Banting Setir Manager Hotel di Sikka jadi Petani Ubi Gara-Gara Pandemi
Merdeka.com - Pandemi Covid-19 banyak mematikan bidang usaha. Salah satu yang terdampak adalah bisnis di bidang pariwisata.
Sepinya wisatawan membuat bisnis hotel seolah hidup segan mati tak mau. Dampaknya, banyak karyawan dirumahkan sementara karena perusahaan tak dapat penghasilan.
Seperti yang dialami Fransiskus Lopis, warga Desa Habi, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka. Manager salah satu hotel di Sikka ini coba memutar otak dan mengasah kemampuannya di bidang lain sembari mengisi waktu saat pembatasan sosial. Fransiskus Lopis memilih bertani ubi jalar.
-
Dimana warga menanam sayur? Lahan seluas 900 meter persegi disulap menjadi kebun produktif yang mendatangkan cuan bagi masyarakat.
-
Bagaimana pasangan ini memulai usaha ternak puyuh? Setelah itu mereka mulai merintis beternak puyuh. Uang Rp10 juta hasil pinjaman dari bank digunakan untuk modal awal serta pembangunan kandang seluas 3x6 meter. 'Untuk mendirikan kandang ini kit acari bahan-bahan yang bekas, biar murah. Cor-corannya bekas, gentengnya bekas, kayu-kayunya. Pokoknya semuanya bekas,' kata Evi dikutip dari kanal YouTube Dari Kami Untuk Kamu.
-
Mengapa pasangan ini memilih beternak puyuh? 'Dan jadilah usaha puyuh ini. Benar juga, dalam waktu dua jam hasilnya dua kali lipat dibanding gaji saya saat masih bekerja di perusahaan di mana saya bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 6 sore,' kata Evi.
-
Bagaimana cara menanam tomat di rumah? Dalam proses menanamnya, tomat membutuhkan sinar matahari yang cukup dan media tanam yang gembur.
-
Bagaimana Kebun Kita menanam sayur? Bisnis sayuran milik Kebun Kita di Kabupaten Riau ini menggunakan metode hidroponik apung yang menghasilkan kualitas yang segar, berkualitas, dan bersih.
-
Apa manfaat dari menanam tanaman di rumah? 'Bercocok tanam adalah sesuatu yang kita lihat di setiap satu Wilayah Biru, dengan orang-orang yang sudah berusia sembilan puluhan tetap merawat tanaman dan sayuran,' kata Buettner. Ini memiliki efek tiga kali lipat untuk mendorong Anda untuk menghabiskan lebih banyak waktu di udara segar, aktif (merawat dan menyiram memerlukan membungkuk dan berdiri kembali), dan mengonsumsi lebih banyak makanan yang segar.
Saat ditemui tim Liputan6.com di lahannya di Desa Habi, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) Kamis (15/10), Lopis, sapaan akrab ayah satu anak ini, tampak sedang membersihkan lahan bersama sang istri yang berprofesi sebagai guru honorer di SMPK San Karlos Habi.
Ia menceritakan, pada awalnya ketika dirumahkan, dirinya bersama sang istri mencoba menanam sayur-sayuran, namun gagal akibat dimakan hewan peliharaan tetangga. Namun, keduanya tidak menyerah dan mulai mencoba menanam ubi jalar di halaman rumahnya yang luasnya tak seberapa. Saat panen, hasil ubi jalarnya ada yang mau membeli dengan harga Rp500 ribu.
"Dari situ saya mulai tertarik untuk membudidayakan ubi jalar, mudah dan cepat dapat uang," ungkapnya. Demikian dikutip dari Liputan6.com, Minggu (18/10).
Tertarik dengan hasil panen yang mereka tanam akhirnya mereka memilih membuka lahan baru yang luasnya kurang lebih 1 hektare.
