Banyak Hacker Dalam dan Luar Negeri Coba Retas Situs Data Pemilih Milik KPU
Merdeka.com - KPU RI menyebut banyak pihak mencoba meretas situs basis data pemilih dalam Pemilu 2019 milik KPU RI. Ketua KPU Arief Budiman mengatakan, serangan hacker datang terus menerus dan dari berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri.
"Kalau nyerang ke web kita itu memang ada terus, dan itu bisa datang dari mana-mana, dilihat dari IP address-nya itu datang dari dalam negeri dan luar negeri," kata Arief di Hotel Sultan, Jakarta, Rabi (13/3).
Arief membantah kabar yang menyebut peretas berasal dari dua negara yakni China dan Rusia.
-
Bagaimana Hacker serang sistem pemilu? Ditemukan bahwa aktivitas yang sering dilakukan oleh pemerintah Rusia dan China adalah upaya untuk menghambat situs otoritas pemilihan, mengakses informasi pribadi pemilih, hingga memindai sistem pemilihan online untuk dicari kelemahannya.
-
Apa target utama hacker pemilu? Mereka bekerja dengan membekukan basis data pemilih lokal. Maka itu ransomware menduduki peringkat teratas ancaman siber saat pemilu.
-
Siapa yang mengklaim meretas situs KPU? Pelaku kejahatan siber dengan nama anonim 'Jimbo' mengklaim telah meretas situs kpu.go.id dan mendapatkan data DPT dari situs tersebut.
-
Siapa saja hacker yang menyerang? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Apa saja serangan yang dilakukan hacker? 'Terkadang, hampir setengah dari serangan ini menargetkan negara-negara anggota NATO, dan lebih dari 40 persen ditujukan terhadap pemerintah atau organisasi sektor swasta yang terlibat dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur penting,' jelas Tom Burt dari Microsoft.
-
Data apa yang bocor dari situs KPU? Situs resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dibobol hacker dan sekitar 204 juta data DPT bocor dalam kejadian ini.
"Saya pikir engga Perlu saya sebut nama negaranya, kecuali kita sudah tangkap baru boleh disebut. Tetapi enggak usah disebut lah negaranya," katanya.
"Jadi tidak seperti diberitakan itu bahwa yang ngehack pasti dari situ. Tetapi dari IP address bisa datang dari mana-mana. Cuma orangnya siapa kita tidak tahu," tambah Arief.
Arief enggan menyebut intensitas hacker menyerang web KPU. Arief hanya menyebut bentuk peretasan terdiri dari berbagai jenis.
"Macam-macam (bentuk hack), ada yang deface saja. Saya enggak jawab itu deh pertama saya bukan ahli IT, kedua ada hal-hal yang harus ditindaklanjuti nanti kalau sudah terbukti ditangkap baru ketahuan," ucapnya.
Meski diserang banyak pihak, Arief mengklaim pihaknya bisa menangani para hackers sehingga tidak Berpotensi mengganggu proses pemilu. "Sampai sekarang sudah bisa ditangani," tandasnya.
Arief juga menegaskan proses Pemilu 2019 tidak terganggu meski banyak hacker mencoba meretas situs maupun basis data pemilih dalam Pemilu 2019 milik KPU RI. "Proses enggak terganggu karena kita tangani," kata Arief.
Arief enggan menyebutkan pihak mana yang bertugas menangani para hacker. Namun, Arief memastikan segala upaya dilakukan untuk membentengi data base KPU dari hacker.
"KPU menjaga sistem kita aman, orang kan mau nyerang kan (hacker) datang terus, tetapi kita berupaya membentengi supaya tetap aman. Sampai sekarang web kita kan aman. Ya meski ada yang nyerang setop dulu bentar tetapi semua bisa digunakan," katanya.
Selain data base pemilih, Arief mengklaim sistem penghitungan suara juga akan aman dari serangan peretas. Selain itu, KPU juga akan menggunakan hasil penghitungan manual.
"Penghitungan suara itu yang ditetapkan itu adalah yang hasil direkap secara berjenjang dan manual melalui berita acara. Jadi andaikan sistem diserang, sama KPU dinyatakan enggak pake itu, itu enggak apa-apa pemilunya, kan pemilu berdasarkan ketentuan UU hasil rekap manual melalui berita acara itu lah yang dipakai KPU," tandasnya.
Reporter: Delvira HutabaratSumber: Liputan6.com
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
DPR geram dengan kabar dugaan kebocoran data 204 juta pemilih oleh KPU.
Baca SelengkapnyaIndonesia kembali dihebohkan kabar kebobolan 204 juta Data Pemilih Tetap (DTP) Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Baca SelengkapnyaGanguan terhadap sistem SIREKAP, KPU menyatakan hal itu disebabkan salah satunya oleh gangguan DDoS.
Baca SelengkapnyaBerikut fakta mengenai jelang tahun pemilu yang disukai hacker.
Baca SelengkapnyaSerangan hacker Indonesia ke situs-situs pemerintahan Israel sedang jadi perbincangan.
Baca SelengkapnyaKPU hingga kini masih menelusuri dugaan peretasan tersebut.
Baca SelengkapnyaSeorang peretas dengan nama anonim "Jimbo" mengklaim telah meretas situs kpu.go.id dan berhasil mendapatkan data pemilih dari situs tersebut.
Baca SelengkapnyaMahfud menyampaikan, sebaiknya KPU sebagai penyelenggara pemilu, untuk bekerja lebih hati-hati lagi
Baca SelengkapnyaSebanyak 204 juta data pemilih KPU diduga bocor. Diperjualbelikan di darkweb seharga Rp 1 miliar lebih.
Baca SelengkapnyaData pemilih bocor diduga usai diretas oleh hacker Jimbo.
Baca SelengkapnyaDittipidsiber tengah melakukan penyelidikan lebih jauh sembari berkoordinasi dengan pihak lain
Baca SelengkapnyaKPU RI meminta bantuan terhadap Satgas Cyber, Badan Siber Sandi Negara (BSSN) serta BIN terkait adanya dugaan kebocoran data pemilih
Baca Selengkapnya