Banyak Irigasi Rusak Memperparah Dampak Kekeringan, Perbaikan Terkendala Anggaran
Merdeka.com - Kekeringan yang terjadi di sejumlah daerah di Jawa Barat diperparah dengan rusaknya sistem irigasi. Penanganan dan perbaikan tidak bisa dilakukan secara maksimal karena kendala anggaran yang minim.
Data dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) mencatat ada sebanyak 47 persen irigasi rusak berkategori ringan hingga berat. Jumlah itu didapat dari total 103 daerah irigasi seluas 100 ribu hektare yang dikelola PSDA.
Kepala Dinas PSDA, Linda Al Amin menyebut kondisi itu membuat sawah-sawah tidak mendapatkan suplai air secara maksimal. "Luas sawah yang kekeringan terus bertambah," katanya saat ditemui di ruang kerjanya, Jalan Merdeka, Bandung, Kamis (4/7).
-
Apa dampak dari kekeringan di Jawa Tengah? Dampak musim kemarau yang perkepanjangan ini memukul ratusan jiwa warga Desa Garangan, Kecamatan Wonosamudro, Kabupaten Boyolali. Dalam dua bulan terakhir, mereka kesulitan air bersih.
-
Kenapa kekeringan terjadi di Jawa Tengah? Dampak musim kemarau yang perkepanjangan ini memukul ratusan jiwa warga Desa Garangan, Kecamatan Wonosamudro, Kabupaten Boyolali.
-
Apa dampak kekeringan di Jateng? Warga Terdampak Kekeringan di Jateng Capai 9.153 Jiwa, Ini Penjelasan BPBD
-
Apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kekeringan di Jateng? Pemerintah daerah bekerja sama dengan BPBD sedang menyiapkan beberapa solusi, termasuk distribusi air bersih, termasuk di Wonogiri dan Klaten.'BNPB juga akan membantu mendistribusikan air ke masyarakat sekitar,' ujarnya dikutip dari ANTARA pada Selasa (23/7).
-
Di mana kekeringan terjadi di Jawa Tengah? Memasuki akhir bulan September, sejumlah daerah di Jateng mulai diguyur hujan. Walau begitu curahnya masih kecil dan belum bisa untuk mencukupi kebutuhan air warga yang daerahnya telah dilanda kekeringan sejak lama.
-
Dimana saja kekeringan terjadi di Jateng? Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto, mengatakan bahwa saat ini ada 30 kabupaten atau kota di Jateng yang telah menetapkan status siaga bencana. Pernyataan Suharyanto itu ia sampaikan pada Rapat Koordinasi Penanganan Darurat Kekeringan Jawa Tengah yang digelar di Gedung Gradika Bhakti Praja Semarang.
"Dari peninjauan, ada 20 persen irigasi rusak ringan, 12 persen rusak ringan dan 15 persen rusak berat," tambahnya.
Kerusakan itu disebabkan banjir beberapa bulan lalu yang mengakibatkan irigasi jebol. Upaya perbaikan dilakukan dengan memasang bronjong. Namun itu berlaku bagi irigasi yang rusaknya ringan dan bersifat sementara.
Dia mengaku tidak mempunyai anggaran untuk merevitalisasi irigasi-irigasi yang rusak berat. Sejauh ini, ia mengoptimalkan alokasi anggaran operasional dan pemeliharaan untuk mengatasi kerusakan ringan.
"Kami anggarkan di tahun depan secara bertahap. Intinya kita ada yang diprioritaskan, sementara pakai anggaran pemeliharaan dulu," imbuhnya.
Di luar hal teknis, kekeringan yang berimplikasi pada lahan pertanian pun disebabkan banyak faktor. Salah satunya, petani kurang patuh pada kalender tanam. Padahal pola tanam bisa dilakukan secara bergantian.
"Musim kemarau kan harusnya tanamnya bergantian agar bisa mengatur penggunaan air. Tapi masih ada yang paksa tanam bersamaan," terangnya.
Kekeringan biasanya terjadi di wilayah utara setiap musim kemarau. Meski begitu, ia memastikan sumber air di waduk Jatigede dan Jatiluhur masih ada untuk beberapa bulan mendatang.
"Jadi kita akan mengawal pembagian air. Nanti ada petugas palang pintu air, membantu gilir pasokan air. Biar semuanya bisa tetap terairi," katanya.
Diberitakan sebelumnya, data Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Jabar menunjukkan pada akhir Juni tercatat 12.048 hektare lahan mengalami kekeringan. Hal itu berpotensi meluas 52.983 hektare, ditambah 82 hektare lahan sudah puso.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Jawa Barat Hendi Jatnika menyatakan, daerah yang mengalami kekeringan adalah areal sawah dengan kondisi irigasi yang rusak.
Akibatnya, aliran air tidak menjangkau ke lahan pertanian yang jaraknya lumayan jauh. Selain itu, kekeringan banyak melanda kawasan lahan pertanian yang mengandalkan tadah hujan.
"Ada total 82 hektare telah mengalami gagal panen tersebut terjadi di Sukabumi, Cianjur dan Cirebon," katanya, Selasa (2/7).
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ribuan hektare sawah di 10 kabupaten/kota di Jawa Tengah (Jateng) rusak akibat kekeringan. Seluas 254,1 hektare di antaranya puso atau tidak menghasilkan padi.
Baca SelengkapnyaKondisi musim kemarau yang panjang membuat warga dilanda krisis air bersih.
Baca SelengkapnyaSaat musim kemarau seperti saat ini Waduk Jatiluhur surut hingga 10 meter.
Baca SelengkapnyaBNPB mencatat empat titik di Riau terjadi kebakaran hutan dan lahan.
Baca SelengkapnyaMereka sudah merasakan dampak kekeringan sejak Mei.
Baca SelengkapnyaPemprov Jawa Barat mengalami krisis air bersih dan kekeringan di sejumlah wilayah.
Baca SelengkapnyaSejumlah wilayah di Jakarta Barat dan Jakarta Utara bakal berkurang suplai air bersihnya
Baca SelengkapnyaFenomena El Nino mulai membawa kekeringan di Kabupaten Bekasi. Sebanyak 3.618,5 hektare tanaman padi di wilayah itu terancam gagal tanam.
Baca SelengkapnyaSejak memasuki bulan Agustus fenomena El Nino ini semakin kuat sehingga terjadi penurunan kapasitas di sumber-sumber air.
Baca SelengkapnyaPersawahan di Rorotan, Cilincing sepi aktivitas petani lantaran kering total.
Baca SelengkapnyaFenomena El Nino membuat musim kemarau di Indonesia berlangsung lebih panjang dari biasanya.
Baca SelengkapnyaSelain ekonomi, nasib 50 juta masyarakat di kawasan pesisir juga dipertaruhkan.
Baca Selengkapnya