Balita disiksa dan digantung ibu asuhnya di pohon dekat mal
Merdeka.com - Seorang balita berusia empat tahun dianiaya dan digantung oleh ibu asuhnya di atas sebuah pohon, di Jalan Pejanggik, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) Sabtu (30/11) sore lalu.
"Dia dianiaya di depan umum, perutnya diikat dan digantung di ranting pohon tidak jauh dari Mataram mall," Kata Joko Jumadi divisi advokasi, Lembaga Perlindungan Anak (LPA) NTB di Mataram, Senin (2/12). Demikian dikutip antara.
Menurut Joko, kasus kekerasan terhadap balita laki-laki ini sudah lama terdeteksi oleh LPA NTB. Sejak berusia tiga tahun, bocah malang ini kerap mendapat kekerasan fisik dan psikis dari ibu kandungnya sendiri.
-
Siapa yang sering melakukan kekerasan pada anak? Sayangnya, sering kali kekerasan ini dilakukan oleh orang-orang terdekat, termasuk orang tua mereka.
-
Apa dampak kekerasan pada anak? Menurut American Psychological Association (APA), anak-anak yang mengalami kekerasan lebih rentan terhadap depresi, kecemasan, agresi, dan perilaku antisosial di kemudian hari.
-
Bagaimana anak menjadi pelaku bullying? Anak-anak yang cenderung melakukan bullying sering kali merasa senang atau puas ketika berhasil membuat orang lain merasa tidak nyaman atau takut.
-
Apa tanda anak mengalami kekerasan? Apabila orang tua curiga anak mengalami kekerasan, maka perlu memperhatikan tanda-tanda emosional yang mungkin ditunjukkan.Misalnya seperti anak menjadi murung atau rewel lebih daripada biasanya, anak jadi takut dengan orang asing atau orang tertentu dan anak takut atau menghindari tempat tertentu.
-
Kenapa kekerasan bisa merugikan anak? Mereka berisiko mengalami masalah fisik dan mental, penyalahgunaan narkoba, serta penurunan kualitas hidup yang dapat berlangsung hingga dewasa, bahkan seumur hidup.
-
Kenapa anak itu trauma? Tak hanya luka bakar yang tak kunjung sembuh, kini korban mengalami trauma atas kejadian yang menimpanya “Aku kan biasanya buka jendela kalau pagi-pagi. Terus dia takut, 'jangan dibuka, aku takut kalau dibakar. Itu ada orangnya.' Jadi dia kayak trauma gitu“
Bahkan, balita malang ini kerap ditelantarkan dan ditinggalkan tidur sendiri di teras Mataram mall. Sebelumnya, lanjut Joko, pihak LPA pernah berkeinginan mengambil dan merawat X, namun ditolak ibunya.
Sampai pada hari Sabtu pukul 17.00 Wita, perut X diikat dan digantung di sebuah pohon di Jalan Pejanggik, tidak jauh dari Mataram Mall. Dia digantung sambil dipukul oleh ibu asuhnya.
Kejadian keji ini sempat menyedot perhatian warga yang melintas. Menurut keterangan warga yang berusaha menolong, saat ini X tinggal bersama ibu asuhnya yang merupakan pedagang kaki lima di seputaran Mataram mall.
Balita ini terpaksa dititipkan kepada ibu asuh yang sekarang, lantaran ibu kandungnya menjadi TKI di Malaysia.
Joko melanjutkan, berdasar atas laporan masyarakat inilah LPA NTB dan LPA Kota Mataram melaporkan kasus penganiayaan ini, kepada Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Mataram, Senin. Balita X kini telah dijemput pihak PPA Polres Mataram dan divisum di RS Bhayangkara Mataram. Ia berharap, kasus kekerasan anak ini dapat segera diproses pihak kepolisian.
"Proses hukum bisa nomor sekian. Tapi prinsip dari kami LPA, anak itu bisa kita amankan dan kita lindungi. Kalau memang orang tuanya masih berada di Malaysia, X dapat diasuh dan dibiayai oleh negara," kata Joko menegaskan.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Korban balita akhirnya diselamatkan oleh tetangga.
Baca SelengkapnyaVideo anak perempuan diikat rantai pada bagian leher dengan luka lebam di wajah itu viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaPenganiayaan terhadap RML (5) dilakukan berbulan-bulan. Akibatnya, korban luka-luka di sekujur tubuh.
Baca SelengkapnyaOrang tua korban sudah ditetapkan sebagai tersangka atas kematian anak kandungnya.
Baca SelengkapnyaKetiga pelaku kini ditahan di Rutan Mapolres Buleleng.
Baca SelengkapnyaSeorang ibu di Surabaya menyiksa anak kandungnya sendiri yang masih berumur 9 tahun secara sadis.
Baca SelengkapnyaPolisi menangkap pria pembanting balita hingga leher patah di Condet, Kramatjati.
Baca SelengkapnyaEmosi RA kerap kali tidak terkontrol saat H yang masih tiga tahun itu menangis.
Baca SelengkapnyaSelain cedera otak berat, korban mengalami patah leher akibat dianiaya pacar tantenya.
Baca SelengkapnyaKasus ini terbongkar setelah ibunya curiga dengan perubahan perilaku korban yang cenderung murung dan tak mau bergaul.
Baca SelengkapnyaPolisi memaparkan motif S menggantung putrinya karena permasalahan keluarga.
Baca SelengkapnyaPenyiksaan itu dilakukan ibu kandung sejak sang anak masih berusia 7 tahun.
Baca Selengkapnya