Banyak pasien gangguan jiwa di Inhil dipasung
Merdeka.com - Jumlah Orang Dengan Gangguan Jiwa atau ODGJ di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau mengalami peningkatan 47 persen. Orang yang mengalami gangguan jiwa itu dengan cara dipasung di tempatkan di pondok kecil tidak layak huni di belakang rumah, dekat hutan bahkan ada di tepi sungai tanpa dinding.
"Sebelumnya pada 2015 tercatat sebanyak 312 orang. Namun berdasarkan pendataan terbaru jumlah itu meningkat menjadi 460 orang," ujar Staf Pengelola Program Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Sri Sebayang di Tembilahan, Senin (11/4).
Peningkatan penderita sakit juwa, sambung Sri, terjadi hampir di seluruh wilayah kecamatan yang ada di Inhil. Kasus tertinggi berada di Kecamatan Kuala Indragiri, tepatnya di Kelurahan Sapat tercatat sebanyak 49 orang.
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
-
Dimana letak permukiman terbengkalai di Jakarta? Baru-baru ini sebuah kawasan di wilayah Jakarta Timur yang terbengkalai terungkap, dengan deretan rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya.
-
Siapa yang tinggal di tengah hutan? Pak Kasimin mengungkapkan jika ia tinggal di sana sejak tahun 1991. Ia tinggal di tempat itu karena rumah tersebut sudah warisan orang tua.
-
Di mana letak rumah terpencil itu? 'Kalau membangun rumah di sini bahan materialnya diusung pakai motor,' kata salah satu penghuni rumah itu. Perkampungan itu hanya terdapat dua rumah. Para pemilik rumah di sana masih satu keluarga.
-
Kenapa Dusun Tempel memiliki rumah di tepi jurang? Rumah-rumah mereka dibangun dekat dengan tepi jurang. Bahkan ada yang terpisah dengan jarak satu meter saja.
-
Bagaimana kondisi rumah di permukiman terbengkalai? Rata-rata, rumah di permukiman padat tersebut masih berbentuk utuh, dan tak jauh dari pinggir jalan.Semakin dalam masuk ke dalam gang, beberapa rumah yang awalnya masih layak ditinggali, perlahan-lahan berganti menjadi rumah yang tampak rusak karena tidak terurus lama.
"Kemudian disusul di Puskesmas Tempuling sebanyak 36 orang, Guntung 36 orang, Kelurahan Teluk Pinang 34 orang, Kuala Lahang 33 orang, Benteng 31 orang, Tembilahan 26 orang, Sungai Piring 20 orang, Tanah Merah 24 orang, Pulau Kijang 10 orang, Selensen 11 orang, Tembilahan Hulu 18 orang dan di Kuala Enok terdapat 20 orang," bebernya.
Sri menambahkan bahwa dari 460 pasien ODGJ ini terdiri dari 311 orang laki-laki dan 149 perempuan. 142 orang diantaranya masih dipasung oleh keluarganya.
"Dari 142 sebelumnya dipasung, 86 orang telah bebas pasung namun masih dalam pengawasan Puskesmas terdekat. Sekarang yang dipasung hanya tinggal 48 orang," terangnya dikutip dari Antara.
Lanjut Sri, jenis pasung yang ditemukan di Inhil, diantaranya pasung dengan dirantai, dipasung kayu, dikurung di kamar, diisolasikan di tempat sepi. Usia pasien ODGJ ini bervariasi, dari usia 11 tahun hingga 65 tahun. Terbanyak adalah usia produktif yaitu usia 26 hingga 35 tahun.
"Beberapa pasien yang ditangani oleh tenaga kesehatan Inhil sudah banyak yang membaik, diantaranya telah ada yang menikah dan kembali bekerja seperti biasanya," tutup Sri. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Warga harus berjuang keras untuk mendapatkan air di tengah bencana kekeringan.
Baca SelengkapnyaBanjir masih menerjang sejumlah wilayah di Provinsi Riau, termasuk di Kabupaten Inhu
Baca SelengkapnyaSaat musim tanam tiba, para perantau itu pulang sebentar untuk menanam jagung dan selanjutnya pergi merantau lagi
Baca SelengkapnyaDisaat semua warga pindah, keluarga ini memilih bertahan di kampung mati.
Baca SelengkapnyaSebetulnya ada wacana warganya akan di relokasi ke sebuah rusun yang nantinya bakal disiapkan oleh Pemprov.
Baca SelengkapnyaDi tengah-tengah masyarakat yang hidup berkecukupan, ada sebuah perkampungan dengan kondisi begitu miris.
Baca SelengkapnyaAkses menuju kampung itu cukup sulit. Pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan tanah yang terjal dan berbatu.
Baca SelengkapnyaKini tak lagi didampingi suami, wanita itu tinggal di gubuk sederhana sekaligus hidup menggunakan uang tabungan senilai puluhan juta.
Baca SelengkapnyaSeorang ibu-ibu warga di sana menyebutkan bahwa kampung ini sudah ada sejak zaman peperangan.
Baca SelengkapnyaKampung Bulak Barat sempat direndam banjir hingga menutupi rumah-rumah warga
Baca SelengkapnyaRumah-rumah di Desa Sigandul berada di lereng bukit dengan kemiringan yang curam.
Baca SelengkapnyaJarak kampung itu menuju pusat desa mencapai 5-6 kilometer
Baca Selengkapnya