Awal Ramadan, Muhammadiyah-NU siap 'islah' lewat Astrofotografi
Merdeka.com - Fenomena perbedaan penentuan awal Ramadan dan Syawal selalu muncul tiap tahun. Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU), memiliki metodologi berbeda. Namun, untuk tahun 2014 ini, dua organisasi Islam terbesar di Indonesia ini, siap 'islah' menggunakan teknik Astrofotografi.
"Ini merupakan upaya untuk menyatukan umat Islam di Indonesia. Jadi saya optimis, masalah perbedaan penentuan awal Ramadan dan 1 Syafal tahun ini bisa disatukan," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin usai menghadiri Workshop Festival Astrofotografi di Jatim Expo (JX) Surabaya, Sabtu (26/4).
Seperti diketahui, dalam menentukan 1 Ramadhan dan 1 Syawal itu, ada dua metodologi. Yang pertama berdasarkan Hisab, yaitu perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan pada kalender Hijriyah. Metodologi ini, biasa dilakukan Muhammadiyah.
-
Apa yang dilakukan umat Islam di Ramadan? Salah satu praktik yang umum dilakukan selama bulan suci ini adalah memberikan kultum singkat sebelum atau sesudah shalat tarawih atau menjelang buka puasa.
-
Kapan umat Islam memasuki bulan Ramadan? Umat Islam sebentar lagi akan memasuki bulan suci Ramadan.
-
Bagaimana cara menghitung kalender Hijriyah? Berbeda dengan kalender Masehi, kalender Hijriyah mengandalkan perputaran bulan sebagai dasar perhitungan waktu.
-
Apa itu Yaumul Hisab? Amal yang diperbuat oleh tiap manusia kelak akan dihitung dan ditimbang oleh Allah SWT. Peristiwa perhitungan amal manusia kelak di akhirat disebut dengan Yaumul Hisab.
-
Mengapa Yaumul Hisab sangat penting? Pada hari itu manusia tidak akan dapat mengelak dan berdusta tentang segala perbuatannya. Sebab seluruh anggota tubuhnya akan menjadi saksi atas segala perbuatannya.
-
Kenapa Ramadan penting untuk umat Islam? Di tengah kesibukan dan hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari, bulan Ramadan memberikan kesempatan yang berharga bagi umat Islam untuk memperdalam spiritualitas mereka dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Yang kedua adalah dengan cara Rukyat, yaitu aktivitas mengamati visibilitas hilal, untuk mengetahui penampakan bulan sabit yang nampak kali pertama setelah terjadinya ijtimak (konjungsi). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang atau dengan alat bantu optik seperti teleskop.
Karena hilal hanya akan tampak setelah matahari terbenam atau waktu magrib, maka Rukyat dilakukan setelah matahari terbenam. Hal ini disebabkan, intensitas cahaya hilal sangat redup dibanding dengan cahaya matahari, serta ukurannya sangat tipis.
Topik pilihan: Pembajakan Virginblue | Pemilu 2014 | Pelecehan Seksual di JIS | Jokowi ahok | Dahlan Iskan
Jika hilal terlihat, maka pada petang (maghrib) waktu setempat telah memasuki bulan (kalender) baru Hijriyah. Dan apabila tidak terlihat, maka awal bulan ditetapkan mulai magrib hari berikutnya. Metodologi inilah, yang biasa digunakan Nahdliyin untuk menentukan 1 Ramadhan dan 1 Syawal.
Karena perbedaan inilah, khususnya di Indonesia, umat Islam kadang memulai awal Ramadhan dan Syawal di hari yang berbeda. Namun, untuk tahun ini (2014) diyakini, antara Muhammadiyah dan NU akan kompak.
Sebab, ada metodologi baru yang digagas Agus Mustofa untuk menyeragamkan perbedaan metodologi tersebut. Agus memiliki solusi terkait penentuan awal Ramdhan 1435 Hijriyah.
Agus yang juga seorang penulis buku tentang Tasawuf Modern itu, menggagas teknik Astrofotografi, yang akan menjadi jalan tengah persoalan Hisab dan Rukyat. Astrofotograhi ini, berdasarkan ilmu pengetahuan modern.
Dan dengan tekni Astrofotografi ini, Din Syamsudin mengaku optimis perbedaan penentuan awal Ramdhan dan 1 Syawal bisa disatukan. Dengan metode Astrofotografi yang digagas Agus Mustofa itu, dia juga berharap perbedaan yang selama ini terjadi di Indonesia bisa teratasi.
"Saya optimis masalah perbedaan yang selama ini terjadi, akan bisa teratasi dengan cara dan atau melalui ilmu pengetahuan dan teknologi. Saya sangat yakin perbedaan umat Islam di Indonesia bisa disatukan," katanya yakin.
