Apa itu astrofotografi yang bikin NU-Muhammadiyah 'islah'
Merdeka.com - Memperdebatkan hisab dan rukyat dalam menentukan awal bulan Ramadan dan Syawal seperti tak ada pangkal ujungnya. Baik Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) mengklaim masing-masing paling benar.
Hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriah. Metode ini biasanya digunakan oleh Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan Ramadan dan Syawal.
Sedangkan rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang nampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak (konjungsi). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Rukyat dilakukan setelah Matahari terbenam. Metode ini biasanya digunakan oleh NU.
-
Bagaimana cara menentukan awal Ramadhan? Sidang isbat bertujuan untuk memastikan penampakan hilal dan menetapkan secara resmi awal puasa.
-
Bagaimana cara menghitung kalender Hijriyah? Berbeda dengan kalender Masehi, kalender Hijriyah mengandalkan perputaran bulan sebagai dasar perhitungan waktu.
-
Apa itu Yaumul Hisab? Amal yang diperbuat oleh tiap manusia kelak akan dihitung dan ditimbang oleh Allah SWT. Peristiwa perhitungan amal manusia kelak di akhirat disebut dengan Yaumul Hisab.
-
Bagaimana cara menghitung bulan Rajab? Bulan Rajab adalah salah satu dari empat bulan haram dalam kalender Hijriah bersama dengan Muharram, Dzulhijjah, dan Zulkaidah.
-
Bagaimana cara menentukan awal Zulhijah? Sidang isbat dilakukan dengan merujuk pada hasil rukyatul hilal, di mana pelaksanaannya berada pada titik di seluruh Indonesia.
-
Kapan bulan Syawal dimulai? Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,Pada kesempatan yang mulia ini, Alfaqir ingin menyampaikan empat hal atau empat amaliah penting di bulan Syawal ini.
Mulai tahun ini sepertinya sudah ada titik temu antara Muhammadiyah dengan NU dalam menentukan awal Ramadan dan Syawal. Apalagi jika masih menggunakan metode lama, penetapan awal Ramadan tahun ini antara Muhammadiyah dan NU kemungkinan berbeda.
Saat ini dikembangkan teknik astrofotografi. Metode ini sepertinya bisa menjadi jembatan 'islah' antara Muhammadiyah dengan NU dalam menentukan awal bulan Ramadan dan Syawal.
"Ini merupakan upaya untuk menyatukan umat Islam di Indonesia. Jadi saya optimis, masalah perbedaan penentuan awal Ramadan dan 1 Syawal tahun ini bisa disatukan," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin usai menghadiri Workshop Festival Astrofotografi di Jatim Expo (JX) Surabaya, Sabtu (26/4) lalu.
Lalu apa sebenarnya astrofotografi itu? Dilansir dari Wikipedia, astrofotografi adalah sebuah jenis khusus dari fotografi yang memerlukan gambar pencatatan objek astronomi dan daerah besar di langit malam.
Foto pertama dari objek astronomi (bulan) diambil pada tahun 1840, tapi tidak sampai akhir abad ke-19 bahwa kemajuan teknologi memungkinkan untuk fotografi bintang yang lebih rinci. Selain mampu merekam secara detail benda seperti Bulan, Matahari, dan planet-planet, astrofotografi memiliki kemampuan untuk merekam objek gambar tidak terlihat oleh mata manusia seperti bintang redup, nebula, dan galaksi.
Hal ini dilakukan oleh paparan lama sejak kedua film dan kamera digital dapat menumpuk dan jumlah foto cahaya selama ini jangka waktu yang lama. Dalam penelitian astronomi profesional, fotografi merevolusi lapangan, dengan eksposur lama merekam ratusan ribu bintang baru dan nebula yang tak terlihat oleh mata manusia, yang mengarah ke teleskop optik khusus dan semakin besar yang pada dasarnya besar "kamera" yang dirancang untuk mengumpulkan cahaya untuk direkam pada film.
"Saya optimis masalah perbedaan yang selama ini terjadi, akan bisa teratasi dengan cara dan atau melalui ilmu pengetahuan dan teknologi. Saya sangat yakin perbedaan umat Islam di Indonesia bisa disatukan," kata Din.
Sementara itu, penggagas metode Astrofotografi sendiri mengatakan, astrofotografi ini mampu dijadikan sebagai solusi penyatuan hisab dan rukyat. Bahkan, Agus sangat yakin, metode yang digagasnya itu bisa memberi hasil yang sama antara metode hisab dan rukyat.
Sebab metodologi astrofotografi ini berdasar Rukyah Qobla Ghurub (RQG). "Sekarang kita coba cermati pada sidang isbat tahun 2010, karena perbedaan pandangan, sidang diwarnai walk out. Kemudian tahun 2012, ada yang tidak hadir. Dan pemandangan yang sama juga terjadi di tahun 2013. Terlepas salah atau benar ternyata sidang isbat sudah tidak mampu lagi menjadi media pemersatu umat," terang penulis buku berjudul: Jangan Asal Ikut-Ikutan Hisab dan Rukyat itu.
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gelar Salat Idulfitri Hari Ini, Pimpinan An Nadzir Gowa: Junjung Tinggi Toleransi
Baca SelengkapnyaSamiruddin menyebut berdasarkan pengamatan bulan tersebut, Ramadan 1445 H berjumlah 29 hari
Baca SelengkapnyaSidang Isbat adalah salah satu cara yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Agama untuk penentuan awal Ramadan, Idulfitri, Iduladha.
Baca SelengkapnyaPersamaan hasil penghitungan penetapan Ramadan tahun ini sangat mungkin terjadi.
Baca SelengkapnyaPenetapan awal Ramadan 2024 ini berdasarkan hasil pemantauan lokasi titik rukyatul hilal di seluruh Indonesia.
Baca SelengkapnyaSurat tersebut ditandatangani oleh Wakil Ketua dan Wakil Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Hamim Ilyas dan Atang Solihin.
Baca SelengkapnyaJemaah An Nadzir Gowa, Sulsel, menetapkan 1 Ramadan 1445 H atau awal pelaksanaan ibadah puasa pada Senin (11/3) nanti.
Baca SelengkapnyaMelalui sidang isbat, Kemenag menetapkan 1 Zulhijah 1444 Hijriyah jatuh pada hari Selasa, 20 Juni 2023.
Baca SelengkapnyaHari Raya Idul Adha di Indonesia tahun ini jatuh pada hari yang berbeda dengan yang ditetapkan Pemerintah Arab Saudi.
Baca SelengkapnyaSamiruddin menegaskan menjunjung tinggi tolerasi dan tetap berpagang pada Alquran dan Hadis
Baca SelengkapnyaTarawih pertama 2024 diperkirakan tanggal 10 dan 11 Maret.
Baca Selengkapnya