Anwar Congo berharap bisa nonton The Act of Killing
Merdeka.com - Anwar Congo mendadak jadi selebritis. Sesepuh Pemuda Pancasila (PP) ini menjadi kejaran awak media nasional maupun internasional menyusul mencuatnya kontroversi film The Act of Killing.
Puluhan wartawan berkumpul di Kantor MPW PP Sumut, Jalan Thamrin, Medan. Bukan hanya dari media lokal dan nasional, tim dari stasiun televisi Aljazeera juga datang untuk mewawancarai tokoh utama dalam film yang diyakini bisa memantik kontroversi itu.
Anwar mengaku khawatir menyusul penayangan film yang berkisah tentang pembantaian PKI dari pelaku langsung. "Ya khawatirlah. Saya khawatir generasi dari orang itu merasa ini, merasa itu," ucapnya di Kantor MPW PP Sumut, Jalan Thamrin, Medan, Rabu (26/9).
-
Siapa pelaku pembunuhannya? Seorang remaja berusia 14 tahun ditangkap atas tuduhan kasus pembunuhan.
-
Apa yang dilakukan pelaku? Mereka juga meminta Y agar menyerahkan diri agar dapat diperiksa. 'Saya imbau kepada yang diduga pelaku berinisial Y yang sesuai dengan video yang beredar agar menyerahkan diri,' kata Rahman saat dikonfirmasi, Minggu (28/4).
-
Siapa yang membunuh korban? Jasad wanita berinisial R (34) ditemukan di Dermaga Ujung Pulau Pari dengan kondisi sudah membusuk pada 13 April 2024. Pembunuhan tersebut dilakukan oleh pelaku berinisial N yang diketahui memesan layanan Open BO dari R melalui aplikasi WeChat.
-
Kenapa korban dibunuh? 'Oleh karena pelaku menolak untuk membayar 100 ribu selanjutnya korban memaki-maki dan mengancam pelaku dengan kata-kata yang kasar dan mengancam untuk memanggil abang-abang (keluarga) yang daripada korban,' kata Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Wira Satya Triputra, Kamis (25/4).
-
Siapa yang melakukan penganiayaan? Seorang bocah berusia 8 tahun di Semarang diduga dibakar teman sepermainannya.
-
Siapa yang dituduh terlibat kejahatan perang? Surat perintah tersebut menuduh Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant terlibat secara langsung dalam kejahatan perang, termasuk menggunakan kelaparan sebagai senjata, melakukan pembunuhan massal, serta tindakan tidak manusiawi lainnya.
Anwar masih menyimpan kekecewaan kepada Joshua Openheimer. Kata dia, sutradara asal Amerika Serikat itu tidak pernah lagi menghubunginya.
Pada konferensi pers, Anwar mengaku bingung karena tidak pernah nonton film The Act of Killing. Dia menyatakan ingin sekali menonton film The Act of Killing secara penuh. "Siapa yang tidak ingin? Tapi sampai sekarang saya belum mendapatkannya," ujar Anwar.
Seorang jurnalis yang ikut dalam temu pers itu mengaku sudah menonton film ini di Jakarta. "Filmnya bagus banget, layak dapat penghargaan. Tapi diputarnya masih secara rahasia," ujarnya.
Sementara, Anwar juga kembali mengaku merasa tertipu dengan pembuatan film itu. "Soal langkah hukum, saya akan bicarakan dengan penasihat hukum saya," sebut dia.
Saat memberikan keterangan, Anwar didampingi Ketua MPW PP Sumut Anuar Shah, tokoh pemuda yang biasa disapa Aweng. Dia menilai film yang dibuat Joshua itu tidak lengkap. "Hanya sepotong-sepotong. Seharusnya dia juga menceritakan ulama dan tokoh PP yang jadi korban PKI. Seharusnya wartawan berimbang," ucap Aweng yang mengaku belum menonton film itu.
Menurut dia, Act of Killing mendiskreditkan PP. Dia pun tidak ingin film itu diputar di Sumut. "Terus terang saya keberatan jika film itu tidak berimbang. Kalau disetujui kita akan buat film sebenar-benarnya," katanya.
Seperti diberitakan The Act of Killing memotret peristiwa pembantaian anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) bersama etnis Tionghoa dari sudut pelaku.
Cuplikan film sudah beredar di internet. Trailer ini menampilkan betapa gembiranya para pelaku berseragam sebuah organisasi pemuda yang masih ada sampai kini karena berhasil membasmi pendukug PKI. Wajah mereka juga tidak menampakkan penyesalan. Ditambah lagi muncul dua tokoh, yakni mantan wakil presiden Jusuf Kalla dan Ketua Majelis Pimpinan Nasional Pemuda Pancasila Japto Soerjosoemarno.
Bukan sekadar cerita dan tokohnya yang kontroversial, penggarapannya juga bisa menjadi polemik. Oppenheimer bekerja sama dengan sejumlah pihak di Indonesia, namun identitas mereka disembunyikan.
Oppenheimer berhasil meminta Anwar dan rekan-rekannya membuat film tentang pengalaman mereka masa muda yang menggemari film-film koboi, termasuk saat mereka membasmi PKI. Alhasil, film diberi judul Arsan dan Aminah itu menjadi bagian dari The Act of Killing.
Ironisnya, Anwar yang menjadi pemeran utama tahunya film itu berjudul Arsan dan Aminah, bukan The Act of Killing. "Dari judul saja saya sudah ditipu," ucapnya. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Wowon, Solihin dan Dede merupakan pelaku pembunuhan berantai di Kota Bekasi dan Cianjur.
Baca SelengkapnyaAmmar Zoni tak bisa hadir di persidangan, jadi dia memilih mengikuti sidang dari Rutan Salemba melalui zoom.
Baca SelengkapnyaNamun, dalam acara tersebut mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu tak ujuk-ujuk digantung. Dia justru merayakan momen ulang tahunnya yang ke-54.
Baca SelengkapnyaAmmar Zoni dituntut penjara 12 tahun dan denda Rp 2 miliar. Ammar Zoni yang hanya bisa terdiam.
Baca Selengkapnya