ASN Jadi Pemasok Senjata KST Papua, Diduga karena Motif Bisnis atau Ideologi
Merdeka.com - Pengamat Terorisme Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Zaki Mubarak menduga ada dua kemungkinan yang membuat seorang bisa bergabung ke dalam Kelompok Separatis Teroris (KST) di Papua. Hal itu menyusul ditangkapnya salah satu Aparatur Sipil Negara (ASN) berinisial ES yang diduga terlibat sebagai pemasok senjata api untuk KST.
"Motifnya bisa dua hal: bisnis atau ideologis. Jika bisnis, berarti hanya sekedar cari untung. Harga yang diberikan KST lumayan menggiurkan," kata Zaki saat dihubungi merdeka.com, Jumat (24/9).
Karena, Zaki menilai bila KST di Papua memiliki finansial yang cukup baik dari hasil pengamanan berbagai proyek. Sehingga untuk mendapat senjata tidak terlalu sulit, sebagian bisa dari wilayah bekas konflik di Maluku dan Poso, maupun senjata-senjata selundupan dari Filipina.
-
Bagaimana cara Kemendag berikan bantuan ke Papua? 'Kegiatan ini merupakan bukti kehadiran negara, yang diwakili oleh Kementerian Perdagangan, di manapun masyarakat berada. Apa yang dirasakan masyarakat Papua Tengah, khususnya Kabupaten Puncak, kami juga merasakan sebagai bentuk tali asih,'
-
Bagaimana Satgas BAKTI mengatasi kendala di Papua? Sementara itu, terdapat 297 lokasi lainnya yang masih dalam tahap pembangunan karena menghadapi kendala masalah keamanan di wilayah Papua.
-
Kenapa Kemendag berikan bantuan ke Papua Tengah? Terkait dengan bencana kekeringan dan cuaca dingin ekstrem yang dialami wilayah Papua Tengah, pemerintah tidak tinggal diam. Melalui Kementerian Perdagangan, bantuan 'Kemendag Peduli' diserahkan langsung di bawah pimpinan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.
-
Bagaimana cara kelompok Kuda Kepang mendapatkan bantuan? Jika ingin dapat bantuan, kita harus melengkapi beberapa administrasi.
-
Siapa yang terlibat dalam konflik Papua? Gerakan Papua Merdeka semakin terorganisir melalui budaya, sosial, politik luar negeri, senjata, bahkan berhasil menarik perhatian aktivis NGO.
-
Mengapa KKB Papua menyerang Brimob dan TNI? Gerakan mereka lambat laun semakin meresahkan dan mengancam keselamatan warga Papua yang tidak tahu menahu dengan agenda aktivitas kelompok bersenjata tersebut.
Sedangkan untuk faktor kedua, lanjur Zaki, adalah faktor ideologis. Seperti ditangkapnya ES, meski sebagai ASN namun dia menduga kalau ideologinya bukan pada NKRI melainkan Papua Merdeka.
"Orang-orang seperti ini bisa manfaatkan posisinya sebagai PNS untuk membantu KST, baik dari segi finansial, jaringan, termasuk mensuplai senjata. Jika motifnya idelogis, tentu lebih mengkhawatirkan dan berbahaya," terangnya.
Oleh sebab itu, Zaki mendorong agar aparat segera menggali dan memastikan motif dari ES yang kedapatan terlibat menjadi pemasok senjata api ke KST. Termasuk dari mana dia mendapatkan suplai senjata tersebut.
Karena dia menyakini kalau ES tidak bergerak sendirian dalam menjalankan bisnis senjata ilegal tersebut. Sehingga banyak kemungkinan yang bisa melatarbelakangi sampai ES berani membelot ke KST.
"Ada berbagai kemungkinan. Jika di TNI saja, yang sudah mendapatkan pendidikan keras soal wawasan kebangsaan, bisa membelot apalagi Akan yang relatif longgar," katanya.
Pasalnya, bagi aparat-aparat desa di wilayah konflik selalu dalam posisi yang sulit. Mereka harus melakukan pilihan- pilihan yang penuh risiko, termasuk juga bisa dialami ES. Dimana bila dianggap terlalu pro NKRI dan berpartisipasi memburu anggota KST, pasti akan dianggap musuh oleh yang KST.
