.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini, Pemkab belum menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit antraks.
Baca SelengkapnyaHasil penelitian di Afrika Selatan yang membuktikan jika spora yang dihasilkan dari bakteri Antraks ini bisa bertahan hingga 250 tahun lamanya.
Baca SelengkapnyaWabah antraks di Gunungkidul, Yogyakarta menjadi sorotan. Sekurangnya tiga orang meninggal dan 93 lainnya positif antraks setelah mengonsumsi daging sapi.
Baca SelengkapnyaPemprov Jateng menemukan hewan kurban terserang penyakit diare dan cacar.
Baca Selengkapnya