Banjir juga pusingkan Raja Purnawarman dan Belanda
Merdeka.com - Setiap kali musim hujan tiba, warga Ibu Kota dan sekitarnya selalu direpotkan dengan banjir yang menggenang. Banjir seolah menjadi momok menakutkan bagi warga Ibu Kota dan sekitarnya di musim hujan.
Namun banjir yang melanda Jakarta bukan hanya terjadi di era saat ini. Jauh sebelum Indonesia merdeka bahkan di zaman sebelum penjajah Belanda datang, wilayah yang kini disebut Jakarta sudah sering dilanda banjir.
Dari literatur sejarah, banjir sudah terjadi di wilayah yang kini disebut Jakarta sejak 1.600 tahun lalu. Hal ini terlihat dari Prasasti Tugu peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang ditemukan di Cilincing, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Prasasti yang dibuat sekitar tahun 403 Masehi itu bertuliskan tentang penggalian kanal atau Sungai Candrabhaga dan Sungai Gomati oleh Raja Purnawarman dari Kerajaan Tarumanegara.
-
Siapa yang membangun prasasti tersebut? Seorang petani di Ismailia, Mesir menemukan sebuah prasasti batu kuno berusia 2.600 tahun yang didirikan oleh Firaun Apries, yang memerintah Mesir dari tahun 589 hingga 570 SM.
-
Kapan prasasti itu dibuat? Prasasti ini disebut prasasti pemakaman, diyakini berasal dari periode Bizantium.
-
Kapan Bendungan Pucang Gading dibangun? Pintu air itu dibangun pada tahun 1918 oleh pemerintah kota praja Semarang.
-
Kenapa prasasti itu dibuat? Jimat Ajaib 'Sejauh yang kami pahami dari prasasti di dalamnya, ini adalah lempengan jimat ajaib yang dibuat untuk melindungi bangunan atau makam itu dari segala jenis kejahatan dan musuh.
Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman. Prasasti Tugu ditemukan di kampung Batutumbuh, desa Tugu yang sekarang menjadi wilayah kelurahan Tugu selatan, kecamatan Koja, Jakarta Utara.
Topik Pilihan: Jokowi ahok | DKI Jakarta
Namun pada tahun 1911, Prasasti atau Tugu Batu itu dipindahkan ke Museum Bataviaasch genootschap van Kunsten en Wetenschappen atau yang kini disebut sekarang Museum Nasional.
Prasasti Tugu dipahatkan pada batu berbentuk bulat telur berukuran kurang lebih 1 meter. Prasasti Tugu bertuliskan aksara Pallawa yang disusun dalam bentuk seloka bahasa Sansekerta.
Di zaman penjajahan Belanda, banjir juga mengancam wilayah Ibu Kota yang dulu masih bernama Batavia. Saat Jan Pieterszoon Coen saat menjadi gubernur jenderal, dia memimpikan agar Batavia menjadi duplikat Amsterdam di Belanda.
Namun tidak mudah merancang kota pelabuhan yang sering dilanda banjir itu. Batavia lalu dibangun di atas reruntuhan Jayakarta dengan dikelilingi parit-parit, tembok kota, lengkap dengan kanal banjir.
Sungai Ciliwung yang berkelok-kelok dirombak dan dibuat lurus menjadi kali besar dan kanal yang membelah kota Batavia menjadi dua.
Namun kanal ini pun rupanya tidak cukup efektif untuk menahan terjangan banjir di Batavia. Pendangkalan sungai dan kanal, sampah yang menumpuk serta penyempitan daerah aliran sungai (DAS) dan daerah resapan dituding jadi biang kerok semakin meluasnya banjir di Jakarta.
Dan hingga kini banjir masih menjadi momok warga ibu kota. Banjir bahkan sudah identik dengan ibu kota selain macet. Benarkah banjir tidak hilang dari Jakarta?
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Prasasti ini menarik perhatian karena menggunakan bahasa Jawa kuna. Tulisannya pun menggunakan aksara kawi berisi kutukan jika nekat memanfaatkan Sungai Cicatih
Baca SelengkapnyaBangunan bendungan masih tampak kokoh walau beberapa bagiannya sudah tampak tergerus arus air
Baca SelengkapnyaDi prasasti ini menceritakan proyek besar di zaman Kerajaan Pajajaran.
Baca SelengkapnyaBendungan ini dulu jadi lokasi prewedding favorit para penjajah Belanda.
Baca SelengkapnyaMotif kaligrafi tersebut kabarnya dibuat oleh keturunan kerajaan yang sempat mengungsi untuk menghindari kejaran Belanda.
Baca SelengkapnyaBendungan Ancol merupakan hulu dari dua selokan yang ada di Yogyakarta, yaitu Selokan Mataram dan Selokan Van Der Wijk.
Baca SelengkapnyaJembatan-jembatan ini menjadi sumber pengairan bagi lahan pertanian dan perkebunan warga
Baca SelengkapnyaSungai Bogowonto merupakan salah satu sungai besar yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Dulunya sungai itu bernama Watukura
Baca SelengkapnyaKeberadaan Waduk Tempuran diapit oleh dua desa penghasil minyak bumi
Baca SelengkapnyaSitus kuno ini ditemukan para pemancing yang sedang menyelam di malam hari di Sungai Musi, Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaPembangunannya memakan biaya hingga triliunan rupiah pada saat itu.
Baca Selengkapnya