"Keselamatannya bisa terancam kapan saja. Sebaliknya jika mereka pasif atau terkesan membantu KST, tentu saja kan mendapat tekanan dari aparat keamanan Indonesia. Biasanya di desa-desa yang intensitas konflik tinggi mereka akan cenderung menghindari risiko," sebutnya.
"Secara formal mendukung NKRI tetapi tidak konfrontatif terhadap gerakan KST. Ini bisa dipahami karena kemampuan TNI dan Polri juga sangat terbatas dalam melindungi keselamatan aparat-aparat di desa atau daerah-daerah yang rawan konflik itu. Kehadiran aparat keamanan di daerah itu juga tidak intensif," tambahnya.
Sebelumnya, ES, seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) Yahukimo, Papua ditangkap karena diduga menjadi pemasok atau penyuplai senjata api ke Kelompok Separatis Teroris (KST) di wilayah itu. Polisi masih mendalami lebih jauh keterlibatan ES. Adapun penyelidikan yang dilakukan dengan memeriksa laptop maupun ponsel milik ES.
"Masih didalami untuk pemeriksaan lebih lanjut, karena hasil pemeriksaannya dia masih lari-lari (berkilah). Kita sudah lihat sebagian file yang ada pada laptop dan handphone yang bersangkutan," kara Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ahmad Mustofa Kamal, saat dihubungi merdeka.com, Jumat(24/9).
Dari pemeriksaan yang dilakukan, ditemukan sejumlah file yang disimpan ES sebagai data perhitungan peluru maupun barang-barang lainnya.
"Ya, kita sedang cari tahu waktu dia menghitung peluru dan sebagainya," katanya.
Kamal menegaskan, pihaknya akan kembangkan adanya dugaan pihak-pihak lain yang terlibat dengan ES dalam kasus pemasok atau penyuplai senjata api kepada KST.
"Iya, penyidik akan bongkar isi laptop dan hp. Dari situ akan terlihat siapa saja dia berkomunikasi dengan siapa aja dia transaksi," jelasnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peneliti dan Ahli Militer Made Tony Supriatna menjelaskan kondisi di Papua.
Baca SelengkapnyaDalam operasi preventif yang dilakukan oleh aparat TNI-Polri, mereka menemukan senjata yang akan diselundupkan untuk teroris KKB Papua yang terbaru dan canggih.
Baca SelengkapnyaPenangkapan dilakukan di Jalan Merdeka, Karang Mulya, Nabire pada Jumat, 25 Oktober 2024, sekitar pukul 08.58 WIT.
Baca SelengkapnyaDalam lawatannya ke Tanah Papua, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mengatakan mengutamakan pendekatan lembut
Baca SelengkapnyaBerikut potret Bang Alex Komandan Pandawa Kostrad pemimpin pasukan TNI.
Baca SelengkapnyaSenjata FN tersebut diduga milik pilot heli yang hilang kontak di Pegunungan Bintang tahun 2019.
Baca SelengkapnyaLetjen TNI Muhammad Saleh Mustafa bertandang ke zona hitam Papua, lengkap disertai dengan pengawalan ketat.
Baca SelengkapnyaDari keterangan Otto Burdam dan Mozes Rumbrapuk terungkap keduanya terlibat memasok senpi dan amunisi ke KKB sejak tahun 2023.
Baca SelengkapnyaTerkait pernyataan Panglima TNI tersebut, nampaknya dinilai bukan untuk menyelesaikan masalah, melainkan memperpanjang konflik di Papua.
Baca SelengkapnyaBuntut kejadian itu, belasan prajurit dari satuan Batalion Infanteri Raider 300/Braja Wijaya jalani pemeriksaan internal
Baca SelengkapnyaBerikut potret rumah yang ditembaki dan dibakar oleh KST Papua.
Baca SelengkapnyaSenjata api generasi baru KKB ini disita dari Kamp Bandara Batas Batu.
Baca Selengkapnya