Arca dewa ditemukan di Tulungagung, sisa reruntuhan Kerajan Majapahit?
Merdeka.com - Belakangan ada berita yang cukup menghebohkan. Desa Ngrejo, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mendadak menjadi lokasi yang ramai dikunjungi warga setempat. Hal itu disebabkan oleh penemuan tak terduga berupa benda arkeolog bersejarah dengan bentuk arca dewa.
Ada seorang petani di desa tersebut yang menemukan arca itu saat dirinya tengah membersihkan ladang jagung miliknya. Memang, ladang jagung tersebut berada di kawasa bekas hutan lindung yang kini sudah gundul.
Sebagaimana keterangan resmi Kepala Seksi Pelestarian Cagar Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tulungagung, Winarto, arca berukuran 50 x 80 centimeter itu ditemukan Surani dalam kondisi terpendam dalam ranah.
-
Dimana ditemukannya patung dewa asmara? Artefak ini terdiri dari patung dewa asmara yang langka, pembersih kuku Romawi, tembikar, koin, dan perhiasan.
-
Apa artefak yang ditemukan? Peneliti menemukan sisa-sisa ramuan halusinogen Mesir kuno di dalam sebuah vas bunga berusia 2.200 tahun.
-
Dimana artefak itu ditemukan? Artefak ini ditemukan saat mereka sedang melakukan survei di luar Ringsted, sebuah kota di pulau Selandia.
Pak Surani dan beberapa petani sedang duduk-duduk saat tak sengaja melihat ada struktur batu menyerupai kepala manusia tersembul di atas tanah," ucap Winarto, menceritakan kronologi penemuan situs, akhir pekan lalu, dilansir Antara, Minggu, 4 Maret 2018.
Tak menunggu lama, Surani dibantu beberapa petani lain kemudian melakukan penggalian dan mendapati struktur batu berbentuk patung arca dewa.
Ada struktur batuan lain, reruntuhan candi?Kabar temuan situs arkeologi itu dengan cepat beredar luas. Alhasil, sejumlah warga lainnya, termasuk penggiat Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Ngrejo datang dan menyisir area temuan benda purbakala itu.
Selanjutnya, ada beberapa struktur batuan lain ditemukan tak jauh dari titik lokasi temuan arca. Di antaranya berbentuk umpak (fondasi tiang bangunan), sumuran atau petirtaan kecil serta sejumlah gerabah kuno.
"Sabtu kemarin (2/3/2018) kami dari Dinas Budpar bersama bagian Litbang Bappeda Tulungagung memverifikasi di lapangan guna mendata awal temuan itu," ujar Winarto.
Namun, ia belum memastikan jenis maupun usia arca yang kini disimpan di rumah Surani di Desa Ngrejo, Kecamatan Tanggunggunung itu.
Diduga Arca NandiswaraOtoritas Kabupaten Tulungagung masih akan berkoordinasi Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan guna meneliti lebih lanjut arca dewa itu. Mereka sekaligus mengekskavasi di sekitar lokasi temuan.
Semula, benda itu diduga jenis arca Agastya (Dewa Agastya) karena strukturnya mirip. "Tapi, setelah kami diskusikan dengan teman-teman arkeologi, dugaan awal mengerucut ke arca Nandiswara," ujar staf BPCB Trowulan yang bertugas sebagai pengelola Museum Wajakensis Tulungagung, Hariyadi.
Namun, ia menegaskan kesimpulan tersebut masih bersifat dugaan awal. Kepastian mengenai jenis arca dan apakah ada situs lain di sekitar lokasi akan diteliti lebih lanjut oleh tim ahli arkeologi dari BPCB Trowulan, seperti sudah dikoordinasikan oleh pihak Pemkab Tulungagung melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat.
Sementara menunggu tim BPCB Trowulan, menurut Hariyadi, melalui dinas pariwisata dan pemerintah desa telah meminta Pokdarwis dan warga Desa Ngrejo untuk membantu pengamanan lokasi.
"(Terutama mencegah) kemungkinan terjadi perusakan ataupun penjarahan benda purbakala yang masih tertinggal," katanya.
