Bantaran Ciliwung boleh dinormalisasi asal jangan dibetonisasi
Merdeka.com - Peliknya masalah sungai Ciliwung hingga kini belum terobati. Banyak rancangan proyek oleh pemerintah baik pusat maupun daerah yang urung terlaksana lantaran saling lempar tanggung jawab untuk mengatasinya.
Sebagaimana kita tahu, saat musim penghujan tiba, warga DKI Jakarta berbondong-bondong mengungsi akibat arus di sungai yang kini mulai 'sakit' itu. Terutama, mereka yang tinggal di bantaran yang ogah pindah dengan berbagai alasannya.
Padahal, kalau dilihat dari kesehariannya, masyarakat yang menetap di bantaran juga turut berkontribusi dalam membuat Ciliwung menjadi sungai yang menakutkan. Mereka dengan mudahnya jadikan aliran sungai tersebut layaknya halaman belakang guna menunjang kehidupan tanpa perlu dipedulikan.
-
Apa dampak dari banjir? Banjir tidak hanya menghancurkan rumah dan infrastruktur, tetapi juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan.
-
Kenapa Ciliwung semakin sempit? Semakin sempit karena populasi.
-
Dimana banjir terjadi? Sejumlah kereta api jarak jauh dari Jakarta tujuan Surabaya mengalami keterlambatan hingga dua sampai tiga jam dari jadwal yang seharusnya, akibat banjir di wilayah Daerah Operasi (Daop) 4 Semarang.
Penduduk bantaran Ciliwung, seolah memfungsikan sungai itu sebagai tong sampah terbesar dan juga merupakan kakus terpanjang. Segala macam benda bisa dan boleh dibuang di kali tersebut. Akibatnya, bila musim tiba banjir pun melanda bantaran kali Ciliwung.
Pemerintah sendiri selalu gembar-gembor ingin melebarkan dan menormalisasi Kali Ciliwung. Kementerian Pekerjaan Umum (KemenPU) berencana melebarkan bantaran Ciliwung khususnya di wilayah Kampung Pulo, Jakarta Timur, menjadi 50 meter dari panjang sekarang yang berkisar 10 meter.
"Ciliwung sekarang 10 m nantinya kita desain menjadi 50 m, di sebelahnya ada jalan inspeksi 7,5 m, target 2016," ungkap Unit Pelaksana Teknis Daerah Bendungan Pamarayan KemenPU, Hartanto, di Gedung BPPT, Jakarta, Senin (20/1) lalu.
Topik pilihan: Sodetan Ciliwung-Cisadane | Jokowi ahok
Rencana normalisasi Ciliwung tersebut mendapat banyak tanggapan, termasuk dari Komunitas Peduli Ciliwung (KPC). Pendiri KPC, Hari Yanto menilai, normalisasi biasanya dilakukan dengan cara membetonisasi bantaran.
Sebenarnya, kata Hari, cara tersebut dinilai malah makin memperparah kondisi Ciliwung. Sebab, karakteristik aliran sungai ini ialah deras dan curam dari hulu menuju hilir.
"Jangan betonisasi, tapi justru biarkan tanah-tanah yang kaya sekarang biar ada resapan. Terus ditumbuhi rindangan pohon di bantarannya. Paling tidak (air) masih bisa diserap oleh tanah. Kalau saat ini kan, jadi alih fungsi, privatisasi yang menyebabkan makan korban (jiwa)," kata Hari kepada merdeka.com, Selasa (21/1).
Maka dari itu, Hari mengharapkan agar KemenPU tidak sewenang-wenang melakukan normalisasi dengan caranya sendiri. Lantaran, bila bantaran sungai dibeton, maka derasnya aliran bakal bertambah cepat menuju hilirnya.
"Kembalikan lagi ke alamnya. Kalau beton, semakin cepat (aliran air) ke hilirnya," tegasnya.
Dirinya bahkan memberikan jalan alternatif kepada KemenPU guna melakukan normalisasi bantaran Ciliwung.
"Kalau pun mau dibeton, saran saya pake beronjong. Beronjong itu terbuat dari kawat baja yang diisi batu. Biar ada keluar masuknya air. Itu alternatifnya tidak ada yang lain. Paling di atasnya nggak masalah di semen (beton). Karena apa, ya itu biar ada air masuk dan keluar," terangnya
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ancaman banjir masih terus membayangi Ibu Kota Jakarta, terlebih ketika musim penghujan tiba.
Baca SelengkapnyaPembebasan lahan ini dilakukan untuk membangun turap atau beton pembatas di sepanjang sisi sungai untuk menahan debit air.
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan, masih terdapat 38 persen pekerjaan rumah dalam menyelesaikan persoalan banjir di Jakarta.
Baca SelengkapnyaMei 2024 ini akan dilakukan pembangunan fisik normalisasi Ciliwung sepanjang 265 meter pada segmen Cililitan.
Baca SelengkapnyaHeru Budi bakal mengevaluasi fungsi Sodetan Ciliwung, Jakarta Timur agar dapat mengurangi banjir
Baca SelengkapnyaCegah Banjir, Pemkab Bekasi Gusur Bangunan Liar di Bantaran Sungai Sukatani
Baca SelengkapnyaProyek sodetan Ciliwung dikerjakan selama 11 tahun.
Baca SelengkapnyaPemerintah provinsi DKI Jakarta terus melakukan berbagai upaya dan langkah untuk mengatasi banjir di Jakarta.
Baca SelengkapnyaKanal Banjir Timur menjadi barometer pengendali banjir di Jakarta.
Baca SelengkapnyaKondisi Sungai Ciliwung mengalami penyusutan drastis akibat musim kemarau yang dipengaruhi fenomena El Nino.
Baca SelengkapnyaDebit air sungai Ciliwung di Bendung Katulampa mengalami penyusutan dengan tinggi muka air (TMA) hanya nol centimeter
Baca Selengkapnya