Kini, bukan hanya ubi jalar yang mereka tanam. Pasangan suami istri itu coba menanam beberapa jenis tanaman hortikultura, seperti brokoli, wortel. Ternyata, hasilnya memuaskan dan terbukti mampu menghasilkan uang. Belakangan, ia lebih memilih menanam ubi jalar karena dianggap lebih menguntungkan.
"Kalau ubi jalar ini panennya terus menerus, jadi satu pohon itu kadang saya ambil satu umbi, yang lainnya saya lepas. Satu tahun itu bisa tiga kali panen. Kalau diuangkan, tidak sempat dihitung karena kami dapat setiap hari, tergantung pesanan. Sekali jual itu bisa capai Rp100 ribu rupiah termasuk sayur-sayuran, paling banyak itu saya antar di rumah sakit. Kalau dihitung penghasilan satu bulan saya bisa dapat kurang lebih 3 jutaan, karena setiap hari orang beli sayur sedikit-sedikit selain ubi jalar," ujarnya.
Lopis mengakui, tanaman hortikultura dan ubi jalar miliknya tanpa menggunakan pupuk, hanya mengandalkan air dari sumur yang berada di lahan miliknya. Sementara untuk mendapatkan bibit ubi jalar, Lopis memesannya dari daerah Welomosa, Kabupaten Ende dan Boru, Kabupaten Flores Timur.
Lopis menceritakan, ilmu menanam ubi dia dapat dari orangtua yang juga petani ubi jalar. Kini, selain dijual secara langsung, tanaman hortikultura dan ubi jalar hasil garapannya juga dia pasarkan melalui media sosial.
"Sementara ini saya cari penambahan lahan sekitar 2 hektare untuk kembangkan lagi ubi jalar ini," katanya.
Dia menceritakan, usaha ini tentu ada kendalanya. Salah satunya terkait air. Karena itulah, Lopis sedang berpikir bagaimana cara pemasangan jaringan pipa air yang akan digunakan untuk penyiraman, juga menara air sebagai media untuk menampung air. Sebab cara penyiraman yang ia gunakan masih menggunakan sistem manual.
"Kalau pake siram atau sistem kincir air, tapi masih kendala di pipa dengan menara air," sebutnya.
Sementara itu, Fransiska Nona Yun, istri Fransiskus Lopis mengatakan, saat tidak ada kegiatan di sekolah, dirinya membantu suaminya bekerja di lahan.
Selain tanaman hortikultura dan ubi jalar, ternyata Lopis bersama sang istri juga menanam cabai, dan menjadi distributor di beberapa tempat usaha gorengan di Kota Maumere.
Reporter: Dionisius WilibardusSumber: Liputan6.com
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Walaupun warga asli Sukomakmur, namun Lihun merasakan betul bagaimana sulitnya merintis pekerjaan sebagai petani.
Baca SelengkapnyaAda banyak sayur dan buah yang tersedia di atap rumahnya
Baca SelengkapnyaDi sini tidak banyak pilihan untuk dimakan selain daun-daunan dan kacang-kacangan dari hutan.
Baca SelengkapnyaHana mulai beternak ayam broiler pada tahun 2008. Untuk memulai usaha itu, ia harus mengorbankan banyak hal
Baca SelengkapnyaKeputusannya menjadi petani justru memberikan pendapatan lebih dibanding menjadi karyawan dengan upah minimum.
Baca SelengkapnyaHendi prihatin banyak para petani tembakau di desanya terlilit utang. Ia pun mengajak mereka untuk mengembangkan pertanian melon
Baca SelengkapnyaDengan luas tanah yang dia miliki 1,5 hektare, Ujang mampu mendapat keuntungan mencapai Rp300 juta sekali panen.
Baca SelengkapnyaKomedian Sunarji Riski Radifan atau yang lebih dikenal Narji, saat ini tengah fokus mendalami profesi baru di kampung halamannya sebagai petani.
Baca SelengkapnyaUsahanya membuka peluang lapangan pekerjaan baru bagi teman-teman ataupun lingkungan sekitar.
Baca Selengkapnya