Sementara itu, penggagas metode Astrofotografi sendiri mengatakan, Astrofotografi ini mampu dijadikan sebagai solusi penyatuan Hisab dan Rukyat. Bahkan, Agus sangat yakin, metode yang digagasnya itu bisa memberi hasil yang sama antara metode Hisan dan Rukyat.
Sebab, metodologi Astrofotografi ini, berdasar Rukyah Qobla Ghurub (RQG). "Sekarang kita coba cermati pada sidang Isbat tahun 2010, karena perbedaan pandangan, sidang diwarnai walk out. Kemudian tahun 2012, ada yang tidak hadir. Dan pemandangan yang sama juga terjadi di tahun 2013. Terlepas salah atau benar ternyata sidang Isbat sudah tidak mampu lagi menjadi media pemersatu umat," terang penulis buku berjudul: Jangan Asal Ikut-Ikutan Hisab dan Rukyat itu.
Teknik Astrofotografi ini, lanjut dia, adalah merukyat hilal sebelum magrib. Dengan cara itu, pembuktian hadirnya bulan sabit awal Ramadan ataupun 1 Syawal tidak perlu menunggu saat matahari tenggelam atau mahgrib, melainkan bisa dilakukan di siang hari atau pagi hari.
Dia menjelaskan, pergantian bulan Hijriah dari Syakban ke Ramadhan tahun 2014 ini, akan terjadi pada tanggal 27 Juni pukul 15.09 WIB. "Dengan RQG, tim Astrofotografi sudah bisa memotret dan merekam posisi bulan sebelum ijtimak dan sesudahnya di waktu ashar. Saat-saat peralihan bulah Syakban ke Ramadhan, akan dipotret dan direkam selama dua sampai tiga jam," papar dia.
Agus juga sangat yakin, kalau tahun 1435 Hijriyah ini, hilal dipastikan tidak tampak karena ukurannya sangat tipis, yaitu sekitar 0,5 derajat. "Sehingga, para penganut metodologi Hisab, akan memutuskan awal Ramadhan pada tanggal 28 Juni. Sedangkan, penganut Rukyat tidak bisa melihat hilal dan baru akan memulai puasa Ramadhan pada 29 Juni."
Tapi, masih kata dia, jika pemerintah sepakat dengan hasil Astofotografi, maka bisa dipastikan awal Ramadhan 1435 Hijriyah akan terjadi bersamaan dan bisa dibuktikan dengan visual serta foto pada sore hari. "Karena hilal sudah akan terlihat pada sore hari yaitu sekitar pukul 15.09 WIB di tanggal 27 Juni," tandas dia.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sidang Isbat adalah salah satu cara yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Agama untuk penentuan awal Ramadan, Idulfitri, Iduladha.
Baca SelengkapnyaJemaah An Nadzir Gowa, Sulsel, menetapkan 1 Ramadan 1445 H atau awal pelaksanaan ibadah puasa pada Senin (11/3) nanti.
Baca SelengkapnyaTarawih pertama 2024 diperkirakan tanggal 10 dan 11 Maret.
Baca SelengkapnyaPersamaan hasil penghitungan penetapan Ramadan tahun ini sangat mungkin terjadi.
Baca SelengkapnyaPenetapan awal Ramadan 2024 ini berdasarkan hasil pemantauan lokasi titik rukyatul hilal di seluruh Indonesia.
Baca SelengkapnyaGelar Salat Idulfitri Hari Ini, Pimpinan An Nadzir Gowa: Junjung Tinggi Toleransi
Baca SelengkapnyaAlur sidang Isbat awal Zulhijah dimulai dengan seminar secara hibrid terkait kriteria penetapan awal bulan Hijriyah.
Baca SelengkapnyaSidang isbat akan digelar secara hybrid, daring, dan luring.
Baca SelengkapnyaSurat tersebut ditandatangani oleh Wakil Ketua dan Wakil Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Hamim Ilyas dan Atang Solihin.
Baca SelengkapnyaMelalui sidang isbat, Kemenag menetapkan 1 Zulhijah 1444 Hijriyah jatuh pada hari Selasa, 20 Juni 2023.
Baca SelengkapnyaSamiruddin menyebut berdasarkan pengamatan bulan tersebut, Ramadan 1445 H berjumlah 29 hari
Baca Selengkapnya"Umat Islam diimbau untuk tetap menjaga ukhuwah Islamiyah dan toleransi dalam menyikapi potensi perbedaan penetapan 1 Ramadan," kata Menag
Baca Selengkapnya