Candi peninggalan Majapahit tersebar di TulungagungPeninggalan Kerajaan Majapahit berupa arca maupun candi memang banyak tersebar di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Bila menempuh perjalanan darat, jarak Tulungagung ke Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, sejauh sekitar 111 kilometer.
Sejauh ini, kawasan Trowulan diduga adalah pusat Kerajaan Majapahit yang pernah berjaya di nusantara (nama lama Indonesia). Kerajaan ini berdiri dari tahun 1293 hingga 1500 Masehi.
Mengutip laman resmi Bappeda Tulungagung, ada beberapa candi peninggalan kerajaan yang terkenal dengan Raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajah Mada tersebut. Di antaranya Candi Gayatri di Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu. Candi Hindu ini dibangun sekitar tahun 1367-1369 Masehi.
Di dalam kawasan candi ini terdapat satu candi induk dan dua candi perwara di sebelah selatan dan utaranya. Candi induk berukuran 11,40 x 11,40 meter, mempunyai arca Gayatri (arca wanita dari ratu Sri Rajapatni, nenek dari Raja Hayam Wuruk)) dengan panjang 1,1 meter, lebar 1 meter, dan tinggi 1,2 meter.
Pada candi perwara di sebelah selatan terdapat arca Nandi, arca Dwarapala dan arca Mahisasura Nandini. Pada candi perwara di sebelah utara terdapat dua patung yoni yang disangga oleh kepala naga, arca Ganesa dan sebuah patung Jaladwara.
Selain itu, ada Candi Mirigambar yang terletak di Desa Mirigambar, Kecamatan Sumbergempol. Waulaupun agak sulit dicapai candi ini agak besar. Terletak di sebelah lapangan sepak bola dengan suasana yang tenang dan sepi. Keadaan bangunan ini agak runtuh dan dindingnya kemiringan. Masih ada relief-relief yang berkualitas tinggi.
Candi Mirigambar terbuat dari batu bata, tampak pada Batur baru persegi, beserta sebuah undakan yang dipenuhi ornamen. Diperkirakan dibangun pada akhir abad XIII hingga akhir abad XIV pada zaman Kerajaan Majapahit.
Kondisi candi yang tersusun dari batu bata ini telah runtuh tinggal menyisakan bagian kaki dan gapura. Meskipun demikian keindahan seni pahat pada candi ini masih dapat dinikmati.
Keindahan tersebut tercermin pada sisa-sisa reliefnya yang terpahat halus di permukaan batu bata. Relief tersebut mengisahkan tentang legenda Angling Dharma, sehingga Candi Mirigambar sering juga disebut dengan sebutan Candi Angling Dharma.
Sumber: Liputan6.com (mdk/ega)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada masa Hindu, wilayah Demak sudah berkembang menjadi permukiman Hindu.
Baca SelengkapnyaFenomena bumi terbelah berupa bungker kuno peninggalan Kerajaan Majapahit ditemukan di Gresik.
Baca SelengkapnyaCandi Morangan ditemukan dalam kondisi runtuh pada tahun 1884
Baca SelengkapnyaWarga Sleman temukan archa Ganesha dan langsung jadi tontonan.
Baca SelengkapnyaArca ini setengahnya berbentuk pria dan setengahnya wanita.
Baca SelengkapnyaPemkab Trenggalek tengah melakukan ekskavasi Situs Cagar Budaya Gondang di Desa Gondang, Kecamatan Tugu.
Baca Selengkapnya"Kalau ini memang betul candi tertua harus kita pelihara," kata Kepala Disdikbud Batang.
Baca SelengkapnyaCandi ini dibangun sebagai penghormatan anak kepada ayah
Baca SelengkapnyaPenemuan candi ini begitu misterius karena tidak ada bukti mengenai siapa yang membangun dan kapan dibangun.
Baca SelengkapnyaTemuan tersebut di antaranya dua kepala arca dan batu berbentuk pion berjumlah lima serta temuan batu lulumpang.
Baca SelengkapnyaArca ini merupakan salah satu bukti kesaktian Raja Kediri, Jayabaya.
Baca SelengkapnyaDiduga pada abad ke 8-9 Masehi peradaban di tempat itu sudah sangat maju.
Baca Selengkapnya